EPISODE 15 - Rapat

Beberapa hari kemudian, Roter kini tampak sedang duduk di meja kerjanya. Hari mulai menjelang malam, orang-orang di Teramiter terlihat sedang istirahat dan berkumpul bersama rekan masing-masing melepas lelah setelah bekerja seharian penuh..

Akan tetapi, Roter masih terus bekerja tanpa henti berupaya memperbaiki dan menyelesaikan permasalahan yang ada di Teramiter seperti yang dilakukannya dulu sebelum pindah ke Jepang

Disela-sela itu, ponselnya tiba-tiba berbunyi.

"Monika? ada apa?" tanya Roter.

"Berkali-kali ku hubungi akhirnya dapat terhubung juga"

"Hehe.... Aku jarang buka ponsel, yaa kau tahu lah kalau aku sedang sibuk disini"

"Memangnya sibuk apa sih, sampai tak bisa angkat panggilan?"

"Sibuk mengurus peninggalan ayah disini, banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Kalau aku sudah ada di Jerman pasti sibuk terus"

"Tapi waktu itu kakak tak sibuk"

"Dulu ayah yang memegang usahanya, jadi aku hanya fokus di militer saja. Semenjak dia menghilang mau tak mau aku harus mengurusnya dan jadi sibuk seperti ini"

"Kenapa tak memberikannya pada kakek? siapa tahu kakek bisa mengurusnya, atau adiknya ayah bisa juga"

"Aku tak mau memberikannya pada mereka, ini adalah rahasia ayah dan aku memiliki hak untuk mengurusnya karena aku adalah anaknya"

"Hmmm... Apa kakak tak merasa stres kerja disana?" tanya Monika.

"Well..... Sebenarnya iya, aku merasa stres dan banyak pikiran, belum lagi waktu tidurku sangat sedikit bahkan sampai tak tidur"

"Kan ada teman-teman kakak, kenapa tak suruh mereka saja?"

"Sudah, aku sudah menyuruh mereka semua bahkan keuangan dan perusahaan terus berjalan dengan baik, tapi itu tak cukup untuk meringankan bebanku"

"Kenapa?"

"Karena menjadi pemimpin harus bisa memberikan arahan dan tujuan yang jelas kepada semua anggota organisasi dan menentukan peran masing-masing anggota dalam mencapai tujuan organisasi, jika tidak maka akan lumpuh, sebab itu aku sibuk"

"Hmm... Jadi begitu" kata Monika.

"Ngomong-ngomong.... Apa kamu dapat panggilan dari ibu?" tambahnya.

"Belum, kenapa?"

"Serius? ibu sering menghubungimu tapi kakak tak pernah jawab"

"Benarkah? aku tak tahu kalau ada panggilan yang masuk dari ibu"

"Serius kakak tak pernah dapat? padahal hampir tiap pulang kerja ibu menghubungimu"

"Beneran, aku tak pernah dapat. Mungkin ini karena sibuk kerja"

"Makanya jangan terlalu sibuk, luangkan waktumu"

"Yaa mau gimana lagi? sudah jadi kewajiban disini"

"Ngomong-ngomong kapan kakak pulang?" tanya Monika.

"Entahlah, ini sudah hampir satu minggu aku di Jerman, pekerjaan masih banyak"

"Jadi semisal pekerjaan belum selesai, kakak tak pulang dulu?"

"Tepat sekali, lagian aku di Jepang tak punya pekerjaan, bingung mau ngapain. Tak ada kerjaan gelisah, ada kerjaan malah sibuk"

"Padahal banyak pekerjaan fleksibel disini"

"Aku tidak suka pekerjaan fleksibel yang dijadikan pekerjaan tetap, sedikit membosankan bagiku

"Eeeeehh? padahal kakak pernah jadi pelayan kafe dulu"

"Itu dulu, aku hanya ingin cari uang buat saku sekolah. Itupun aku kerja jadi pelayan kafe cuma tiga tahun saja. Ada dua orang temanku yang sekarang masih jadi pelayan kafe disana"

"Eh? seriusan?"

"Yeah, dari awal kami daftar, hanya mereka yang masih bertahan. Sejak lulus SMA banyak yang mengundurkan diri dengan alasan pergi kuliah di luar kota ataupun yang lainnya, termasuk aku juga. Aku memilih masuk akademi militer"

"Oh yah, kak. Tempat kerja kakak dari rumah kakek jauh?"

"Yeah, di luar Kota Berlin. Jadi aku menginap disana satu hari, dan akhirnya pindah ke tempat penginapan kerjaku memakai mobil punya kakek"

"Mobilnya kakek?"

