Dokter pribadi keluarga Pongki Susilo baru saja selesai memeriksa keadaan Berta yang tergeletak lemas di atas ranjang. Bella membetulkan letak selimut yang menutupi tubuh maminya tersebut. Lalu, ia beranjak keluar dari kamar maminya bersama dengan dokter tersebut.
"Bagaimana dok?" Tanya Bella dengan penuh kekhawatiran.
"Nyonya Berta hanya shock mbak. Pelan-pelan akan membaik, hanya butuh beristirahat saja," Terang dokter tersebut.
Bella mengangguk paham dan mengantarkan dokter tersebut ke depan rumah nya.
"Saya permisi dulu mbak, saya sudah memberikan nyonya vitamin yang harus di konsumsi secara teratur. Jangan banyak pikiran dulu."
"Baik dok," Sahut Bella.
Dokter keluarga itu pun beranjak masuk kedalam mobilnya, dan meninggalkan kediaman Pongki Susilo.
Bella melangkah menuju ke kamar Berta. Saat ia membuka pintu kamar Berta, terlihat Berta sedang tertidur dengan lelap. Bella tidak mau mengganggu maminya tersebut. Maka, ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya dan membilas tubuhnya yang terasa lengket.
Satu jam kemudian, Bella pun keluar dari kamarnya. Wajahnya terlihat segar dan rambutnya masih terlihat basah. Bella beranjak ke dapur, dan membuatkan secangkir teh hangat untuk dirinya dan Berta. Setelah itu, ia membawa dua cangkir teh ke kamar Berta.
Berta sudah terbangun, wanita paruh baya itu terlihat berdiam diri di tepi ranjang. Tatapan nya kosong dan air mata terus mengalir di kedua pipinya.
"Mam,"
Berta menoleh dan menatap Bella, lalu ia mengusap air matanya dan mencoba tersenyum kepada anak semata wayangnya itu.
"Ya," Sahutnya dengan suara yang bergetar.
"Ini teh untuk mami," Bella menaruh dua cangkir teh tersebut di atas meja nakas, tepat di samping ranjang Berta.
Berta hanya mengangguk dan kembali tersenyum. Terlihat luka yang mendalam di wajah wanita paruh baya yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah menginjak setengah abad itu.
"Mami mau makan? Kalau mau makan, aku akan bilang pada si mbok untuk menyiapkan nya dan membawanya kesini,"
Berta menggeleng lemah, lalu ia tertunduk dan kembali menangis sesenggukan. Hingga detik ini, ia belum menghubungi Pongki dan belum membahas tentang pernikahan Pongki dengan wanita lain, selain dirinya.
"Mam," Bella ikut merasakan sakit yang Berta rasakan. Air mata juga mengalir dari sudut matanya.
"Apa yang harus mami lakukan setelah ini? Dua puluh tujuh tahun bersama, nyatanya tidak ada cinta yang sejati. Lelaki pasti tidak akan cukup dengan satu wanita. Tidak ada yang benar-benar menghormati pernikahan. Saat susah, membutuhkan kita, namun, saat jaya, seleranya berubah," Ungkap Berta.
Bella terdiam di pinggir ranjang. Ia hanya bisa mengusap punggung Berta, untuk menenangkan wanita yang telah memberikan dirinya banyak cinta, sejak ia terlahir di dunia ini.
"Mam, apakah benar semua lelaki begitu?" Tanya Bella dengan suara yang serak.
Berta menoleh dan membelai lembut rambut Bella. Tanpa kata, ia kembali menundukkan wajahnya.
"Tetapi, mengapa banyak orang yang bertahan dengan satu lelaki, setelah ia disakiti? Atau... ada yang setia dengan satu pasangan saja, walaupun mereka dijodohkan, tanpa cinta sebelumnya?"
"Mami tidak tahu, awalnya mami selalu percaya, bila daddy mu hanya mencintai mami. Nyatanya tidak, semua lelaki sama saja," Tutup Berta. Lalu, ia beranjak dari ranjangnya dan bergegas menuju ke lemari pakaian nya.
"Apa yang mami lakukan?" Tanya Bella dengan wajah yang panik.
"Mami akan meninggalkan aku?" Tanya Bella lagi.
"Mami akan berganti pakaian dan menyusul daddy mu. Dia tahu, kalau kamu mengetahui rahasia dia. Sudah pasti dia tahu, bila mami tahu rahasia dia juga. Namun, nyatanya dia tidak peduli. Dia masih berada di apartemen wanita itu. Dia tidak menganggap mami dan kamu, itu semua membuat mami semakin geram dengan nya. Mami harus menyalurkan emosi mami dengan nya!" Berta menarik sebuah gaun yang tergantung di lemari tersebut dan mulai mengganti piyama nya dengan gaun itu.
"Tapi mi..."
"Kamu bersiap-siap, kita kesana. Jangan lupa, beri tahu Paijo untuk mengantarkan kita.
"Mi, apa tidak sebaiknya kita menunggu daddy saja?"
"Tidak, mami ingin lihat, perempuan macam apa yang sudah di nikahi oleh daddy mu," Ucap Berta dengan penuh perasaan dendam.
"Mi.. mami harus beristirahat..."
"Bella!"
Bella terdiam, ia paham bila emosi maminya sedang tidak terkendali.
"I-i-iya mam," Bella beranjak dari kamar Berta, dan bergegas menuju ke kamarnya untuk mengganti pakaian. Tidak lupa, ia memberitahukan penjaga yang bertugas di pos jaga, lewat sambungan telepon, untuk memanggil Paijo dan bersiap untuk mengantarkan dirinya dan Berta kembali ke apartemen istri kedua Pongki.
...
Tok! Tok! Tok!
Terdengar ketukan dari pintu luar kamar Topan. Dengan malas, Topan beranjak dari ranjang nya dan membuka pintu kamar tersebut.
"Jo, kamu di panggil non Bella, disuruh bersiap-siap untuk mengantarkan non Bella," Ucap lelaki berkulit gelap dan berperawakan tinggi besar, yang berdiri di ambang pintu kamar Topan.
"Oh, ngeh pakde," Sahut Topan dengan gaya Paijo nya.
Lelaki itu melirik ke dalam kamar Topan, lalu ia mengangguk pelan dan meninggalkan Topan yang akan bersiap untuk mengantarkan Bella.
Topan menatap punggung lelaki itu dan menutup pintu kamarnya.
"Untung sudah mandi," Gumam Topan seraya meraih seragamnya dan memakainya dengan terburu-buru.
Setelah selesai, Topan menyambar kunci mobil milik Bella dan bergegas keluar dari kamarnya. Setelah mengunci kamar nya, Topan pun segera meraih sepatu kerja nya yang berada di rak sepatu, tepat di samping pintu luar kamarnya, dan memakainya dengan terburu-buru. Lalu, ia berlari kecil menuju ke halaman rumah keluarga Pongki Susilo tersebut.
Cukup lama, Topan menunggu Bella keluar dari rumah itu. Akhirnya, Bella dan Berta terlihat berjalan mendekati dirinya yang sudah menunggu di samping mobil milik Bella.
"Antar kan kami ke apartemen yang tadi," Pinta Bella seraya beranjak masuk kedalam mobil itu bersama dengan Berta.
Topan tahu maksud Bella dan Berta yang akan menyusul Pongki di apartemen wanita kedua Pongki. Topan hanya mengangguk paham, lalu ia beranjak masuk kedalam mobil tersebut dan mulai menyalakan mobil itu.
"Paijo, kamu tahu rahasia ini. Saya pinta dengan sangat, kalau bisa, jangan sampai terdengar keluar. Ini rahasia kita," Ucap Bella.
Topan mengangguk paham, tanpa banyak kata, ia melajukan mobil sedan itu menuju ke apartemen istri kedua Pongki.
Sepanjang perjalanan, tidak ada sepatah katapun yang terdengar dari bangku belakang mobil yang sedang Topan kendarai. Topan pun sesekali melirik lewat kaca spion tengah mobil tersebut, dan melihat wajah-wajah murung dibelakang sana.
"Wah... bakal ada perang dunia ini. Kenapa aku terlibat dengan kasus keluarga begini sih," Keluhnya di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
handayani herni
qiqiqiqi sabar adalah sebagian dari gajimu paijo
2021-11-29
2
Nancy Mekel
sabar paijoo👍👍
2021-11-29
2
༄༅⃟𝐐𝗧𝗶𝘁𝗶𝗻 Arianto🇵🇸
sabar jo...😅😅
2021-11-22
2