Bella menghentakkan kakinya setiap ia melangkah. Ada perasaan kesal, sedih dengan Frans dan juga benci dengan Topan. Sedangkan Topan mengikuti langkah kaki Bella tepat dibelakang gadis itu. Topan tersenyum sendiri, entah mengapa, ia merasa sangat puas melihat Bella bertengkar dengan kekasih gadis itu.
Tiba-tiba saja, langkah kaki Bella tertahan saat ia melihat sosok yang ia kenal di parkiran mobil apartemen tersebut. Ya, dia adalah Pongki yang sedang menggandeng tangan seorang wanita yang sebaya dengan Bella. Bella terkejut dan menarik lengan Topan untuk bersembunyi dibalik sebuah mobil yang terparkir di dekat mereka.
"Ada apa non?" Tanya Topan seraya terlihat waspada.
"Sssttt..! Jangan berisik, lu lihat itu!" Bella menempelkan jari telunjuk nya di bibirnya yang mungilnya, lalu ia menunjuk ke arah Pongki yang sedang melangkah masuk kedalam gedung apartemen tersebut.
Topan melemparkan pandangannya kearah yang Bella tunjuk. Lalu, ia tampak terkejut melihat Pongki yang terlihat mesra dengan wanita lain. Lalu, ia menatap Bella yang terlihat emosi dan gemetar melihat tingkah Pongki.
"Non.."
"Siapa sih cewek itu? Ada apa daddy dengan dia?" Gumam Bella.
"Non baik-baik saja kan?" Tanya Topan lagi.
Bella mengabaikan Topan dan bergegas mengikuti Pongki yang sudah masuk kedalam gedung itu. Mau tidak mau, Topan mengikuti Bella yang terlihat sangat penasaran dengan wanita yang sedang terlihat mesra dengan Pongki.
Bella berlari saat Pongki sudah masuk kedalam lift, dan menahan pintu lift yang nyaris saja tertutup rapat dengan kakinya. Saat itu juga, pintu lift kembali terbuka. Alangkah terkejutnya Pongki, saat melihat Bella dan Topan disana.
"Be-be-bella!" Seru Pongki.
"Dad..., bisakah daddy mengatakan siapa perempuan ini?" Ucap Bella dengan wajah yang penuh amarah.
"Hmmmm.. kamu pulang sekarang,"
"No... aku butuh penjelasan daddy!" Bentak Bella. Suara Bella yang menggelegar menarik perhatian seluruh orang yang sedang berada di lobby apartemen tersebut.
Dengan cepat, Pongki menarik tangan Bella untuk masuk kedalam lift, dan saat Topan hendak menyusul, Pongki mencegah Topan hanya dengan mengangkat sebelah tangan nya.
Topan pun mengerti, bila dirinya tidak diizinkan untuk ikut campur dalam urusan keluar itu. Topan kembali mundur, dan membiarkan pintu lift itu tertutup rapat. Topan tampak gelisah dan memutuskan untuk menunggu Bella di mobil saja.
....
Ting!
Pintu lift terbuka di lantai 15 gedung apartemen tersebut. Pongki yang masih memegangi lengan Bella pun mengajak Bella untuk keluar dari dalam lift itu. Bella menurut saja, walaupun dirinya tampak emosi dan tidak menyukai wanita yang berdiri di sisi kiri Pongki.
Mereka pun berjalan di lorong tersebut, hingga sampailah mereka di salah satu unit, yang ternyata adalah tempat tinggal wanita tersebut. Wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun, ia langsung membukakan pintu apartemen nya untuk di masuki oleh Pongki dan Bella.
Setelah mereka bertiga masuk, wanita itu menutup rapat pintu apartemen nya. Pongki menuntun Bella untuk duduk di sebuah sofa. Sedangkan wanita itu langsung masuk kedalam kamarnya. Pongki duduk di hadapan Bella dan terlihat salah tingkah.
"Siapa dia?" Tanya Bella dengan suara yang terdengar gemetar.
"Bella, daddy bisa jelaskan."
"To the point please...! dia siapa!" Bentak Bella.
Pongki terdiam membisu.
"Saya istrinya, perkenalkan saya Anna," Ucap wanita itu, sembari beranjak duduk disamping Pongki.
Bella terhenyak, ia menatap wanita itu dengan sinis. Lalu, ia menatap Pongki dengan penuh amarah.
"Benarkah yang dia katakan dad? Lalu Mami bagaimana?" Tanya Bella dengan kedua matanya yang mulai mengeluarkan air mata.
"Kami sudah lama menikah, sudah tiga tahun," Timpal wanita bernama Anna tersebut.
"Stop! saya tidak berbicara dengan kamu!"
"Saya hanya ingin memberikan kamu kenyataan yang ada," Ucap Anna, seraya tersenyum puas.
"Daddy.. jawab apa yang aku tanya dad!" Desak Bella.
Pongki bergeming, ia terus memijat pelipisnya yang mulai terasa pusing.
"Dad!" Bella merasa tidak sabar, menunggu Jawa dari Pongki.
Pongki menatap Bella dengan mata yang memerah dan terlihat merasa bersalah. Lalu, ia mengangguk pelan dan menelan salivanya.
"Ya, daddy sudah menikah lagi, tiga tahun yang lalu," Ucap Pongki dengan suara yang tercekat.
Air mata berderai di pipi Bella, dirinya merasa hancur dengan pengakuan Pongki yang sangat membuat dirinya terpukul.
"Kenapa daddy tega melakukan ini kepada mami?" Tanya Bella di sela tangis nya.
"Daddy minta maaf Bella,"
"Kenapa!" Bentak Bella.
Pongki terdiam membisu.
"Daddy punya alasan tersendiri Bella... Tetapi, daddy mohon, jangan katakan ini kepada mami mu."
"Jangan katakan sama mami? Daddy yang selalu mendidik ku untuk jujur, dan sekarang, daddy menyuruh ku untuk berbohong dengan mami ku sendiri, demi wanita ini?" Bella benar-benar tidak habis pikir dengan ucapan yang terlontar dari mulut Pongki.
"Bella, daddy mohon...."
"Aku tidak mengenal daddy lagi. Sejak kapan daddy berubah seperti ini? Daddy tahu? Kesalahan daddy ini tidak termaafkan bagiku juga bagi mami!"
"Daddy tahu Bella, daddy minta maaf...."
"Maaf? Segampang itu?"
Pongki bergeming, ia benar-benar merasa bersalah dengan pilihan nya yang menikah diam-diam dengan wanita lain. Bahkan, wanita itu lebih pantas menjadi anak nya.
"Bella...."
"Cukup, aku tidak mau mendengar apa pun lagi!" Bella beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan apartemen tersebut.
Di dalam lift, gadis itu menangis sesenggukan. Ia tidak menyangka, selama ini kebahagiaan di dalam rumah nya hanya kepalsuan belaka. Atau mungkin, keluarganya memang bahagia, hanya saja kebahagiaan itu diam-diam terbagi dengan wanita lain yang menjadi orang ketiga di dalam pernikahan orangtuanya.
Bella berlari ke arah parkiran apartemen tersebut, saat pintu lift baru saja terbuka. Lalu, ia bergegas masuk kedalam mobilnya. Topan terdiam saat melihat Bella menangis pilu. Dari balik kemudinya, ia terus menatap Bella yang tampak sangat terpukul.
"Jalan, kita pulang," Perintah Bella.
Topan menelan salivanya, lalu ia mengangguk dan menyalakan mesin mobil mewah itu, tanpa sepatah katapun.
Sepanjang perjalanan, Bella terus menangis. Topan dapat merasakan kehancuran yang sedang Bella rasakan. Saking terdengar pilu nya, ingin sekali Topan menghentikan laju mobil itu dan memeluk Bella dengan erat. Sayangnya, saat ini ia sedang berperan sebagai Paijo. Paijo dari kasta yang rendahan. Tidak mungkin ia pantas memeluk dan menghibur seorang gadis yang begitu tidak menyukai dirinya.
"Punya pacar begitu banget! Punya daddy pembohong! Hanya mami yang bisa mengerti aku! Tidak ada orang lain yang benar-benar tulus kepadaku!" Sesal Bella, di sela tangisan nya yang semakin terdengar pilu.
Topan tidak tahan lagi, ia pun menghentikan laju mobilnya di tepi jalan. Lalu, ia beranjak turun dan membuka pintu penumpang.
Dengan mata yang sembab, Bella menatap Topan yang berdiri di ambang pintu.
"Butuh sasaran amarah gak non? Kalau butuh, pukul saya saja," Ucap Topan.
Bella terdiam, ia terus menatap Topan sambil terus terisak.
Topan berjongkok tepat di ambang pintu mobil sedan itu dan terus menatap Bella yang juga sedang menatap dirinya.
"Luapkan amarahnya ke saya saja non, saya tahan kok di pukul. Asal jangan di tendang kuda saja, saya pasti mental," Ucap Topan dengan wajah yang tampak serius. Namun, terdengar lucu di telinga Bella.
"Garing lu," Ucap Bella seraya meraih tisu dan mengusap air matanya.
"Non, saya beneran ikhlas kalau non melampiaskan amarah kepada saya. Asal non tenang dan kembali tersenyum. Non tidak pantas menangis."
"Kenapa?" Tanya Bella penasaran.
"Sayang harga bedak nya non, sekali non nangis, itu jutaan terbuang sia-sia, maskara, bedak.. Kalau di total, bisa buat gaji saya non.."
Bella mulai tersenyum tipis, seraya mengalihkan wajahnya.
"Non..."
"Ih... elu tuh pengen tak ihhhh.... Saja deh bawaan nya!"
"Ya sudah Ihhhh deh non, nanti saya ahhh.."
Bella menahan senyum nya.
"Apaan sih...."
"Ayo dong..."
"Apaaaaaaa Masteng!"
"Pukul saya non..."
"Gak,"
"Pukul dong,"
"Gak, nanti lu nuntut lagi, emangnya gue bodoh!"
"Ih.. non mah suudzon sama saya..., beneran loh, saya ikhlas. Asal non jangan nangis lagi."
Bella menatap Topan dan memperhatikan wajah lelaki itu.
Topan tersenyum manis kepada Bella, seraya meraih tangan Bella dan hendak memukulkan nya tepat di pipinya. Namun, Bella menahan tangan nya dan melepaskan nya dengan perlahan.
"Terima kasih sudah menghibur gue ya," Ucap Bella dengan nada suara yang terdengar begitu lembut di telinga Topan.
Topan tersenyum semringah, lalu ia menyerahkan botol air mineral yang masih di segel.
"Ini, tadi saya beli, belum sempat saya minum kok non. Jadi, tidak akan membuat non muntah. Silahkan diminum non, buat non saja. Saya kembali menyetir ya non," Ucap Topan.
Dengan ragu, Bella meraih botol air mineral tersebut dan memperhatikan Topan yang kembali duduk di kursi kemudi.
"Ternyata dia baik sekali. Gue salah selama ini sudah mencaci maki dia," Batin Bella.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 187 Episodes
Comments
fhayy
tuh kan masteng nya berguna juga hehe
2021-12-03
2
handayani herni
baik plis tajir juga bebel.
2021-11-29
2
Nancy Mekel
next thor...
2021-11-29
2