"Orang tuamu tidak mengatakannya tentang alasan mereka untuk menikahkan kalian?"
Aku menggeleng cepat "Apakah kamu tahu?"
"Kita semua tahu...."
"Beri tahu aku alasannya.." pintaku tidak sabar
Renata hanya menghela nafas panjang.. Dan. "Asal dengan satu syarat"
"Kenapa semua orang selalu meminta syarat sih!" gerutuku kesal sendiri.
"Di dunia ini ga ada yang gratis" celetuk Renata santai. " Aku mau kamu bikin Maria ga bakal deket dengan Anthony"
"Suliiit...!!! Anthony itu bapaknya Tania" jawabku sekenanya, "Lagi pula.. Maria udah nikah sama aku, apa yang mesti di khawatir kan"
Renata termenung sejenak memikirkan ucapanku.
" Pernikahanku lagi masa - masa hangat dan bahagia, jangan di rusak dengan rasa cemburu kamu yang nggak beralasan"
Aku mencoba meyakinkan Renata untuk hal yang aku sendiri juga ragu.
Aku sudah malas dengan urusan syarat dan ketentuan untuk sesuatu yang aku inginkan. Sesekali aku berharap mendapat sesuatu yang gratis.
"Papimu terjerat korupsi.. secara tidak sengaja sih, tapi tetap nasi terlanjur jadi bubur" jelas Renata sinis " Seperti yang kamu tahu ayah Melissa akan segera mencalonkan diri menjadi walikota, jadi kalau kalau kamu menikah dengan Melissa, mungkin investigasinya bisa di tutupin dari media, atau malah di hentikan"
"Korupsi...?? Bagaimana mungkin, kekayaan papi banyak banget" Aku hampir nggak percaya ucapan Renata.
"Sebenarnya dia bukan pelaku, tapi salah satu investor anak perusahaan Tower High, di pastikan melakukan korupsi meski process sidang masih berlangsung"
"Om Handoyo?" Aku memastikan nama yang lumayan akrab di telinga ku.
"Nah... Itu kamu udah tahu"
"Pasti gampang di tebak, karena investor Papi yang pejabat hanya dia"
Renata memghirup udara dalam - dalam.
" Paman mungkin tidak bersalah sama sekali, hanya akan di periksa sebagai saksi" Renata menegaskan Sebuah kemungkinan"Namun selama process persidangan, saham Tower High dan berikut semua anak perusahaannya akan turun drastis "
Kami berdua terdiam dengan lamunan masing - masing. Hingga Renata kembali membuka Mulutnya.
" Pernikahanku dengan Anthony juga termasuk sedikit strategy untuk berjaga - jaga atas meledaknya berita tentang kasus ini, Reputasi Anthony sebagai CEO yang handal kemungkinan besar akan jadi pertimbangan penting bagi para investor untuk bertahan hingga keputusan bahwa kita bersih"
" Jadi kamu tidak mencintainya? "tanyaku penuh selidik.
" Tidak sulit bagiku untuk jatuh Cinta" Renata mulai nampak tersenyum sendu" Namun Anthony, bisa saja hanya tertarik dengan tawaran keluarga kita dan bukan padaku "
Uhf... Kami sama - sama membuang nafas kesal. Ternyata nasib kami cukup mirip.
" Uang, jabatan, dan teman - temannya? "respondku yang terdengar seperti keluhan.
"Juga putrinya" Renata menghembuskan nafas kesal.
Status jadi anak yang terlahir kaya dan berkuasa, ternyata tidak seindah yang orang lain bayangkan. Terkadang kami juga di perjual belikan.
***
Kami meninggalkan Maria dan Anthony terlalu lama, sudah waktunya kami kembali ke meja makan kami dan menghibur diri dengan hidangan fine dining yang tersaji.
Tania nampak sangat bahagia mendapati kami semua berkumpul, terutama kedua orang tuanya.
" Jadi kemana kalian akan melakukan bulan Madu?" Anthony menanyakan.
"Harry bilang ini kejutan" jawab Maria langsung.
