Tepat pukul 7 malam, terdengar ketukan dari luar kamar yang ditempati oleh Paijo. Lelaki berusia 32 tahun itu pun beranjak dari ranjang dan bergegas membukakan pintu untuk orang yang sedang mengetuk kamarnya. Setelah ia membuka pintu tersebut, terlihat Andrean dengan ekspresi khas nya menatap Paijo yang tertunduk gugup.
"Ikuti saya," Ucap Andrean dengan suara berat nya. Paijo pun mengangguk, dengan sengaja, ia mematikan lampu kamarnya dan menutup pintu kamar tersebut. Sebenarnya ada maksud tertentu bagi Paijo yang mematikan lampu kamarnya. Kelak, saat ia kembali ke kamarnya, ia dapat mengecek kamera tersembunyi dengan ponselnya, tanpa mengundang kecurigaan, apa bila benar ada seseorang yang mengawasi dirinya.
Dengan tergopoh-gopoh, Paijo mengikuti langkah kaki Andrean yang membawanya ke arah halaman rumah Pongki yang megah. Disana, terlihat Pongki yang sedang menunggu Paijo dengan sebatang rokok yang tengah ia nikmati. Setelah melihat kehadiran Paijo, Pongki pun menjatuhkan puntung rokoknya dan menginjaknya dengan tumit sandalnya.
"Siapa namamu tadi?" Tanya Pongki, saat Paijo menghentikan langkahnya di hadapan Pongki.
"Pa-Paijo pak," Sahut Paijo dengan gugup.
Terlihat Pongki mengangguk paham dan memperhatikan penampilan Paijo.
"Usiamu berapa?"
"Tiga puluh dua tahun pak,"
"Sudah menikah?"
Paijo menggeleng sembari tersenyum malu-malu.
"Ok, kamu masuk kedalam mobil saya dan kendarai mobil saya." Pinta Pongki seraya membuka pintu mobilnya dan masuk bersama dengan Andrean dan satu orang bodyguard lain nya.
Dengan ragu, Paijo membuka pintu mobil tersebut dan memasukinya. Tepat disamping Paijo, terdapat satu bodyguard, sedangkan di bangku belakang, Pongki dan Andrean menatap dirinya dan menunggu Paijo untuk mulai menjalankan mobil tersebut.
Paijo sempat berakting seakan ia kagum dengan fitur mobil mewah tersebut, dan terlihat bingung saat memulai untuk mengendarai mobil itu. Setiap gerak geriknya, selalu diperhatikan oleh 3 orang lain nya yang berada di mobil jenis sedan tersebut.
"Mewah sekali pak," Ucap Paijo dengan wajah yang semringah.
"Cepat jalankan!" Perintah Pongki.
Paijo mengangguk dan terlihat sedikit bingung. Lalu, ia menyalakan mesin mobil itu dan mulai menjalankan nya.
Awalnya, Paijo hanya di suruh berputar di halaman rumah milik Pongki yang sangat luas. Hingga akhirnya ia diminta untuk membawa mereka semua untuk berkeliling komplek perumahan mewah tersebut.
Ada rasa gugup dan was-was di hati Paijo, ia harus siap dengan kemungkinan dirinya akan dihabisi oleh Pongki dan juga para pengawalnya, bila sesuatu yang mencurigakan terbaca oleh mereka. Hingga tibalah mereka di sebuah taman di komplek tersebut. Saat itu juga, Pongki meminta Paijo menghentikan laju mobil tersebut dan menepi di sisi taman fasilitas umum di komplek perumahan itu.
Baru saja Paijo menghentikan laju mobilnya, dengan cepat, kejadian yang tak terduga terjadi pada Paijo. Ia di todong pistol tepat di kepalanya dari belakang.
"Katakan, siapa yang menyuruh mu!" Ucap Andrean dengan suara yang terdengar sangat dingin dan menakutkan.
Paijo mulai menyadari bila dirinya dalam bahaya. Namun ia pura-pura tidak mengetahui apa yang menempel di kepala bagian belakangnya.
Dengan polos, Paijo menoleh dan menatap senjata yang di pegang oleh Andrean. Saat itu juga dia langsung berakting terkejut dan mulai ketakutan.
"Wadalah pak, kok ada senjata...!" Seru Paijo yang tampak gemetar.
"Jangan menoleh! Katakan siapa yang menyuruh kamu! Tidak mungkin ada orang asing yang datang begitu saja!" Bentak Andrean.
Refleks, Paijo mengangkat kedua tangannya dan mulai menangis ketakutan.