"Yeah, dia sudah jarang memakainya, daripada jadi rongsokan di garasi, ku gunakan aja" jawab Roter

"Oh yah, Monika. Di rumah kakek aku ketemu sama Tante Marlene" tambahnya.

"Beneran? dia jarang sekali kelihatan, tiap tiga tahun sekali baru muncul"

"Tante Marlene bilang kalau dia kerja di Perancis jadi anggota duta besar Jerman disana"

"Wahhh.... Pasti enak bisa lihat menara Eiffel tiap hari"

"Makanya jadi anggota duta besar biar bisa keluar negeri secara gratis, haha...."

"Mungkin idenya kakak bagusnya juga"

"Ngomong-ngomong aku dikasih uang sama Tante Marlene, lumayan, yahaha!" kata Roter.

"Dapat berapa?" tanya Monika.

"250 Euro, haha, lumayan buat jajan"

"Enaknya.... Aku diberi uang sama ibu tak pernah dapat lebih dari 50 Euro"

"Maklum lah... Penghasilan ibu belum banyak"

"Paman Rex ada di rumah?" tanya Monika.

"Tak ada, kata kakek dia sudah jarang pulang ke rumah. Kalaupun pulang, tahun-tahun selanjutnya tak akan datang lagi. Paling yang pulang ke rumah biasanya hanya Tante Marlene"

"Terakhir ku lihat Paman Rex di rumah pas liburan akhir tahun kelas 4 SD, itu pun baru pertama kali, sampai sekarang tak pernah ku lihat"

"Nah itu, apalagi dia jarang terlihat mengobrol sama ayah. Tahun-tahun berikutnya juga tak mau pulang, padahal ayah sudah tak ada"

"Eh? memangnya Paman Rex takut sama ayah?" Monika penasaran.

"Bilangnya sih gitu, aku tak tahu kenapa? kamu bisa tanya kakek juga Tante Marlene, katanya sampai sekarang mereka terus musuhan"

"Sama saudara sendiri kok gitu, sih?"

"Aku juga berpikir begitu. Untung aku tak pernah seperti itu ke kamu, coba aja satu hari ku diamin pasti kamu sudah lumpuh"

"Aku tak ingin itu terjadi"

"Haha... Kalau tak mau itu terjadi, patuhi perintah kakakmu ini"

"Iya, iya..."

"Ngomong-ngomong bagaimana kehidupan sekolahmu, Monika?" tanya Roter

"Sejauh ini baik-baik saja"

"Tak ada perundungan atau semacamnya?"

"Tidak ada, kehidupan sekolahku disini sangat nyawan. Yaa walaupun ada beberapa penganggu" jawab Monika.

"Kenapa?" tambahnya.

"Hanya bertanya saja"

"Tak mau kembali ke Jepang, kak? dicariin tuh sama Kak Yumiko juga Reiko" tanya Monika.

"Masih banyak pekerjaan disini, tak tahu kapan bisa pulang kesana, sepertinya bakal lama" jawab Roter.

"Oh yah, aku baru ingat Reiko dan Raiden diserang oleh sekelompok orang dengan senjata api dari mobil van" tambahnya.

"Benarkah?" Roter menjadi terkejut.

"Iya, aku sedang tak lagi berbohong, Kak Yumiko yang menceritakannya padaku, beberapa hari lalu juga masuk berita di televisi. Kemarin sebelum penembakan terjadi, aku sempat mengobrol dengan mereka berdua didepan kafe"

"Lalu bagaimana dengan mereka berdua?"

"Baik-baik saja"

"Pantas saja mereka berdua kelihatan familiar di berita televisi kemarin"

"Beritanya sampai ke Jerman?" tanya Monika.

"Yeah, aku sempat menontonnya 2 hari yang lalu"

"Oh yah, kak, sampai sini dulu, yah, aku mau tidur"

"Disana jam berapa?" tanya Roter.

"Jam 2 pagi, hehe"

"Kenapa jam segini tak tidur, hah? besok kamu sekolah"

"Besok aku libur lah.... Gak ada teman yang bisa diajak ngobrol, semuanya tidur, jadi aku hubungi kakak aja, hehe.... Untung waktu di Jerman berbeda"

"Tidur.... Nanti kalau gak tidur kena marah ibu"

"Ibu aja sudah tidur, sekarang aku bisa bebas ngapain aja haha!"

"Lihat sajalah nanti, ibu kadang keluar kamar di jam-jam 2 sama 3 pagi ambil air minum"

"Gak bakalan, kak, ibu tadi sudah minum"

"Lihat sajalah"

"Engga, kak, gak bakalan"

Roter pun mencari cara agar bisa membuat Monika pergi tidur. Ia kemudian terpintas dikepalanya perihal cerita tentang hantu.

