Bu. Maria sudah menyambut ku dengan senyuman ketika ahirnya aku sampai pada showroom mobil yang di sebutkannya.
Awalnya aku tidak ingin datang, karena Sebenarnya pemilik showroom ini adalah pamanku. Meski pegawai di sini belum mengenalku dengan baik, tapi kemungkinan ketahuan aku jadi Sugar Baby bu. Maria akan terbuka tipis-tipis.
**
"Ini kartu saya, limitnya 500jt" ibu menyerahkan kartu itu sebelum meninggalkan kantor siang ini. "Kamu gunakan untuk pembayaran mobil"
"Tapi bu.. Itu.."
"Ada harga diri yang harus kamu pertahankan sebagai laki - laki, saya juga mau kamu memilikinya selama bersama saya"
"Apakah ibu tahu masalah saya dengan keluarga?" aku mulai penasaran.
"Gosip tentang kamu tentu menyebar di kalangan kita" jawabnya santai "Minggu lalu saya bertemu ibumu dalam gala dinner dan tentu saja pernikahanmu dan Melissa menjadi topik hangat"
Bu. Maria menatapku teduh dengan senyuman yang terpahat rapi seperti biasanya "Namun, saya mendapati kamu masih menanggapi tawaran saya, jadi saya pikir kamu tidak setuju dengan rencana tersebut"
"Benar, saya tidak setuju" jawabku spontan."Jadi pernikahan kita di percepat saja, sebelum ibu saya bikin undangan"
entah keberanian dari mana mulutku ini berani mengantakan kalimat itu pada bu. Maria.
"Kamu yakin? sudah terlanjur keluar, mana mungkin di tarik kembali" aku hanya sanggup mengangguk pasti. Apa bedanya sekarang atau nanti, keduanya sama saja pasti akan terjadi.
"Kita langsung ke Wedding organiser usai pilih mobil" jawab bu. Maria merdu sekaligus beranjak meninggalkanku sendiri.
****
Tapi setelah percakapan kami tadi siang perlahan kekhawatiranku lenyap.
Kalau aku datang dan membayar sendiri, tentu Akan beda cerita paling tidak dari cctv.
Baru kali ini aku melihat bu. Maria tanpa blazer. Tubuhnya hanya di balut kemeja putih longgar dengan tangtop hitam sebagai innernya di padu dengan Celana jeans berwarna gelap. Rambutnya di biarkan terurai menjuntai sepanjang pinggang dengan hair clip yang menarik beberapa helai bagian samping ke arah belakang.
"Saya sudah pilih beberapa yang mungkin kamu suka" sambutnya ketika saya mulai mendekatinya. "Saya tahu ini mobil kamu, tapi saya ingin yang warnanya tidak mencolok dan memiliki standard keamanan yang baik"
Alasannya tidak buruk dan lebih mirip dengan seorang ibu yang sedang berbelanja untuk anaknya dari pada istri. Sangat berbeda dengan mami yang selalu mencantumkan kata keren setiap kami membeli sesuatu.
"Bagaimana menurutmu?"
"Saya ikut aja..." jawabku singkat dengan mata yang tak terlepas dari sosok bu. Maria yang berbeda dari biasanya.
"Ini mobil kamu, saya tunggu di mobil saja agar kamu lebih leluasa memilih"
Ibu Maria beranjak meninggalkanku sendiri.
"Bagaimana?"
Suara Spg mobil membangunkanku dari tatapanku yang mengantar sosok bu. Maria keluar.
"Bisa di tunjukkan pilihan ibu. Maria?"
Spg itu mulai menunjukkan satu per satu yang di minati bu. Maria dan menjelaskan dengan detail masing - masing dari mobil tersebut dengan rinci.
"Harry..??"
Seorang pria paru baya yang sudah tidak asing lagi menyapaku dengan muka terkejut dan tertawa secara serempak.
"Kamu yang di maksud sama Maria?" tanyanya langsung memelukku erat.
"I... Iya om.." jawabku dengan setengah ragu. "Apa bu. Maria udah terus terang kalau kami bakal nikah" pikiranku mulai gusar. Aku belum siap Di telpon mami bertubi - tubi.
