"Kalau tidak salah itu Harry, putra pak. Raja"
Maria penasaran dengan sosok pemuda tampan yang sedang bercanda di meja kantin kantornya.
"Sedang apa dia di area kantor ku? "
Rasa penasaran itu membuat Maria memutar langkahnya untuk kembali ke ruang kantornya setelah memesan nasi jagung paket lengkap pada ibu. Risma, kepala kantin.
Pak. Raja bukan orang sembarangan, beliau adalah pengusaha yang sangat sukses. Hampir semua sektor industri beliau miliki, property, pertambangan, retail, agriculture, telekomunikasi dan masih banyak lagi.
Itu sebabnya akan sulit percaya melihat seorang pewaris tunggal kekayaannya menghabiskan jam makan siangnya hanya di kantin kantor yang bukan milik ayahnya.
" Rosita, tolong setelah makan siang kamu cek semua jalinan kerja sama kita dengan PT. Tower High. Segala hal hingga sekecil - kecilnya"
Maria mendengus resah usai menutup telephonya. Selera makannyapun ikut mendadak turun drastis, padahal sudah lama dia menginginkan nasi jagung yang sedang di hadapannya saat ini.
Kriiiing....
Dering telephone langsung menyambut, tepat setelah Maria baru saja meletakkan gagang telphonenya.
"Selamat siang bu Maria... Ada pak. Ario dari Firma widjaya and partners yang ingin bertemu"
"Persilahkan langsung ke ruangan saya saja"
Maria bernafas lega, karena yang datang adalah Ario teman lama yang juga merupakan partner bisnisnya untuk mengurus segala keperluan hukum perudahaannya.
"Hi Mar!" yang langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Wajahnya juga nampak kurang bersahabat. "Baru makan?" Tanya ya langsung ketika mendapati Maria yang mulai melahap nasi jagung.
Maria hanya mengangguk sambil meneruskan aktivitasnya.
"Aku tunggu sampai selesai, takut kamu nanti kesedak"
Ario melempar senyum simpul sebelum ahirnya menghempaskan badannya pada sofa di sudut ruangan.
"Mau minum apa?"
Ahirnya Maria bersuara setelah ia menelan isi di mulutnya .
"Es Jeruk ada? Di luar Panas banget?"
"Ac mobil kamu rusak?"
Ario menggeleng singkat "Mungkin hanya karena suasana hati saja"
"Hmmm..." Maria kembali memasukkan sesuap nasi ke mulutnya. "Apa yang bisa aku bantu?" Ucapnya setelah semua makanan di mulutnya.
"Kamu yang butuh bantuanku" Ario mendengus sambil menggeleng ringan.
Maria mulai mengernyitkan dahinya, mencoba menguras teka - teki dari kalimat Ario.
"Es jeruk satu, tolong di antar ke ruangan saya" perintah Maria pada pihak kantin lewat sambungan telphone.
"Antonio mengajukan hak asuh penuh atas Tania, dia berencana mengambilnya dari rumahmu" jelas Ario yang sudah tak sabar mengutarakan maksudnya.
" Jangan mengadu domba, aku dan Anthony cerai secara sangat harmonis" Maria mencoba menghibur diri sendiri. Sebenarnya firasatnya tentang hal itu sempat muncul seiring semakin sering Anthony mengunjungi Tania ahir - ahir ini, bersama calon istrinya.
"Infoku pasti akurat, perjanjian kuasa hukumnya sudah di tanda tangani oleh Alex Adhinata" Ario mendengus kesal " rencananya dia melakukannya setelah pernikahannya dengan renata"
Maria hanya terpaku, selera makannya runtuh seiring hatinya yang mulai kembali hancur dengan kelakuan mantan suaminya itu.
"Jadi aku harus bagaimana?" Tanya Maria lemas. Maria tak sanggup membayangkan hidupnya tanpa Tania, anak yang di mimpikannya jauh sebelum dia melakukan pernikahan. Sesungguhnya, Maria merasa merasa lebih ber hak atas Tania, karena dia yang menginginkan adanya Tania dan Anthony baru menyetujuinya tiga tahun setelah pernikahan berlangsung.
Rasanya tidak adil kalau Anthony yang menang dalam pengadilan nanti. Mengingat siapa yang akan percaya akan seperti apa pernikahan mereka sesungguhnya.
"Harus menikah dan meluangkan waktu lebih banyak dengan Tania, yang Artinya kamu harus mengalah dengan pekerjaanmu"
" itu tidak mungkin!!"
Maria memijit pelipisnya, sedikit mencoba mengurangi kepeningan yang mulai menjalar Di kepalanya.
Tok ... Tok
Terdengar suara pintu terketuk dari luar.
"Masuk..!" seru Maria yang di ikuti keluarnya sosok dari balik pintu yang sedang tersenyum dengan segelas Es Jeruk di atas nampan yang di pegangnya.
Maria mengucek matanya beberapa kali, memastikan pemandangan di depannya tidak lah keliru.
"Permisi bu.. Mau di taruh di mana?"
Sebuah senyuman masih tersunging di wajah pemuda itu.
"Ah... di meja tamu"
Pemuda itupun langsung meletakkan segelas Es Jeruk yang nampak masih segar di tempat yang di tunjukkan Maria.
"Kamu pegawai kantin baru?"
"Bukan bu.." pemuda itu segera memutar tubuhnya menghadap Maria "Saya dari divisi Marketing, cuma tadi mbak yang antar dapat telphone anaknya kecelakaan, jadi saya membantu sedikit"
"Ah... Ya.. Ya..nama kamu?"
Maria hanya memastikan bahwa pemuda yang di hadapannya saat ini adalah pemuda yang sama seperti yang di duganya.
"Harry.. Bu"
"OK... Harry! Terimakasih banyak dan kamu boleh langsung kembali ke mejamu. Nampannya kamu tinggal di sini saja, biar OB yang beresin"
"Terimakasih banyak bu... Permisi" Harry segera pamit.
"Anak buahmu barusan tampan lho...! Kayaknya kamu naksir, sampai dia pergi kamu masih lihatin" Goda Ario
" Hush!!! Kamu ingat dia nggak sih?"
"Emang siapa? Ingatanku buruk klo urusan yang tampan - tampan. Kalau yang cantik baru ingat"
" Dia itu putra tunggal Pak. Raja dari Tower High!" pekik Maria tertahan "Amazing!! Ternyata dia kerja di tempatku"
"Bukannya dia kuliah di New York?"
"Uhf....!!!" Maria menghembuskan nafas lega "Aku berfikir ada yang salah dengan kerja sama ku dengan Tower High, sampai anaknya harus datang sendiri"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments