Bella beranjak keluar dari mobilnya, setelah Topan membukakan pintu untuk dirinya. Saat ia berdiri di hadapan Topan, Bella menatap Topan dan mulai tersenyum kepada lelaki itu.
"Terima kasih," Ucap nya seraya berlalu begitu saja. Sedangkan Topan membalas senyuman Bella dan mengangguk dengan cepat.
Bella melangkah dengan gontai dan masuk kedalam rumah nya. Terlihat Berta sedang berkumpul dengan para sahabat nya di ruang tamu. Bella menatap mami dengan matanya yang sembab.
"Sebentar," Sela Berta, saat salah seorang sahabat sosialitanya sedang berbicara. Lalu, ia beranjak mendekati Bella yang tengah menahan tangisan nya.
"Bella, kamu kenapa?" Tanya Berta. Semua teman Berta menatap Bella dan mulai saling berbisik.
Merasa sesuatu yang serius terjadi, Berta mengajak Bella ke ruang keluarga dan mulai bertanya kepada anak semata wayangnya itu.
"Kamu kenapa sayang?"
Bella terus menatap maminya dan mulai menangis. Lalu, Bella menjatuhkan kepalanya di dada Berta. Berta yang bingung, memeluk Bella dan mengusap rambut panjang gadis itu.
"Ada apa? Katakan kepada mami. Apa supir itu kurang ajar kepadamu? Apa Frans telah melukai kamu? Atau..."
"Mam...." Bella menegakkan kepalanya dan menatap wanita yang telah melahirkan dirinya hampir 25 tahun yang lalu tersebut.
"Ya sayang?" Berta menatap jauh kedalam manik mata Bella, dan mengusap pipi Bella yang basah karena air mata.
"Bagaimana hubungan mami dengan daddy?"
Berta mengerutkan keningnya, wajahnya terlihat bingung dengan pertanyaan dari Bella.
"Baik... kenapa Bel?
"Mami yakin? Apakah selama dua puluh tujuh tahun mami menikah dengan daddy, dia tidak pernah berubah sikap?" Tanya Bella lagi.
Berta menggelengkan kepalanya, ia semakin tidak mengerti dengan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh Bella.
"Ada apa sebenarnya Bel?"
"Apa aku harus jujur?" Batin Bella. Ia mengigit sudut bibirnya dan terus menatap Berta dengan tatapan yang iba.
"Bel, jangan bikin mami menjadi penasaran ah..! Ada apa? Perasaan mami jadi tidak enak begini ya.."
Bella menutupi wajahnya dengan kedua bilah telapak tangan nya. Lalu, ia mengusap wajahnya dengan gusar.
"Bella, please.. ada apa? Mami gak bisa begini ah... Jangan ada rahasia-rasahiaan sama mami dong..." Bella meraih kedua bahu Bella, dan memaksa anak nya itu untuk jujur kepada dirinya.
Bella tak kuasa, ia mengambil ponselnya dan memperlihatkan foto Pongki dengan Anna yang sedang bergandengan tangan dengan mesra. Sebelum Bella, mengikuti Pongki, ia sempat mengambil foto Pongki dan Anna saat sedang berjalan menuju ke lift di apartemen itu.
"Apa ini?" Berta yang belum menyadari bila itu adalah foto suaminya dengan wanita lain, meraih ponsel Bella dari tangan gadis itu. Ia mulai memperhatikan foto tersebut sembari mengerutkan keningnya.
Tiba-tiba saja, ponsel itu terjatuh dari tangan Berta. Ia begitu terkejut hingga ia merasa lemas dan tersender di dinding ruang keluarga tersebut.
"Kamu dapat dari mana?" Tanya Berta dengan nada suara yang terdengar bergetar, serta dada yang terlihat naik turun karena mengatur nafasnya yang sesak.
"Bella yang mengambil nya sendiri," Ucap Bella dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Lalu?" Tanya Berta lagi. Air mata kini mulai membanjiri pipinya.
"Bella mengikuti daddy, hingga ke dalam apartemen perempuan itu."
Berta menelan salivanya. Walaupun dirinya terlihat shock, tetapi ucapan dan sikapnya tetap terlihat elegan dan mampu menekan emosi yang sedang ia rasakan. Berta memang benar-benar wanita yang berkelas.
"Dimana apartemen wanita itu, dan apa kata daddy mu?"
Bella terdiam membisu. Lalu, ia mulai menyadari bila maminya mulai semakin melemah.
"Mam, kita duduk dulu ya.." Ucap Bella, seraya menuntun Berta untuk duduk di sofa yang terletak di ruang keluarga itu.