"Rupanya, kamu mulai serius menjalani hidup" Om Willy mulai melepas pelukannya dan menepuk pundakku beberapa kali. "Mobil kali ini gratis buat kamu.. Anggap saja hadiah dari om"
"ja..jadi.. Om setuju nih"
"Ada niat baik.. Mana mungkin om ga setuju" om willy tertawa lepas sambil menggiringku ke area cashier dan mulai memproses nota.
"Tapi.. Om. Jangan bilang Mami"
"Memang Kenapa?" om willy masih sibuk memasukkan detail pada komputer "anak punya kemajuan positif, ibu kamu harusnya happy, dari pada jadi tukang party dan habiskan duit bareng geng gak jelas kamu itu"
Secara normal om. Willy benar, harusnya mami bangga. Tapi nikah ma janda anak satu itu keren ga sih buat mami? dibandingkan menikah dengan Melissa.
"Om pikir, bentar lagi kamu bakal balik ke rumah karena lapar?" om willy terkekeh sambil menyerahkan nota yang sudah di print.
"Eh om. Willy... Alamat kirimnya Bisa di ganti ke apartemenku ga?"
Om willy mengerutkan keningnya sesaat, tapi sebuah senyum langsung mengembang kembali. "Tentu Bisa.."
Om willy tak segan menorehkan alamat apartemenku. Syukurlah!!. Karena aku akan canggung dengan teman sekantor kalau mereka lihat pakai mobil baru. Segala pikiran negative mereka yang mungkin memang benar, akan membuatku risih. Maklum aku ini masih pemula, ga kayak Sugar Baby yang biasanya cewek. Buat cowok ada harga diri yang lebih besar untuk di pertaruhkan.
"Kamu sama Maria kan?"
Aku mengangguk cepat, tidak ada yang perlu aku sembunyikan soal aku dan bu. Maria. Bukannya om. Willy udah tahu, buktinya dia kasih aku kado mobil.
"Saya mau menyapa dia,"
"Lagi di depan, mungkin di dalam mobil"
Aku segera berdiri, menggiring om. Willy untuk keluar dari Showroom dan menemui bu. Maria.
Aku mengetuk pintu mobil bu. Maria meminta beliau untuk keluar.
"Makasih ya Mar, udah tetep setia sama showroom ku" ucap om. Willy yang langsung menjabat tangan kecil ibu. Maria.
" sama - sama Mas!"
"oh iya kita tadi di kasih gratis mobilnya, katanya buat hadiah" Aku meraih pundak bu. Maria dan tanpa pikir mengecup keningnya. Bu. Maria dan om. Willy nampak bingung sesaat sebelum kemudian keduanya tertawa garing. Dan hanya aku saja yang nampak bahagia, sepertinya ada yang salah... Hehe.
"Te.. Terima kasih banyak mas. Will" ibu. Maria menatapku penuh tanya.
Om willy juga balas menatap aku dengan nada yang sama. "I.. Iya" jawabnya agak bingung. "yang penting keponakanku jadi bener aja"
"Ah.. Kami harus segera pergi om.." aku memotong obrolan yang seakan ada lanjutannya. Tanpa meminta ijin aku segera meraih kunci mobil di Tangan bu. Maria dan mengiringnya masuk ke dalam mobil. Meninggalkan om. Willy yang masih kebingungan sambil melangkah masuk kembali ke showroomnya.
"Ibu. Maria udah bilang kalau kita menikah?" tanyaku spontan ketika punggung om. Willy telah lenyap dari ruang pandang ku.
Ibu. Maria hanya menggeleng dengan muka yang masih bingung. Membuatnya jadi nampak jadi lebih manis.
"Kita ke sini buat bonus tahunan karyawan terbaik" jawab bu. Maria lirih yang mampu membuat wajahku merah padam.
"Jadi..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Ern_sasori
bagus thor saya suka😘😘😘😘
2022-10-27
0
Ern_sasori
🤣🤣🤣🤣🤣🤣ati2 kebongkar
2022-10-27
0