Masih marah?"
Maria menatapku sejenak,
"Hmmm.." responnya cukup mengecewakan.
Aku memegang tangan Maria yang ternyata cukup dingin, tidak seperti biasanya.
" Are you OK? "tanyaku sekedar memastikan.
Maria menggeleng," Aku belum terbiasa dengan hal yang di luar rencana "
Aku menarik tengkuk Maria dan memanggut sepasang bibirnya. Tanpa ragu aku melakukan lebih kepada tubuh Maria, Namun.
" Masih pe... rih " Maria sedikit memekik
" Harus sering di pakai supaya terbiasa" kilahku mencoba bertahan.
" Kita sudah di rumah... "
"Beri aku lima menit" Aku coba mengulur perlawanan Maria. Yang pada ahirnya tentu saja tidak lima menit.
Maria memang tidak secantik atau seindah perempuan yang pernah bersamaku. Bahkan tidak termasuk tipeku dalam beberapa waktu yang lalu. Namun, penolakannya ataupun kemarahannya serta expresi lainnya berhasil memikat andrenalin lelaki ku.
"Aku gendong?" tawar ku ketika membuka kan pintu mobil untuknya.
Maria menepis uluran tanganku." Aku Bisa sendiri" jawabnya ketus.
Benar saja, Maria masih marah. Langkah kakinya terdengar racau dan tajam.
"Kita ini pengantin baru... Wajar kan?" aku coba mengejar Maria.
Maria hanya terdiam hingga kami memasuki ruang tengah. "Semua ada aturannya" Maria ahirnya menimpali ucapanku. "waktu dan tempat, tidak Bisa semuanya di pukul rata" lanjutnya sambil meneruskan langkahnya menuju kamar.
"Beberapa hal terinspirasi secara tiba - tiba" Aku membela diri.
"Kita ini sudah usia dewasa, sudah punya tanggung jawab dan kontrol diri"
Buat Maria tanggung jawab sepertinya lebih utama dari pada kesenangan. Kalau Maria seperti ini, tidak heran Anthony minta cerai.
"Cepat mandi, malam ini kita akan makan malam dengan Anthony" Maria melempar kan handuk padaku dengan kasar.
"Kok aku nggak di beri tahu?" aku protest dengan keputusan yang jelas aku tidak sukai..
"Karena aku tidak punya kesempatan bicara denganmu"
Maria menjawab tanpa menatapku
"Dari pada kamu diam seribu bahasa selama di mobil, kita bisa menjelaskan soal ini"
Maria menarik nafas dalam - dalam.
"Har... Ini bukan perkara besar, bagaimanapun Anthony adalah ayah dari Tania" nada bicara Maria sudah mulai lembut.
Sejenak kami terdiam dan saling menatap.
"Mari kita kembali ke fokus kita masing - masing, apa yang kamu inginkan dariku dan apa yang aku inginkan dari kamu. Mari ber partner dengan baik" Maria mangingatkanku lagi tentang apa yang hampir aku lupakan. Sekaligus meredam. Ketegangan di antara kami.
"Kita pakai baju ini untuk makan malam"
Maria mengeluarkan sebuah kemeja bermotif salur warna biru muda dan celana putih. "Untuk sepatunya ada di bawah meja riasku" Maria menunjukkan Sebuah box sepatu warna putih di bawah meja riasnya.
"Kamu..??" tanyaku yang tidak melihatnya menunjukkan gaun yang di pakai nya.
" Aku ke kamar Tania"
Sudah kebiasaan Maria tidak menggubris pertanyaanku.
"Oh... Ya.. Jangan lupa bersikap baik kepada Anthony, dia Akan menjaga Tania selama bulan madu kita"
Bulan madu? Maria tidak pernah berdiskusi itu denganku.
"Tunggu...!" Aku bergegas menyusul langkah Maria.
"Kenapa aku juga tidak tahu dengan hal ini?" Ahirnya pertanyaan itu melompat otomatis ketika aku berhasil menahannya.
Maria meraih ponsel di sakunya dan segera menunjukkan sebuah video.
"Kamu masuk infotainment"
" Bagaimana Bisa, Aku tidak pernah berurusan dengan mereka" Aku mengambil alih benda pipih di tangannya.
Maria hanya mengangkat alis ringan.
"Melissa??" aku msnyebut nama itu dengan nada tak percaya. "Aku tidak pernah bertunangan dengannya" otakku terasa mendidih saat melihat sesi wawancara pada video yang di maksud Maria.
"Mau Klarifikasi Mar?"
" Waktu kita tidak layak di sia - siakan untuk hal seperti ini" Maria kembali melanjutkan langkahnya "Aku akan bicara dengan pengacaraku agar dia bisa menyelesaikan semua saat kita berbulan madu". Lanjutnya yang perlahan menghilang dari ruangan.
