Saat makan malam, ia tidak melihat gadis itu sama sekali, hanya ada bibi Wen yang menunggunya. Kemudian, seperti biasa, EL selalu meminta bibi Wen untuk makan bersama dengannya.
Setelah usai makan malam, ia segera kembali ke dalam kamarnya. Ketika melewati kamar Ashley, dan melihat pintu yang tidak tertutup rapat, ia mampu melihat jika gadis itu tengah duduk dengan melipat kedua kakinya seraya menenggelamkan kepalanya di antara kedua lututnya.
Melihat itu membuat EL terkejut. Pertama kalinya ia melihat si gadis pemberani bagaikan seseorang yang tak berdaya. Lalu, tanpa ia sadari, langkah kakinya membawa ia untuk menghampiri gadis tersebut, ia pun berlutut dengan satu kakinya, dan mencoba menyentuh bahu gadis itu.
Menyadari ada seseorang yang datang, Ashley langsung menoleh. Ia terkejut saat mengetahui siapa yang menghampirinya, ia mengira jika bibi Wen lah yang datang, namun ia salah, EL lah yang datang saat itu.
Wajah EL terlihat begitu rapuh, tatapannya seolah menyimpan beribu rasa sakit, dan EL pun terlihat terkejut mengetahui wajah Ashley begitu sembab.
"Maaf, aku sungguh tidak bermaksud untuk membentakmu." Pandangannya terlihat nanar, dan ia menarik Ashley ke dalam pelukannya.
"Tidak apa-apa. Aku hanya sedikit terkejut." Balas Ashley dengan suara yang parau. Menyadari jika ia berada dalam pelukan EL, ia pun langsung melepaskannya. "Maaf, tidak seharusnya kita melakukan ini." Imbuhnya lagi.
"Kenapa? Apa ada yang salah?"
"Tentu saja ada. Aku disini hanya pelayanmu, mana mungkin boleh berbuat seperti itu? Jika nyonya Caster tahu soal ini, maka dia pasti akan membunuhku."
"Tidak ada nyonya dirumah ini. Aku rasa bibi Wen juga sudah menceritakan semua padamu. Bagaimana jika kau saja yang menjadi nyonya Caster?" EL menatap lekat wajah Ashley, dan Ashley tampak terkejut mendengar pernyataan tersebut.
"Jangan bercanda. Semua itu sangat mustahil." Gumam Ashley.
"Ha Ha Ha. Tentu saja itu mustahil. Lagi pula siapa yang mau menikah dengan gadis galak sepertimu. Tolong jangan kau anggap serius kata-kataku barusan." EL tertawa puas ketika melihat wajah Ashley memerah akan ucapan yang ia lontarkan.
"KAU? KELUAR DARI SINI." Ashley mendorong pria tersebut, dan menyeretnya keluar. Kemudian, ia kembali menutup pintunya, dan menguncinya rapat-rapat.
Setelah pintu tertutup, ia menyandar pada pintu tersebut, dan siapa sangka? Sebuah senyuman terukir di bibir EL begitu saja. Menyandar seperti yang EL lakukan, Ashley mendadak memegangi letak jantungnya. Jantungnya berdegup cepat hingga saat ini, dan wajahnya masih terlihat memerah.
"Ada apa ini? Tidak mungkin aku menyukai 'kan? Tidak boleh. Sampai saat ini, aku rasa aku masih menyukai kak Leon. Yah, begitu baru benar." Gumamnya.
•••
Pagi tiba, dan EL pun telah selesai dengan sarapannya. Ia segera bergegas menuju kantornya untuk melakukan rutinitas yang biasa ia lakukan. Sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah, Ashley mengejarnya.
Saat itu EL sudah masuk ke dalam mobil, dan dengan cepat Ashley menghadangnya seraya berdiri di hadapan mobil tersebut. Sebuah smirk smile terukir kembali di bibirnya, hingga ia pun keluar dari mobil, dan menghampiri gadis itu.
"Ada apa? Apa sekarang kau ingin mengejarku? Bukankah aku sudah bilang padamu untuk tidak mengambil serius ucapan itu?" Timpalnya, kemudian ia mendapat sebuah tinjuan di perutnya.
"Siapa juga yang ingin membahas hal itu? Meski kau serius mengucapkannya, aku akan berfikir 1000 kali untuk menerimamu."
"Benarkah? Lalu untuk apa kau menghadangku?"
"Aku.. aku.." Ashley memainkan jari telunjuknya seraya menundukkan pandangannya. "... semalam nona Meliya menghubungiku, dan meminta bantuanku. Boleh tidak jika aku kembali bekerja di Beuaty Garonic? Aku berjanji akan kembali sebelum jam 6 sore."
"Kau sangat suka merias ya?" Ucap EL, dan mendapat anggukkan dari gadis di hadapannya. "Pergilah, lakukan apa yang kau sukai. Tapi, tepati ucapanmu itu. Kembali sebelum jam 6 sore." Sambungnya lagi.
"Aku berjanji. Terima kasih banyak EL, terima kasih." Ashley terlihat sumringah saat itu, kemudian, ia pun langsung berlari ke dalam untuk bersiap.
Sebelum pergi, ia pun meminta izin pada bibi Wen untuk mengambil pekerjaan di luar. Mendengar itu membuat bibi Wen menyemangatinya, dan memintanya untuk selalu berhati-hati dalam tindakan yang akan ia lakukan.
Mendapat nasihat darinya, membuat Ashley merasa sangat bahagia. Kemudian, ia pun segera meninggalkan rumah itu, dan berlari keluar dengan bahagia. Hingga seseorang menarik lengannya.
"Tuan EL? Kau belum pergi?"
"Sepertinya semalam, dan tadi, aku tidak mendengarmu memanggilku dengan sebutan 'tuan'? Kenapa sekarang kau menyematkannya?" Balas EL, dan Ashley menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Masuklah, aku akan mengantarmu, kebetulan aku akan pergi kesana untuk menemui Diane."
"Terima kasih, dan maaf sudah merepotkan." Ashley tersenyum, dan langsung masuk ke dalam mobil. Kemudian, EL pun segera menginjak pedal gas mobil untuk melajukan mobilnya.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Khotimah Ndanya Lula
manis sekali
2020-04-06
1