Berta menuruti Bella, ia melangkah pelan dan duduk di sofa tersebut dengan wajah yang pucat.
"Katakan pada mami yang sejujur-jujurnya, apa kata daddy mu?" Suara Berta terdengar berat dan dingin.
"Wanita itu adalah istrinya daddy mam," Ucap Bella.
Saat itu juga, Berta mulai meremas dadanya. Ia terisak, hingga suaranya terdengar menggema hingga ke ruangan tamu. Beberapa sahabatnya mulai penasaran, mereka mencoba mengintip ke ruang keluarga, dan mendapatkan Bella dan Berta yang sama-sama sedang menangis.
"Beb, ada apa?" Tanya seorang teman yang mencoba mendekat dan memberanikan diri untuk ingin tahu apa yang sedang Berta hadapi.
"Hmmmm... maaf tante-tante sekalian, mami saat ini mendadak tidak enak badan. Silahkan kembali kerumah masing-masing," Ucap Bella.
Teman-teman Berta saling bertatapan, saat mendengar ucapan Bella.
"Tetapi, mami mu tidak apa-apa kan Bel?"
"Tidak apa-apa, Bella akan panggilkan dokter keluarga." Tegas Bella.
"Tetapi, beneran tidak mau di temani?" Tanya salah satu teman Berta.
"Ya, saya tidak apa-apa. Saya mohon maaf," Ucap Berta dengan nafas yang terengah.
"Ok, get well soon ya beb,"
"Terima kasih," Sahut Berta.
Saat itu juga, satu persatu teman Berta membubarkan diri dari istana mewah yang dulu penuh kebahagiaan itu, dan kini... istana itu terasa kehilangan aura kebahagiaan itu sendiri.
Bella mencoba menghubungi dokter keluarga, dan setelah itu, ia menuntun Berta untuk beristirahat dikamar.
..
Dari kamarnya, Topan mendengar semua apa isi percakapan antara Berta dan Bella. Ia termenung di tepi ranjang, lalu ia menghela nafas panjang dan memijat pelipisnya yang terasa pusing.
"Aku kesini ingin membongkar bisnis ilegal, eh... malah yang terbongkar kasus perselingkuhan. Nasib.... nasib..." Gumam nya.
Perlahan, ia mulai termenung dan membayangkan wajah Bella yang tersenyum kepada dirinya. Hari ini, Bella dua kali tersenyum kepadanya. Pertama, saat ia meminta Bella memukul dirinya, dan yang kedua, saat Bella turun dari mobil.
Topan tersenyum sendiri, entah mengapa bayangan Bella kini terus menari di pelupuk matanya. Senyum Bella, tatapan. Bella, ketus nya Bella, dan tangisan Bella. Apa pun yang ada pada Bella sangat mempesona, hingga jantung nya mulai berdegup kencang saat senyuman Bella kembali terlintas di benaknya.
"Astaghfirullah.. Kamu kesini tugas Jo... Paijoooo.. Bukan menjadi Topan yang kebelet mau nikah!" Topan tersenyum geli dan menggelengkan kepalanya berkali-kali.
"Bahaya nih, lama-lama aku bisa jatuh cinta sama gadis itu. Apa kata team ku? Apa kata atasan ku, kalau ujung-ujungnya aku membela calon mertua ku..?"
"Ck...! Bisa gila aku lama-lama disini. Bukan nya kerja, malah jatuh cinta. Phufffffff...!" Keluhnya lagi.
"Mandi saja lah!" Topan beranjak dari ranjangnya dan menyambar handuk lusuh miliknya ke kamar mandi.
"Nasib bapak Pongki gimana nanti ya?" Gumam Topan lagi, saat ia hendak masuk kedalam kamar kecil yang berada di dalam kamarnya.
"Ah, tapi bukan urusan ku..." Topan kembali melangkah masuk kedalam kamar kecil tersebut.
"Tapi, nanti kalau di usir dari sini sama bu Berta, gimana ya? Gagal dong rencana ku?"
Topan sudah seperti orang gila yang kerap berbicara sendiri.
"Arghhhhh...! Lihat nanti saja lah!"
Topan menutup pintu kamar kecil itu dan memutuskan untuk membersihkan tubuhnya, setelah seharian ini ia menemani Bella berpetualang dengan kisah-kisah yang cukup mematahkan hati gadis malang tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
fhayy
hancurlah hati jika sudah begini.. kasian yaa emak Bertha
2021-12-03
2
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
yg sbr y masteng
2021-11-22
2
ama luph endhe
kcian topan, jatuh cinta terhalang tugas🤭🤭
2021-11-21
2