Mariaaa!!!
Alberto memanggil nama Maria dengan cukup manja dan panjang, tangannya yang kekar dan lentik segera menarik lengan Maria menciptakan jarak yang makin jelas antara kami.
Aku juga tak mau kalah, dengan kaki panjangku segera bisa mengimbangi langkah Maria dan Alberto yang sedang memasuki ruangan baju pengantin.
"Maria... Serius harus yang ini?" rengek Alberto sambil menatapku ketus.
Harga diriku sedikit terluka dengan tatapannya itu. Bagaimanapun aku ini hampir sempurna, tampan, tinggi dan bisa di bilang cukup menawan. Dan sebenarnya aku kaya kalau saja tidak di usir Papi.
Maria hanya diam dan mulai meletakkan jemarinya pada baju - baju yang tergantung. Sesekali dia memeriksa dan reaksinya selalu sama.
"Apakah tidak ada yang lain?" Tanya Maria cepat.
"Kenapa kamu tidak jawab pertanyaanku sih" Alberto kembali merengek, membuatku merasa kesal.
"Karena tidak ada yang lebih baik selain aku" Aku mulai membela diri berdasarkan kenyataan yang ada. kalau saja bukan karena kontrak mana mungkin aku melirik seorang Maria. Janda dengan fisik biasa saja, tapi cukup sukses sih!. Andaikan saja melirik mungkin sebagai partner bisnis bukan istri.
"Dasar si besar kepala! Lihat lah, pilihan bajumu tidak ada yang di sukai Maria... Cih!"
Maria hanya menutup matanya sekali, nampaknya dia kurang menyukai perdebatan yang baru saja terjadi. Jemari mungilnya kemudian dengan cepat memilih secara acak baju yang tergantung di depannya. Dan tanpa menunggu, dia langsung bergegas meninggalkan kami menuju ruang ganti.
Kurang dari lima belas menit, Maria sudah keluar mengenakan gaun pengantin yang di bawanya, rambutnya yang terikat rendah Kini sudah tergulung sederhana di pusat belakang kepalanya. Baru kali ini aku Bisa melihat lekuk tubuh Maria, mungkin aku sedikit usil, memilih gaun pengantin untuknya. Niatku hanya untuk menyelamatkan sedikit harga diriku yang telah tergadai dengan sedikit membuat Maria nampak lebih muda.
"Seriously?" Desis Maria padaku sambil menunjukkan gaun yang dia kenakan.
Gaun putih panjang dengan punggung terbuka, ternyata adalah yang menjadi peruntunganku. Untung punggung Maria cukup mulus dan ternyata tubuhnya memiliki posture yang cukup bagus. Harus aku akui hari ini Maria masuk dalam seleraku meski baru 30%.
"You have to be on Trend" Aku sedikit membela pilihanku.
"Kalian ini sungguh tidak Cocok" Alberto masih bernada ketus ketika menyela kami.
"That's not your business" Aku mencoba membungkam Alberto, karena aku tahu Maria sedang tidak dalam keadaan untuk membelaku.
Namun usahaku sepertinya tidak begitu berhasil, Alberto tetap bergumam sinis di antara keheninganku dan Maria.
"Kamu tidak mencoba Prince suit" Ahirnya Mulut Maria terbuka untukku.
Aku menggeleng cepat, "Beri aku ukuran M" nada bicaraku mulai penuh percaya diri. "Badanku ukuran standard saja Aku yakin Alberto juga tidak ingin menyia - nyiakan tubuh penuh bakatku kan?" Aku mulai melirik Alberto yang sibuk dengan buku catatanya, Namun matanya melirikku sekilas dan melepas nafas berat. Pertanda tebakanku tidak salah.
" Setelah ini kita cek catering " Alberto segera mengubah subjek kami.
" Tidak perlu, aku cukup lelah" Untuk ke sekian kalinya, Maria mengambil keputusan secara sepihak.
*****
Ahirnya aku mendarat di Apartementku. Tanpa menunggu lama aku segera mencoba menelpon Mami. Rasanya sudah tidak sabar mencari jawaban akan rasa penasaranku yang tertahan sepanjang hari.
"Mami..." tanpa kata halo aku langsung menyapa mami di seberang sana.
"Aku mau nikah" lanjutku tanpa menunggu mami menyahutiku.
"Ahh...!!!" mami langsung menjerit kencang kegirangan "Jadi kapan pulang? "
"Ya nggak pulang, belum baikan sama Papi"
"Lha.. Kan udah mau nikah kan?" Mami mulai bingung dengan pernyataanku.
"Iya... Tapi ga sama Melissa"
"Kamu punya pacar? kok ga pernah dikenalin?" Protes mami.
"Harry mau nikah sama Maria.."
"Har.. Har... Di cariin calon yang baik, dari keluarga terpandang, cantik dan pasti sederajat.. malah mungut yang ga jelas"
"jelas lah Mi... calon istri ku itu Maria Tirta.."
Kami terdiam Sejenak.. "Maria yang itu... Yang pemilik PT. Pegasus Globalindo?"
"Nah... Kenal kan?"
"Kamu pelet dia?" pertanyaan mami bener - bener tidak bisa di tolerir. Apa dia meragukan Pesona anaknya yang tampan ini.
"Emang aku ini jelek mi... Sampai harus melet janda"
"Yah... kalau janda yang lain, mami pasti ngira kamu yang di pelet" nada suara mami mulai tenang "Tapi kalau Maria beda cerita..."
Hebat nih... si Maria, bisa membuatku yang biasanya di puja - puji perempuan di luar sana kehilangan harga diri di depan mamaku sendiri.
"Bedanya di mana Mi..!" protesku yang jelas tidak terima.
Di remehkan orang lain itu memang sakit, tapi lebih sakit ketika kamu di remehkan ibu sendiri.
" Maria udah kayak mesin hidup... Hangat kalau lagi kerja doang.. selain itu beku dan dingin" Mami terkekeh sejenak "Tapi emang dia hebat sih..!"
"Tapi dia kan udah pernah nikah Mi.."
"Kalau Antonio, ya wajar Bisa bikin Maria leleh" sanggah Mami "Mami aja meleleh,... Andai mami single pasti Mami embat tuh"
"hush...!!!" potongku tanpa tolerir "Mami kok jadi gatel sih!"
"Maaf.. Maaf!" Mami mulai bicara dengan nada tenang "Kamu sudah ketemu Anthony belum? Nanti kamu baru paham"
Aku menghela nafas sejenak, mencoba mengingat pahatan Wajah Anthony dalam otakku. Yang di katakan Mami memang tidak salah, Anthony memiliki paras di atas rata - rata. Bisa di bilang standard model International papan Atas.
Sebuah tanya mulai menyeruak di benakku, bagaimana bisa Anthony jatuh ke pelukan Maria?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments