Topan datang dengan membawa dua gelas kopi yang baru saja ia buat di dapur para karyawan Pongki. Topan meletakkan dua gelas kopi itu di hadapan Pongki. Lalu, ia beranjak duduk di hadapan Pongki.
"Terima kasih ya Jo,"
"Ngeh pak, sama-sama," Sahut Topan dengan senyum malu-malu nya yang menjadi khas dirinya sebagi Paijo.
"Pak boss baik-baik saja kan?" Tanya Topan dengan wajah yang sungkan.
Pongki menatap Topan dan tersenyum. Lalu, ia menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Kenapa pak boss?" Tanya Topan lagi.
"Aku yakin, kamu sudah tahu. Mengapa kamu bertanya?"
Topan tertunduk malu, saat mendengar ucapan Pongki.
"Jo, kamu kan belum menikah. Sesulit apa pun nanti pernikahan mu kelak, jangan pernah mendua ya Jo,"
Topan mengangkat wajahnya dan menatap Pongki dengan seksama.
"Ngeh pak boss," Sahut Topan.
"Saya sangat mencintai bu Berta. Dia ibarat bidadari di dalam hidup saya. Tetapi, keputusan bodoh saya, membuat saya terseret ke lubang nestapa. Pernikahan saya terancam bubar. Tetapi, saya tetap ingin mempertahankan Berta." Pongki mulai menceritakan masalah rumah tangganya.
Topan berusaha untuk menjadi pendengar yang baik untuk Pongki yang sebenarnya adalah target operasi nya.
"Menurut mu, apa yang harus saya lakukan Jo?"
Topan terdiam, ia bingung akan menjawab apa. Sedangkan dirinya tidak memiliki pengalaman menikah sekalipun.
"Kamu bingung ya, saya bertanya seperti ini?" Tanya Pongki, di iringi tawa yang membodohi dirinya sendiri.
"Hehehe, sedikit pak," Sahut Topan.
"Jo, kalau saya tidak bisa mempertahankan pernikahan saya, saya minta kamu menjaga anak dan istri saya ya Jo,"
Topan mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti mengapa Pongki begitu percaya kepada dirinya yang baru saja beberapa hari bekerja bersama dengan lelaki itu.
"Ke-kenapa pak boss percaya dengan saya?" Tanya Topan.
"Entah mengapa, saya yakin kamu orang baik."
Deggggg...!
Topan kembali merasa bersalah dan menghela nafas panjang.
"Saya yakin kok, pak boss bisa mempertahankan rumah tangga pak boss," Ucap Topan.
"Darimana kamu yakin?" Tanya Pongki penasaran, sambil meraih gelas kopinya dan menyeruput kopi panas itu secara perlahan.
"Karena saya yakin, cinta kanjeng mami, sebesar cinta pak boss kepada kanjeng mami."
Pongki membulatkan matanya dan memandangi Topan dengan seksama.
"Begitu ya? Lantas, bagaimana caranya saya bisa mempertahankan pernikahan saya?" Tanya Pongki lagi.
Topan kembali menghela nafas panjang, lalu ia tersenyum ramah kepada Pongki.
"Kalau pak boss membuktikan bila pak boss layak untuk diperjuangkan sih menurut saya."
"Maksudnya?" Pongki masih belum mengerti dengan ucapan Topan.
"Mulai raih kepercayaan kanjeng mami kembali, pak boss. Kalau pak boss mencinta kanjeng mami, coba pak boss melupakan istri kedua pak boss. Lalu, coba pak boss mulai memiliki waktu yang banyak dengan kanjeng mami. Liburan misalnya, makan malam bersama, romantis-romantisan kayak dulu lagi pak boss. Pokoknya, perlakukan kanjeng mami seperti the one and only gitu..."
Pongki terbelalak, ia tersenyum lebar dan menggelengkan kepalanya, tanda ia tidak percaya dengan apa yang baru saja Topan ucapkan.
"Kamu cerdas juga ya Jo... belajar bahasa Inggris dari mana kamu Jo?"
"Ah, pak boss bisa saja... Saya dulu pernah di ajarkan bule yang singgah di desa saya pak boss. Jadi, saya bisa litle litle lah bahasa Inggris nya," Ucap Topan, sembari tersipu malu. Padahal, sebenarnya jantung nya berdegup kencang, karena ia takut Pongki curiga kepada dirinya.
"Hebat kamu Jo! Karyawan begini ini yang saya suka!" Ucap Pongki dengan bersemangat.
"Hehehe, thank you pak boss..." Ucap Topan, seraya tersenyum semringah.
Lalu, mereka pun mulai bercerita banyak hal. Tentu saja sedikit-sedikit, Topan menjadi lebih mengenal Pongki. Topan juga mulai bertanya tentang usaha apa saja yang Pongki punya. Pelan tapi pasti, Topan mengeluarkan sedikit demi sedikit skill nya sebagai penyelidik sebuah kasus. Tentu saja, itu semua tanpa di sadari oleh Pongki.