"Aku tipe yang romantics" Aku mulai sedikit piawai berbohong dan berakting.
"Mom..!! Daddy buy a bunny for me" Tania yang sedang adik mengunyah makanannya mulai ikut percakapan kami.
"Great!!!" respon Maria
"I will stay in daddy home for a while with bunny"
" Tania sudah lama menginginkannya, jadi aku pikir sekarang saat yang tepat" Anthony menjelaskan soal kelinci yang di maksud Tania. "Manda bilang... Kamu menundanya karena sedang sibuk, dan ternyata kamu memang sedang sangat sibuk sampai Bisa melangsungkan pernikahan" lanjutnya dengan nada setengah menyindirku.
Kalimat terahir Anthony cukup menusuk hati, Namun sepertinya tidak mempengaruhi Maria. Dengan tenang dan lugas Maria menjawab.
"Benar!! Aku mempercept pernikahanku, karena musim panen perkebunan coklat datang lebih cepat, serta Harry yang segera menjabat menjadi di rektur cabang Selatan" Maria meneguk minumannya sejenak "Kami hawatir kalau kami menunda pernikahan, bisa jadi kami harus menikah dua tahun lagi"
Maria menggelengkan kepalanya sejenak dan kemudian mengarahkan pandangannya padaku sambil tersenyum penuh mistery yang ahirnya dapat aku pecahkan sekitar 10 detik kemudian.
" Karena itulah aku memaksa Maria untuk mempercepat, mengingat status Maria yang janda jadi aku takut orang banyak salah faham" cuma ide itu yang terlintas di otakku untut bertaut dengan kalimat Maria. Dan sepertinya jawabanku cukup membuat Maria puas, hingga sebuah senyuman manis segera menghias wajahnya.
Sebenarnya aku kasihan dengan Renata, sepanjang acara makan malam dia yang paling banyak diam. Anthony sangat jarang mengajaknya bertukar pikiran, dan lebih banyak melempar tanya pada Maria. Pantas saja kalau dia cemburu.
******
"Anthony masih mencintaimu" ucapku lugas setelah aku dan Maria duduk di mobil.
"Tidak" Maria menjawab singkat. "Kita langsung pulang, aku ngantuk"
"Kenapa dia banyak bertanya kepadamu?" lanjutku yang mulai tak menghiraukan pinta Maria.
"Aku ibu dari anaknya"
"Tapi soal pernikahan kita yang agak mendadak, bukan urusan dia"
"Karena itu alasanku tidak membelikan kelinci untuk Tania, karena aku pikir aku tidak punya waktu mengajarinya mengurus kelinci"
Tok...
Aku menyentil dahi Maria,
"Aku juga laki - laki, aku bisa menebak isi otak Anthony itu"
"Tidak penting dia berfikir apa, yang jelas aku mau pulang dan aku sudah mengantuk" Maria menyandarkan tubuhnya dan mulai menutup kedua kelopak matanya.
*****
"Sudah sampai.."
Maria bergegas membuka matanya dan menegaskan tubuhnya.
"Terimakasih"
Dengan cepat Maria membuka pintu mobil dan menghambur ke dalam rumah yang selanjutnya aku susul.
Suasana rumah terasa sangat sepi tanpa mbak. Manda dan Tania. Meski ahirnya aku sadar, sekian kalinya aku hanya berdua dengan Maria.
Aku segera mendapati Maria sedang duduk Di sofa, memeriksa benda canggih di tangannya.
"Saham pegasus globalindo ARA(auto reject atas) hari ini dan Tower High naik dua puluh persen" ucap Maria ketika melihatku melangkah mendekat.
Pantas saja Papi tidak menghentikan pernikahan kami, meski dia tidak setuju. Papi pasti sudah memikirkan keuntungan saat ini.
"Hmmm!!" jawabku mengikuti gaya Maria.
Maria berdiri dan mulai meninggalkanku untuk menuju kamar. Dia mulai melepaskan ikatan rambutnya serta membiarkannya terurai. Semerbak aroma mawar menyeruak ke dalam hidungku, seiring dengan feromonku yang perlahan naik karenanya.
Tanpa ragu aku memeluk pinggang Maria, dan memanggut sepasang bibirnya ketika wajahnya mengarah padaku.
"Bukankah sudah aku bilang aku tidak suka hal Di luar rencana?" suara Maria menggema Di Telinga.
" Tapi kamu suka membuat rencana di luar rencanaku" Aku mencoba membela diri..
" Aku hanya mendesain keluarga harmonies secara pemahaman umum"
" Bukankah aku sudah melakukannya?"
"tapi terkadang kamu melakukannya agak berlebihan" Maria masih mengomel ketika memasuki kamar.
"Kenapa kamu terlalu sensitive untuk hal - hal kecil begini?"
Kali ini aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan mendarat kan beberapa kecupan di tengkuknya.
"Hal kecil yang bisa besar kalau banyak" ralat Maria sambil mencoba melepaskan diri dariku "jelasnya begini..." Maria menelan ludahnya Sejenak
" Bagaimanapun Pada ahirnya ada perpisahan di antara kita" Ahirnya nada lirih itu keluar.
"Kalau begitu mari kita berusaha semaksimal mungkin"
"Maksudnya???" Maria refleks menoleh padaku yang langsung aku sambut dengan memanggut sepasang bibirnya lagi.
"Karena biasanya orang yang bercerai berusaha semaksimal mungkin" jawabku sekenanya " setiap interview perceraian selalu mereka bilang bahwa mereka sudah berusaha se maksimal mungkin"
Tawar Maria berderai lepas, "Harry.. Harry.."
Saat tertawa begini, Maria nampak cukup cantik dan aku menginginkan lebih.
"Mari kita mulai dengan ini" jemariku ternyata menyelip sempurna ke bagian dalam gaun Maria.
Sebelum Maria mampu menghentikan tawanya, aku segera mengatakan lelucon lain yang berhasil membuatnya tertawa lagi. Hingga tawa itu berganti dengan deru nafas yang Berahir dengan lengkingan namaku dari sepasang bibirnya.
Aku menghempaskan tubuhku di samping Maria, mengamati wajahnya yang masih menata nafas sambil mengamati langit - langit.
Mar..? Bolehkah aku minta sesuatu? Aku sedikit ingin melewati batasan ku selama ini.
"Bisakah kamu sedikit santai?" lanjutku tanpa menunggu Maria menanggapiku.
Maria tersenyum simpul dan masih belum kunjung menanggapiku.
"Seperti.. tadi... Kamu juga Bisa tertawa lepas dan lebih lepas" sambungku lagi yang kali ini di iringi dengan menggelitik pinggangnya.
Maria pun tertawa lagi...
"Aku sulit santai.. Juga buat bayar kamu" jawabnya ketika tawanya mulai mereda.
"Perempuan sepertiku tidak akan bisa bersamamu dengan gratis"
Meski benar apa yang di katakan Maria, tapi rasanya ini semua cukup mengusikku.
"Mau bagaimana lagi, tubuh ini menjadi menarik juga tidak gratis" Aku meraih jemari Maria dan meletakkannya di atas otot perutku yang rapi.
"Dan aku perlu bekerja keras untuk membayarnya dengan pantas" Sekali lagi Maria menyinggung harga diriku.
"Bagaimana kalau kita lupakan batasan itu Sejenak?" nada bicaraku jadi sedikit memohon."Kali ini no charge..." Aku menarik jemari Maria ke arah yang lebih. "Just relax and just you and me"
Maria menarik jemarinya "dengan satu syarat"
Kenapa selalu ada syarat dalam setiap Keinginan ku.
"Jangan ledek aku kalau tidak berpengalaman" lanjutnya lirih.
"Kamu sudah menghasilkan Tania" protes ku
"Tania hasil donor ****** Ayahnya" timpal Maria cepat.
Manikku membola ke arah Maria.
"Lupakan..!!"
Maria menarik selimut dan menggulung tubuhnya, bersiap meninggalkanku.
"Setuju..!!!" Pekikku dengan Tangan yang langsung meraih ujung selimut yang tersisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments