Tuan Corner, dia baru saja tiba di gedung dengan pakaian rapih seperti biasa nya. Mobil terparkir dan akan dilanjutkan oleh petugas di sana ke basemen.
"Selamat datang pak."
Sapa keamanan yang bertugas termasuk orang-orang yang mencegah Nara masuk waktu lalu.
Tuan Corner pun menyapa kembali dengan anggukan dagu nya.
"Oh iya, ini untuk mu."
Ucap tuan Corner memberikan paper bag kecil berwarna coklat muda pada ketua keamanan di sana.
Tidak ada yang tidak penasaran, pandangan mereka tertuju pada paper bag yang tengah di berikan oleh tuan Corner pada ketua mereka.
"Ini untuk saya ?."
Ujar nya gagap dan bingung seraya menerima bingkisan itu.
"Ambilah, maaf membuat barang mu rusak waktu lalu! ."
Tanpa penjelasan pasti, Corner pun berlalu pergi meninggalkan mereka yang masih penasaran.
"Eh ? Pak ini apa ?." Ketua keamanan itu masih menyeru, memanggil tuan Corner yang tak lagi ingin berbalik menoleh ke belakang.
"Coba coba buka apa isi nya."
Anggota nya begitu antusias dengan paper bag kecil berwarna coklat itu.
Sang ketua pun merogoh isi dari paper bah dan alangkah terkejut nya dia, bukan hanya dia tapi semua anggota keamanan yang melihat.
"Ini handphone."
"Wah ketua ini i-Phone terbaru."
Para rekan kerja begitu sangat antusias tapi sang ketua, dia malah bingung dan terdiam sesaat.
"Dari siapa ini ?." Gumam nya namun terdengar oleh rekan nya yang masih berada di dekat sang ketua.
"Apa jangan-jangan dari wanita kemarin ?."
Mereka silih tebak dengan kenyataan yang mungkin memang itu adalah kebenaran nya.
"Itu pasti dia ! Ya siapa lagi, iya kan ?!." Di perkuat oleh rekan yang lain.
"Jika benar, sebenarnya siapa dia ini ? Kenapa juga lewat tuan Corner ?."
Kebingungan mereka benar-benar harus di telan sendiri, karena tidak mungkin juga kalau bertanya.
...**...
"Dar"
Robert sengaja mengagetkan Asnee yang tengah duduk di dinding yang bisa di gapai dari tingkat kedua gedung sekolah, biasa nya memang di sana adalah salah satu tempat nyaman untuk nongkrong atau melihat-lihat gadis-gadis lewat.
"Aissh sial." Dengus Asnee sedikit loncat dan merangkul leher Robert sehingga lehernya sedikit tercekik.
"Ayolah pangeran ku yang tampan ! Kau tidak akan bisa melihat gadis itu dari sini. Ayo ikut aku !."
Robert menarik Asnee ke tempat lain sekarang. Beberapa langkah sampai Kevin terlihat tengah duduk sendiri dengan minuman dan juga makanan sudah tersedia.
Tidak jauh dari tempat nya duduk, ternyata Lukyanova dan juga kedua teman nya tengah berada di lapang, olahraga dengan bola kasti tengah mereka mainkan sekarang.
"Cepat-cepat nanti kelas mereka keburu selesai!." Kevin menarik tangan Asnee agar segera duduk.
Pandangan ketiga teman itu pun fokus pada Lukyanova dan juga kedua teman nya.
"Dapatkan dia sebelum di miliki orang lain. Kau pasti bisa, iya kan Vin ?!." Seru Robert dengan mimik nakal nya.
"Eum" Angguk kevin dengan keyakinan tinggi.
Asnee menatap bergantian kedua teman nya lalu menyelidik tajam. " Kenapa kalian yang jadi semangat ? Tidak ada rencana di balik dukungan ini, kan ?." Asnee mulai curiga.
Kevin juga Robert membenarkan duduk nya. " Haey tch tch mana ada seperti itu, iya kan Bert ?!, " Robert mengangguk membenarkan.
"Ini langka !, sejak kapan pangeran kita tertarik pada seorang gadis ? Nyapa aja tidak apalagi berdekatan ?! Apalagi bersentuhan. Kan sangat langka !."
Seru Kevin dengan kedua alis terus terangkat.
"Nah bener tuh, kita penasaran saja bagaimana kehidupan asmara sang pewaris tahta kerajaan Yodrak hahahaha."
"Ya ya ya, terserah kalian saja."
Asnee pun beranjak berdiri dengan mengambil aqua yang masih utuh ke arah lapang.
"Iiiii hahahaha mari kita lihat seberapa piawai Raja kita dalam hal merayu."
Robert dan juga Kevin saling pukul dan juga terkikik saat arah yang di tuju oleh Asnee lapangan.
Keadaan lapangan mulai gaduh, siswi yang masih berolahraga di area lapang pun begitu senang kala melihat Asnee mendekati lapang.
Hanya satu gadis yang tak histeris, siapa lagi jika bukan Luyanova yang sering di panggil Yaya itu.
Di sela saling puja, Asnee dia semakin berjalan mendekati Yaya sampai-sampai tidak ada yang tak terkejut dan iri saat ini.
"Uwaaaaa." Jerit mereka.
Padahal mereka tidak tahu status Asnee, yang semua asrama dan juga sekolah tahu hanya Asnee adalah penduduk Thailand, itu saja.
Kecuali kedua teman nya dan beberapa guru di sana termasuk kepala sekolah.
"Ini untuk mu." Asnee menyodorkan air itu dengan ekspresi wajah melembut namun masih terkesan dingin.
"Terimakasih." Tanpa enggan atau malu, dia menerima pemberian dari Asnee.
"Panggil Asnee saja." Sedetik dia mengulas senyum dengan binaran mata mulai terlihat jelas.
"Yaya ! Panggil dengan nama itu saja !, "
"Ini makasih sudah repot-repot mengantar minum."
Mereka pun berjalan beriringan sesekali berbincang kecil. Yaya melupakan kedua teman nya yang terus menatap iri pada nya saat ini.
"Ini kelas ku, tidak mungkin juga kan kau ikut pelajaran di sini ?."
Obrolan mereka tidak terasa sampai sudah berada di depan kelas Yaya saat ini. Asnee tersadar, dia melihat sekeliling dengan cermat.
"Jika kau memerlukan bantuan cari saja aku," Asnee menawarkan diri.
"Tentu saja dan aku akan berkunjung ke kelas mu." Jawab Yaya dengan antusias nya.
"Kelas ?." Ucap Asnee mengulang. Yaya mengangguk.
"Kenapa ? Tidak boleh ya ? Ya sudah tak masalah jika tidak boleh." Ketus Yaya namun dengan wajah berseri nya.
"Bukan ! Bukan seperti itu tapi aku tidak berada di kelas tetap." Ucap Asnee meluruskan.
" Owh begitu ya, jadi tiap kelas beda ruangan begitu kah ? Sesuai prof yang mengajar juga kali ya." Yaya mengangguk paham namun dengan lirikan di sudut mata nya, seakan curiga dengan kelas yang di ambil kenapa berbeda dari dirinya dan teman yang lain.
"Jadi aku harus mencari kemana ?."
Baru saja kenalan namun mereka seperti sudah akrab dan kenal sebelum nya.
"Di taman samping, kami biasanya ada di sana untuk waktu luang. "
" Ok."
Yaya pun masuk ke dalam kelas nya dan melambai kan tangan dengan rasa suka cita. Kesan pertama dalam perkenalan mereka tidak terlalu buruk seperti terlihat nya.
"Ternyata disini pangeran kita." Suara Robert benar-benar membuat Asnee jengah, sampai calon raja itu harus mengatur nafas nya dengan perlahan.
"Eumpphh,,, eu.. mpphh."
Kevin dan Asnee kompak membekap mulut Robert serta menyeret nya pergi dari area kelas Yaya.
Di lain tempat, Nara tengah bersiap untuk menaiki jet pribadi nya menuju Irlandia. Urusan nya telah selesai, lagi pula di Swedia dirinya tak ada bisnis besar.
Panti asuhan, puskesmas dan juga beberapa sekolah gratis untuk anak-anak kurang mampu. Hanya itu saja bakti sosial yang Nara sibukkan sekarang.
Jet pribadi mendarat dengan sempurna, Nara berlenggang turun dari sana dan tentu saja di luar bandara sudah di tunggu oleh Zevan, di temani oleh Sean tentu saja.
Kedua kesayangan Nara tengah kecak pinggang menyandarkan badan mereka di badan mobil. Pengawal di mana-mana, begitu ketat tanpa celah.
"Uncle pokok nya jangan memeluk mama Zevan, titik !."
Ternyata mereka berdua tengah bertentangan saat ini. Sean mendelik, dia tidak terima jika Zevan melarang nya.
"Suka-suka"
Jawaban dari Sean membuat suasana semakin mencekam. Zevan berdiri tegap di hadapan Sean yang masih bersandar dan menurunkan kacamata hitam nya dengan penuh gaya.
"Aku adukan pada aunty Xavera dan aunty Shabila jika kau nakal."
Senjata yang sering di gunakan oleh anak-anak di dalam mansion, namun Sean bukan lah Shane yang bisa berpura-pura takut.
"Sana adukan saja." Tantang Sean.
"Yaak uncle." Zevan semakin kesal
"Boy."
Suara Nara terdengar dengan sentuhan sepatu both berhak di sela panggilan nya.
Dua laki-laki beda usia itu pun menoleh serempak ke arah Nara.
" Mama." Teriak Zevan.
Bocah sebelas tahun itu dengan cepat berlari ke arah mama nya sebelum di dahului oleh Sean.
"Wah Zevan tampan mama kira malas menjemput, eh ternyata tidak hahahah." Goda Nara seperti biasa, karena kesenangan tersendiri menggoda putra nya itu.
"Itu tuh uncle dingin itu penyebab nya ! Dia ngancam-ngancam segala tadi,"
"Dia bilang tidak akan membiarkan adik adik Ze bermain dengan ku jika tidak menjemput mama." Zevan benar-benar mengadu saat ini.
"Boy." Nara menegur. Sean hanya mengangkat kedua bahu nya.
"Selamat datang kembali, kaka." Sean memeluk Nara begitu lama dan itu dia sengaja agar Zevan terlihat cemburu.
"Uncle lepas."
"Eh ?." Bingung Nara.
"Masih kecil jangan suka marah-marah nanti tua nya kecepetan."
Sebelum Zevan ngamuk, Sean sudah lebih dulu menghindar. Namun tetap saja mafioso yang ada di sekitar bandara sangat senang dengan keakraban dalam bentuk seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 182 Episodes
Comments
dissya
semangat kak
2022-02-11
0
Tete Ria ChapCuss
kenapa belom up nya kk :( lama banget.
pdhl q nungguin up nya lohh
2021-12-02
0
Mysha Hariyani
lanjut thor
2021-12-01
0