"Ya gusti...! Ampun om, pak, pakde!" Ucap Paijo dengan logat Jawa nya yang sangat kental.
"Jangan berakting! Katakan atau saya letuskan senjata ini dan membuat batok tengkorak mu pecah!" Ancam Andrean. Sedangkan Pongki terlihat santai dan terus menatap Paijo.
"Yang nyuruh saya sendiri toh pak....pak...! Wong saya butuh pekerjaan, mosok saya mau ditembak pak? Saya butuh makan pak, nikah saja belum... Ampun pak!" Ucap Paijo sambil menangis meraung-raung.
"Jangan main-main kamu!" Teriak Andrean sambil menekan moncong senjata itu di kepala Paijo.
"Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar.... Gustiiii... help help me...!" Paijo menangis dan terlihat memegangi miliknya yang berada di balik celananya.
"Hei! Apa itu yang kau pegang!" Tanya bodyguard yang duduk disamping Paijo.
"Manuk ku om, mau pipis ini om!" Ucap paijo seraya memencet hidung nya untuk mengeluarkan ingusnya yang mulai meleleh, lalu ia mengelap tangan nya di kemeja hitam milik bodyguard yang duduk disampingnya.
"Hei! Apa-apaan kau!" Ucap bodyguard tersebut, seraya menepis tangan Paijo yang baru saja mengelap tangan nya yang berlumuran ingus di kemeja bodyguard tersebut.
"Maaf om, saya takut, galau dan grogi," Ucap Paijo seraya kembali mengusap ingusnya dan hendak kembali mengelap tangan nya di kemeja bodyguard di tersebut.
Sontak saja bodyguard di itu menghindar dan beranjak turun dari mobil tersebut.
"Hoekkk!" Bodyguard tersebut pun hampir saja muntah melihat ingus Paijo yang menempel di kemeja miliknya.
Saat itu juga Pongki tertawa geli dan mengangkat tangan nya.
"Sudah cukup," Ucapnya kepada Andrean.
Andrean pun menurunkan senjata itu dan kembali menyelipkan nya di balik saku celana nya.
"Hahahhaha... Paijo, kita hanya bercanda," Ucap Pongki.
Paijo menoleh ke belakang dan menatap Pongki dengan wajah yang pucat. Sebenarnya, Paijo memang benar-benar ketakutan saat itu. Tidak menutup kemungkinan dirinya akan kehilangan nyawa detik itu juga.
"Bercanda orang kaya kayak film squid game ya pak?" Tanya Paijo dengan wajah yang polos dan nyaris terlihat akan pingsan karena shock.
Mendengar pertanyaan polos itu, Pongki kembali tertawa geli dan menepuk pundak Paijo.
"Allahu Akbar!" Ucap nya, dan terperanjat saat Pongki menepuk pundaknya.
"Kamu di terima kerja Paijo. Tetapi, buka menjadi supir saya. Kamu akan menjadi supir anak saya yang bernama Bella. Dia masih kuliah dan kamu wajib menunggu dia sampai waktu nya dia pulang," Ucap Pongki.
"A-anak bapak?" Tanya Paijo dengan wajah yang semringah.
"Iya anak saya, tetapi ingat! Jangan naksir dengan anak saya! Kalau tidak mau pistol itu melubangi kepala mu," Ucap Pongki.
"Enggak kok pak, tapi kalau cantik saya bingung juga," Ucap nya dengan polos.
Pongki tertawa dan menggelengkan kepalanya. Lalu, ia membuka kaca mobilnya dan meminta bodyguard yang sedang membersihkan kemejanya untuk kembali masuk kedalam mobilnya.
"Ayo jalankan mobilnya, kita kembali kerumah," Perintah Pongki kepada Paijo, saat bodyguard nya sudah kembali masuk kedalam mobilnya.
"Baik pak," Ucap Paijo seraya melirik bodyguard yang duduk disebelahnya dengan wajah yang tampak menjijikkan bagi bodyguard tersebut.
"Apa kau lihat-lihat!" Bentak bodyguard tersebut.
"Heheheh, maaf ya om," Ucap Paijo seraya mengangguk dan melajukan mobil tersebut.
"Alhamdulillah, masih diberi umur yang panjang," Batin Paijo yang tampak masih gugup dalam mengendarai mobil tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
Arya Aya
melu deg2an🤭
2022-02-12
1
sandi
iihihihiii jo.. jooo
2021-12-28
1
sandi
𝚋𝚜 𝚊𝚎!!! 🤣🤣🤣
2021-12-27
1