Cukup lama mereka berbincang, hingga malam pun mulai berganti pagi. Tepat pukul 2 dini hari, Pongki pun meninggalkan kamar Topan, dan mengucapkan banyak terima kasih kepada Topan yang sudah rela begadang hanya untuk mendengarkan dirinya.
Pongki kembali ke rumahnya dengan perasaan yang jauh terasa ringan. Ia benar-benar mengagumi sosok Paijo. Walaupun begitu, baginya Paijo sangat berjasa untuk dirinya yang sedang sangat membutuhkan dukungan saat ini.
..
"Paijoooooooo...!" Teriak Bella, di halaman rumah nya, saat menyadari Paijo belum menyiapkan mobil untuk dirinya.
Dari arah paviliun, terlihat Topan berlari mendekati Bella, dengan rambut yang terlihat basah, wajah yang kurang tidur dan baju yang tampak tidak rapi.
"Kesiangan lu?"
"I-i-iya non maaf ya non."
"Kok bisa?" Cecar Bella.
"Iya non, semalam saya tidak bisa tidur," Ucap Topan, berbohong.
"Hmmm, ya sudah, antar kan gue ke kampus. Gue mau ambil toga," Ucap Bella, sambil melangkah masuk kedalam mobilnya. Topan hanya mengangguk dan menyusul masuk kedalam mobil itu.
Dari dalam rumah, terlihat Berta berlari memanggil Topan.
"Jo....! Jo...!" Panggilnya.
Topan yang baru saja akan menyalakan mesin mobilnya pun mengurungkan niatnya, lalu ia membuka pintu mobilnya dan bergegas keluar dari mobil itu.
"Ya kanjeng mami...?"
"Nanti siang, kita jadi ke mall kan?"
Topan terlihat canggung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Berta. Sedangkan Bella yang mendengar kata-kata maminya pun mengerutkan keningnya dan menyusul keluar dari mobil itu.
"Maksudnya? Jangan bilang mami suka sama si mas-mas tengik ini!" Ucap Bella dengan penuh kecurigaan.
"Eh.... sembarangan kamu Bella, mami mau ke mall ada keperluan. Sekalian mami mau membelikan si Paijo baju baru."
Bella semakin curiga saat mendengar apa yang dikatakan maminya.
"Baju baru? Untuk apa? Mami mau dandanin dia ala-ala brondong gitu?"
"Hus! Sembarangan. Mami tidak segila itu Bella! Mami hanya mau mengucapkan terima kasih kepada Paijo. Dia sudah baik loh sama kita, kemarin dia mau menghibur kita loh..."
"Lagian.... Paijo itu sudah mami anggap sebagai anak sendiri," Sambung Berta seraya tersenyum semringah kepada Topan.
Topan mengangkat kedua alisnya dan terlihat tidak enak kepada Bella.
"Hah?" Bella tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari mulut maminya.
"Wah... mami sudah kena sihir si Masteng nih.., tidak bisa dibiarkan!" Batin Bella.
"Nanti siang kan?"
"Iya," Sahut Berta.
"Ya sudah, nanti siang aku ikut. Aku tidak mau dia jadi bapak tiri ku!" Seru Bella seraya kembali masuk kedalam mobil nya dan membanting pintu mobil tersebut.
"Duh... kanjeng mami, non Bella jadi salah paham. Saya antar kan nanti siang, tetapi saya menunggu di mobil saja ya kanjeng mami," Ucap Topan dengan wajah yang serba salah.
"Ck... sudah, abaikan dia. Memang pikiran dia itu selalu suudzon saja," Ucap Berta seraya, tersenyum tulus kepada Topan. Selayaknya seorang ibu yang begitu tulus mencintai anak nya.
Sebenarnya ada alasan nya mengapa Berta menyayangi Topan. Dirinya sedang merindukan anak laki-laki pertama nya yang sudah tiada.
Ternyata, saat dirinya menyusul Pongki ke desa lelaki itu, Berta tengah mengandung anak pertama nya. Karena, semua serba terbatas di desa tersebut, di tambah dengan keterbatasan ekonomi Pongki saat itu. Berta dan Pongki tidak bisa menyelamatkan bayi mereka yang terlahir prematur.
Mereka harus mengikhlaskan kepergian anak pertama mereka, yang mereka berikan nama Bryan, begitu saja. Di tambah masalah mereka yang belum selesai dengan kedua orang tua Berta, yang menuntut Pongki untuk sukses terlebih dahulu, sebelum menikahi Berta.
Ya, bayi tersebut lahir di luar pernikahan mereka. Dosa terbesar yang pernah mereka lakukan saat dimana mereka sedang bersama berjuang demi sebuah restu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳 TerlenARayuAn
hati2nanti km sndr yg trsihir sm masteng lho bella
2021-11-28
3
Anne Rukpaida
jgn2 nnti klo dah dandanin sma kanjeng mami, bsa² aq jga terpesona sma Paijo 🤣🤣🤣
2021-11-24
1
ama luph endhe
topan, tunjukan pesona mu😁
2021-11-24
1