Aku memijat pelipis keningku, mencoba mencerna ucapan demi ucapan dari Mulut Melissa yang benar - benar tidak masuk akal. Bagaimana mungkin dia mengaku bahwa kami bertunangan, padahal kami hampir tidak pernah bersama bahkan bertegur sapapun tidak.
Satu hal lagi yang aku kagumi dari Maria, dari semua fitnah tentangnya. Maria sama sekali tak bergeming.
"Kita tidak salah Har..." Maria sudah kembali dengan membawa satu tas travel bermotif little pony. "kamu tidak perlu hawatir" Maria menepuk pundakku "Aku mandi duluan, pilihkan gaun untukku"
Aku tak menyangka Maria ternyata seorang fashionista. Di balik penampilannya yang monoton, ternyata banyak tersimpan baju designer ternama Di lemarinya. Bahkan koleksi terbaru.
"Kenapa tidak menggunakan walk in closet?" tanyaku ketika menyadari Maria sudah berada di belakangku.
"Belum merasa perlu"
"Tapi semua baju ini juga tidak perlu, kamu tidak pernah memakainya"
Maria hanya terdiam sejenak dan ahirnya "Itu hobby ku"
Aku menyodorkan gaun dengan gaya loose berbahan satin berwarna peach.
"Kalau tidak salah.... Ini spring collection Fendy tahun ini?" Aku mulai mengenali bentuknya ketika Maria mulai mengenakannya.
"Apa aku Cocok?" Tanya Maria yang memilih tak menghiraukan pertanyaanku.
"Hmmm..."aku mulai meniru gaya Maria.
*''***
Setelah perdebatan yang panjang, ahirnya Maria setuju untuk tidak menggunakan make up. Koleksi warna make up Maria sungguh terlalu old style.
Renata??? Gumamku ketika mendapati sepupu ku sedang duduk bersanding dengan Antony .
"Congratulations.." Tangan anthony menjabat Tangan ku erat, sangat erat Dan tentu saja aku balas dengan hal serupa "Maaf tidak bisa datang di acara kalian"
"Tidak masalah" balasku yang mencoba tersenyum. Namun sepasang manikku segera menuju pada Renata yang sedang terperangah menatap kehadiranku. Aku mencoba memberi kode Renata, tentang genggaman Anthony yang semakin erat dan kuat.
"Ehem..." Renata mulai berdehem secara sengaja. Anthony langsung refleks melepas tangannya dan kembali duduk.
Uhf.. Ahirnya, jemariku tak jadi remuk di tangannya.
"Suami barumu tidak sanggup membelikanmu Make up" sjndir Anthony tanpa basa - Basi ketika menyadari Wajah Maria yang polos.
" Aku berangkat dari apartemennya tadi" jawab Maria berbohong.
Wajah Anthony nampaknya langsung tidak senang. Namun Maria sama sekali tak peduli, dia hanya sibuk menyuapi Tania.
Sementara aku.... Masih bertukar pandang dengan Renata yang sedang diliputi raasa keheranan.
"Apa kita Bisa mulai memesan?" Tanya Maria memecah keheningan.
"Aku sudah memesan set dinner, serve in a few minutes" jawab Anthony dengan suara beratnya.
"Kalau begitu.. Aku ke toilet dulu" Ahirnya Sebuah kalimat keluar dari Mulut Renata, diikuti dengan kode agar aku mengikutinya.
Akupun.. Memilih mengikutinya bagaimanapun Renata adalah sepupu ku yang baik. "Aku rasa.. Aku juga".
Aku segera menyusul langkah Renata menuju area rest room.
"Kenapa aku tidak tahu kamu menikahi Maria" pekik Renata tertahan ketika kami di berdiri di depan pintu masuk toilet.
"Apa Mami tidak memberi tahumu?"
Renata menggeleng cepat.
"Aku masuk infotainment hari ini tentang pernikahan kami, apakah kamu juga tidak tahu?"
Renata menggeleng lagi Namun kali ini wajahnya mulai heran.
"Kamu sekarang celebrity?" Tanya Renata ahirnya.
"Melissa...." Jawabku kecewa " dia bilang Maria pelakor dan aku tunangannya"
"Jelas bukan" Suara Renata sedikit menggerutu.
"Melissa.... Memang tergila - gila padamu dari dulu, saat dia mendapat angin segar untuk memilikimu... Eh kamunya malah hilang" ucapan Maria mulai memgejek.
"Angin segar? ... Masksudmu?"
"Orang tuamu tidak mengatakannya tentang alasan mereka untuk menikahkan kalian?"
Aku menggeleng cepat "Apakah kamu tahu?"
"Kita semua tahu...."
"Beri tahu aku alasannya.." pintaku cepat.
Renata hanya menghela nafas panjang.. dan. "asal dengan satu syarat"
"Apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments