Aku berjalan lurus menuju lobby Hotel. Harga diriku 99% sudah mulai pulih. Sedikit senyuman aku latih perlahan sebelum benar - benar bertemu dengan staff hotel.
Bagaimanapun aku harus terlihat sangat bahagia, seolah - menikahi wanita idamanku.
Acting, ternyata juga bagian penting dari profesi ini. Mungkin setelah pensiun nanti aku akan melirik profesi seperti Melissa. Rupanya profesi itu juga cukup menjanjikan.
DEG...
Kalau ga salah itu Antonio yang sedang berbicara dengan staff hotel di lobby. Kenapa dia ada di sini hari ini? Bukannya dia harusnya sibuk?
Aku memperlambat langkahku, dan memutuskan untuk menghubungi Rena.
"Tumben..." jawaban Rena yang belum mendengar kata halo dariku.
"Lagi lihat belahan hatimu Di Hotel nih!"
"Ah... Bohong!"
"Serius...!!! Mau aku kirimin fotonya? Mumpung masih ngobrol di lobby nih, belum sampai check in"
"Iiiih... Paling urusan kerjaan atau lagi survey venue buat resepsi pernikahan kami"
Renata mau nikah di sini juga?
"Kamu tuh kapan nikahnya sih!!"
"Tahun ini.. Tapi nunggu kerjaan Antonio longgar dikit, ini lagi di usahakan"
"hmmmm"
Antonio mulai beranjak dari lobby dan menghilang di balik pintu lift.
"Sejauh mana kamu kenal Antonio atau kamu dapet dari dating app trus di sikat gitu aja?"
"Enak aja, aku udah kenal lama.. Sepuluh tahun"
Pikiranku langsung melayang ke sosok Maria, entah mengapa mata Maria selalu berkedip cepat ketika mendengar nama Antonio. Meski saat mereka berhadapan, Maria selalu terlihat tenang.
"Berarti kamu kenal dong ama mantan - mantannya?" aku mulai tertarik menyelidiki Antonio. Meski aku belum tahu alasannya.
"Mantan Istrinya aku juga kenal... Siapa dulu Rena!!"
" Kamu malam ini kosong ga?"
"Mana mungkin kosong, sejak bersama Anthony malam - malam ku penuh warna"
Hatiku terasa tercolek mendengar kata - kata Rena. Pikiranku melesat Pada sosok Maria yang sepertinya juga pernah merasakan hal yang sama ketika bersama dengan Antonio. Yang jelas, itu tidak terjadi dengan diriku saat ini. Malam - malam kami sama - sama sendiri. Ups!
Aku menepuk jidatku, mencoba menegur diriku yang jelas - jelas hanya sebatas suami bayaran.
"Bapak Harry?"
Seorang wanita cantik berseragam menyapaku ketika aku baru saja mengutarakan maksudku di meja reception.
"Benar!!"
Namanya Gracia, tinggi kira - kira 165cm. Memiliki mata indah dan tulang pipi yang kuat serta di tunjang dengan bentuk tubuh yang proporsional.
"Saya yang akan menemani bapak, meninjau Paket honeymoon kami" Gracia menjelaskan "Nama saya Gracia!"
Aku tersenyum senang, Maria tahu sekali bagaimana membuatku nyaman. Secara keseluruhan Gracia adalah seleraku.
"Saya sudah tahu dari name tag kamu" sambutku dengan senyum memikat. Sejenak aku lupa kalau aku akan menjadi mempelai pria dalam paket honeymoon yang sedang aku tinjau.
Bagaimanapun aku adalah pejantan normal, feromonku akan menebar secara otomatis ketika aku bertemu dengan sosok yang cukup menarik. Rupanya feromonku di sambut baik oleh Gracia.
"Mari pak... Ikut saya!" Gracia memanduku untuk segera memasuki lift dengan setumpuk album di tangannya.
Gracia berjalan dengan lembut dan sesekali mencuri pandang ku.
"Memang pilihannya... Banyak?"
Aku memandang tumpukan Album di Tangan Gracia dengan penasaran.
"Benar bapak!"
Gracia nampak professional dalam pekerjaan nya. Namun aroma mennggoda tercium erat oleh indera buayaku.
"Seberapa banyak?"
"70% adalah paket dari Mr. Alberto"
Gracia menjawab dengan senyum menawan.
Otakku sedikit berputar menerka arti senyuman yang cukup membuat feromonku naik.Meski aku memang lelaki bayaran tapi aku tidak murahan, dan memang aku tidak pernah gampangan.
Pacar?? Masa depan yang selalu sesuai dengan apa keinginan orang tua ku, membuatku lebih memilih friends with benefit. Ga ada sakit hati atau konsekuensi yang berarti, karena dari awal memang No commitment.
Orang tuaku selalu memilih kan kriteria yang cukup mengagumkan sekaligus menakutkan. Sekali aku meng-iya- kan, susah keluar... Seperti Melissa.
"Kamu mengenal calon istri saya?" Ahirnya kalimat itu memecah keheninganku dengan Gracia saat kami di lift.
"Beliau salah satu pelanggan tetap kami, kami beberapa kali bertemu"
Gracia masih dalam tahap professional. Dia rupanya menyukai pekerjaannya, jadi berurusan denganku adalah bonus tambahan.
"Kalau Alberto?"
"Kami cukup akrab, karena Client beliau sering mengadakan even di sini"
Jadi Alberto... Biangnya? Dia pasti berharap aku selingkuh saat ini. Huh..!
"Kamu punya buku catatan dan pulpen?"
"Ada pak"
Gracia mengeluahkan buku catatan baru dengan logo hotels serta Sebuah pena berlogo sama.
"Silahkan.."
Aku menuliskan details paket honeymoon yang aku ingin kan.
"Kalian pasti tidak ingin mengecewakan pelanggan tetap kalian"
Gracia hanya shock ketika aku memutuskan untuk tidak keluar dari lift. Dan hanya menyerahkan catatan tentang honeymoon package yang aku inginkan.
Alberto memang licik, aku juga lelaki biasa yang juga bisa khilaf kalau di goda. Untungnya aku punya otak yang cukup bisa aku banggakan hingga tidak perlu memakan umpan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments