Pongki melangkah masuk kedalam kamarnya. Saat itu juga ia melihat Berta yang sudah mengganti pakaiannya dengan piyama dan sedang membersihkan wajahnya di depan cermin meja rias. Pongki terlihat canggung dan duduk di tepi ranjang dan memperhatikan setiap gerak gerik istrinya itu.
"Berta.. aku mohon, jangan ceraikan aku."
Berta menatap Pongki dari pantulan cermin. Lalu, ia tersenyum sinis kepada lelaki yang telah menikahi dirinya selama 27 tahun itu.
"Apa pun yang kamu minta, akan aku lakukan. Asal, jangan ada perceraian diantara kita."
Berta menatap Pongki dengan tatapan yang tajam, hingga membuat hati Pongki bergetar menahan perasaan bersalah.
"Egois sekali kamu?" Tanya Berta dengan wajah yang mulai terpancing emosi.
"Aku sangat mencintai kamu Berta..."
"Cinta kamu bilang? Kamu cinta sama aku, tetapi kamu tega menikahi wanita yang gak jelas di belakang ku, hanya karena kasihan? Cinta kamu fake!"
"Berta, aku mohon, aku bersalah. Maafkan aku.. kamu mau aku menceraikan dia? Aku akan lakukan. Asal, jangan pernah bercerai dengan ku," Pongki memeluk Berta dengan wajah yang terlihat sangat memelas.
Berta menepis tangan Pongki dan mendorong lelaki itu hingga terjerembab di atas ranjang.
"Tidak ada kata maaf untuk penghianatan!" Bentak Berta.
"Berta aku mohon..." Pongki beranjak dari atas ranjang dan memeluk kedua kaki Berta.
"Demi Tuhan, aku tidak berniat menghianati kamu. Bahkan, sudah menikah dengan dia pun, aku tidak menyentuh dia," Ucap Pongki sambil menahan tangis penyesalan nya.
"Tetapi, sekarang kamu sudah menyentuh dia kan? Ternyata selama ini aku tidur dengan lelaki bekas orang lain!"
Pongki terdiam, air mata penyesalan mulai mengalir di pipinya.
"Berta sayang, maafkan aku." Pongki mempererat pelukan nya di kaki Berta.
Berta berusaha melepaskan diri dari Pongki. Namun, seperti apa pun usahanya untuk melepaskan diri, Pongki bergeming, ia terus memeluk kaki istrinya itu.
"Pongki, enyah lah dari hadapan ku."
"Tidak, sebelum kamu memaafkan aku."
"Pongki... aku lelah.. aku mau tidur," Ucap Berta lagi.
Pongki melepaskan tangan nya yang melingkar di kaki Berta. Lalu, dengan wajah lesu ia menatap Berta yang mengabaikan dirinya, dan beranjak tidur di atas ranjang. Pongki hanya bisa mengikuti Berta yang sudah menutupi tubuhnya dengan selimut tebal yang berada di atas ranjang.
"Berta..."
Berta bergeming, ia terus memunggungi Pongki.
"Berta, apa pun itu, aku tidak akan mau menceraikan kamu." Tegas Pongki. Lalu Pongki beranjak dari atas ranjang dan berniat untuk keruang keluarga.
"Apa kamu bilang! Egois kamu!" Ucap Berta yang tampak kembali emosi dengan suaminya itu.
"Aku akan menceraikan Anna, aku janji. Aku tidak akan pernah mau berpisah dengan dirimu. Aku tidak akan sanggup hidup tanpa mu Berta," Ucap Pongki dengan wajah yang putus asa.
"Hhh...tidak bisa hidup tanpa ku, tapi kau menghianati aku. Busuk omongan mu Pongki," Ucap Berta seraya tersenyum sinis.
"Terserah, apa pun yang kamu katakan. Aku tidak akan pernah menyerah dengan kebutuhan rumah tangga kita."
Berta terdiam, ia hanya bisa menatap punggung Pongki yang pergi meninggalkan kamar mereka.
"Aaaaarghhhhhg..! Bajingannnnnnnn..!" Pekik Berta seraya membanting bantal nya ke lantai. Lalu, ia menangis dalam luka yang tengah ia rasakan.
.
Pongki beranjak ke ruang keluarga. Ia duduk di atas sofa dengan wajah yang sangat gelisah. Saat ini, ia benar-benar merasa sendirian. Ia merasa sangat lemah, karena anak dan istrinya kini sangat membenci dirinya.
Pongki semakin gelisah, ia beranjak dari sofa dan bergegas menuju ke beranda depan rumah nya. Ia melihat para bodyguard nya yang sedang berjaga. Rasanya, ia ingin sekali menarik salah satu bodyguard nya untuk bercerita masalah rumah tangga yang sedang ia hadapi. Tetapi, ada perasaan malu disana.
Selama ini, tidak ada yang tahu, betapa rapuh nya Pongki. Tidak ada yang menyadari, bila dirinya sedang terbelit dilema. Pongki selalu tampil dengan memukau dan penuh kharisma. Siapa sangka, dirinya hanya manusia biasa yang butuh teman bicara disaat gundah seperti ini. Selama ini, ia tidak pernah mendapatkan satu orang pun yang enak untuk ia ajak berbicara.
Tiba-tiba, Pongki teringat akan seseorang. Dia adalah Paijo, lelaki kampungan yang lugu dan periang. Kebetulan, Paijo adalah satu-satunya orang yang mengetahui masalah keluarga nya. Pongki pun bergegas menuju ke kamar Paijo. Ia ingin sekali berbincang dengan Paijo dan membutuhkan pendengar yang baik pada malam ini.
...
Tok! Tok! Tok!
Topan yang sedang asik berkomunikasi dengan team nya, mendengar ketukan dari luar pintu kamarnya. Ia pun langsung mengakhiri komunikasinya dengan team nya dan bergegas untuk mengintip dari balik jendela kamarnya. Alangkah terkejutnya Topan, saat mengetahui lelaki yang mengetuk pintu kamarnya itu adalah Pongki.
Topan sempat merasa waspada, ada kemungkinan bila penyamaran yang tengah ia lakukan sudah terbongkar. Maka dari itu, Pongki mendatangi dirinya ke kamar yang ia tempati tersebut. Tetapi, Topan kembali menegaskan, dengan siapa Pongki datang ke kamarnya. Ternyata, Pongki datang sendirian. Cukup membingungkan untuk Topan. Ia pun berusaha untuk biasa saja dan membukakan pintu kamarnya.
Terlihat Pongki dengan wajah yang gelisah, menatap Topan sembari tersenyum tipis, saat Topan membuka pintu kamarnya.
"Eh, pak boss," Ucap Topan dengan gaya Paijo nya yang terlihat salah tingkah.
"Belum tidur kamu Jo?"
"Belum pak,"
"Kenapa? Boleh saya masuk?"
Degggg...!
Topan seperti salah mendengar, ia tidak percaya bila Pongki meminta izin untuk masuk ke kamar nya.
"Maaf pak boss, masuk?" Tanya Topan untuk menegaskan bila dirinya tidak salah mendengar ucapan Pongki.
"Iya, bolehkan?"
"Bo-bo-boleh pak boss," Sahut Topan, seraya membuka lebar pintu kamarnya.
Pongki beranjak masuk, setelah ia membuka sandal nya dan meninggalkan nya di depan pintu kamar Topan.
"Gimana Jo, kamar nya nyaman?" Tanya Pongki berbasa-basi, saat ia melangkah masuk kedalam kamar Topan.
"Alhamdulillah, pak boss, luar biasa sekali kamarnya. Ada ac, kamar mandi di dalam, sejuk dan saya berasa ngekos di tempat yang mewah pak!" Ucap Topan dengan bersemangat.
Pongki tersenyum mendengar ucapan dan melihat ekspresi wajah Topan.
"Syukurlah," Ucapnya.
"Kalau nyaman, kenapa kamu belum tidur Jo?" Tanya Pongki lagi.
Topan tersenyum dan berpikir alasan yang tepat untuk Pongki.
"Anu pak boss, orangtua saya barusan menelepon saya. Menanyakan kabar saya gitu pak boss," Terang Topan.
"Oh... Saya kira kenapa." Ucap Pongki serata tersenyum dan memperhatikan sekeliling kamar Topan. Lalu, suasana pun menjadi hening.
"Nah, pak boss sendiri kok belum tidur?"
"Saya?"
"Iya pak boss," Ucap Topan seraya tersenyum malu-malu.
"Saya sedang butuh teman saja. Tidak apa-apa kan kalau saya disini?"
"Oh, no problem toh boss." Ucap Topan, seraya mempersilahkan Pongki untuk duduk diatas ranjang nya. Tetapi, Pongki lebih memilih untuk duduk diatas lantai kamar tersebut seraya meluruskan kaki tua nya yang mulai sering terasa pegal.
"Loh...loh..loh.. saya belum menyapu pak boss. Disitu kotor pak, mendingan bapak duduk di atas ranjang saja," Ucap Topan dengan panik.
"Tidak apa-apa, saya disini saja." Ucap Pongki seraya tersenyum dan meraih bungkus rokok milik Topan.
"Saya minta ya," Ucap Pongki.
Topan tersenyum dan mengangguk dengan cepat.
"Hmmm, Jo," Panggil Pongki, setelah ia membakar sebatang rokok yang ia ambil dari dalam bungkus rokok milik Topan.
"Ya pak boss?" Sahut Topan dengan canggung.
"Buatkan saya dua gelas kopi. Satu untuk mu, satu untuk saya. Temani saya malam ini Jo," Pinta Pongki.
Topan terpana sejenak dan menatap Pongki dengan tatapan yang iba. Ia tahu betul, apa yang sedang dihadapi Pongki bukan lah masalah yang kecil. Sebesar apapun power yang dimiliki oleh seorang lelaki, bila ia mempunyai masalah dengan seorang wanita yang ia cintai, pastilah ia akan merasa gundah gulana. Bukan begitu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
handayani herni
3 ya jo, saya juga segelas. tapi ga pake ampas
2021-11-29
2
Nancy Mekel
kalu di liat pak pongky itu baik.. cuma jln cari uangnya yg salah aja... 👍
2021-11-29
1
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
lnjt
2021-11-28
1