"Monika, apa kamu tahu urban legend tentang misteri dibawah kasur?" tanyanya.

"Kak....."

"Aku pernah baca kalau dibawah kasur itu ada sesuatu yang tak pernah kita ketahui" Roter tersenyum mengatakannya.

"Kak! jangan bercanda!" Monika mulai tampak ketakutan dan bangun dari rebahannya. Ia langsung ke pojokkan

"Dijelaskan bahwa sesuatu itu adalah makhluk yang suka mencari mangsanya untuk diculik dan dimakan, korbannya sudah sangat banyak dan makhluk itu ada dimana-mana"

"Kakak! gak usah main-main, kak!" Monika menjadi ketakutan sambil melihat ke sekeliling kamarnya yang gelap. Ia tidak berani untuk menyalakan lampu.

"Dia bernama Demorick, berwujud hampir seperti manusia tetapi lebih tinggi, wajahnya sangat seram dan memiliki gigi taring yang tajam"

"Kak! please, kak! please berhenti, kak!"

"Dia sangat kurus, memiliki kaki dan tangan yang panjang. Dikatakan, ia selalu sembunyi dibawah setiap tempat tidur dan biasanya menampakkan dirinya pada tengah malam hingga menjelang pagi"

"Kak! berhenti! aku takut!"

"Jika sampai tertangkap olehnya, jangan berharap bisa untuk menyelamatkan diri karena Demorick langsung membunuh korbannya" ucap Roter.

"Kadang Demorick suka berjalan-jalan ditengah malam dan melihat ke setiap jendela rumah apakah ada mangsa yang bisa dimakan atau tidak" tambahnya.

"Kak! aku serius! tolong hentikan!"

"Jika jendelamu diketuk-ketuk tanpa alasan yang jelas, dapat dipastikan bahwa itu adalah Demorick yang sedang lapar"

"Kak! berhenti! udah cukup!"

"Hahaha! sebaiknya kau pergi tidur, karena sebentar lagi ibu akan bangun"

"Palingan gak bakalan bangun"

"Tunggulah. Baiklah... Sampai sini dulu, aku mau lanjut kerja, semoga kamu tak diganggu oleh Demorick, hahaha!"

"Kakak! udah cukup!"

"Hahaha...." Roter pun kemudian mematikan teleponnya.

.

.

.

Keesokan harinya......

.

.

.

Di garasi belakang Teramiter, tampak Boyce yang sedang duduk disebuah kursi lipat sambil meminum secangkir teh panas dan ditemani biskuit, serta memandangi matahari yang terbit. Suasana begitu tenang, terdengar suara kicauan burung yang membuatnya makin nyaman.

"Ahh.... Indahnya pagi hari ini...."

"Sudah sangat lama tak merasakan suasana seperti ini. Tenang, sepi, dan hanya terdengar burung-burung bernyanyi"

"Kenikmatan yang sangat tak terhingga. Teramiter memang tempat yang cocok bagiku, ini mengingatkanku pada masa kecil desa kampung halamanku"

"Hidup dengan sedikit teknologi, bermain dengan teman-teman, bercanda tawa, mengolah bahan-bahan langsung dari alam, dan menikmati indahnya dunia. Ahh indahnya masa-masa itu, tetapi Teramiter juga tak kalah menarik, banyak tempat-tempat bagus disini"

Boyce kemudian meregangkan tubuhnya lalu memanfaatkan momen tersebut untuk bersantai sambil melepaskan banyak beban pikiran dengan mendengarkan suara kicauan burung disana.

Tak berselang lama, terdengar suara kendaraan yang mengarah kesini. Boyce pun dibuat kesal oleh suara tersebut karena ingin merilekskan pikiran juga tubuhnya. Ternyata itu adalah sebuah Tank Leopard 2 milik Angkatan Darat Jerman yang tengah dikendarai oleh Albert.

"Dasar sialan, waktu santai ku telah dirusak oleh peti mati berjalan itu!" ucapnya.

"Yo, Boyce! aku kira tak ada orang disini"

"Kamu habis darimana?"

"Tadi pagi jam 5.30 aku disuruh datang ke Batalyon"

"Bukannya kau libur? lalu kenapa mengendarai tank kemari?"

"Well.... Komandan menyuruhku datang karena ada salah satu tank yang rusak"

"Apanya yang rusak?"

"Kubah meriamnya tak mau berputar, jadi dia menyuruhku untuk membawa ini ke bengkel"

"Lalu kenapa dibawa kesini?"

"Bengkel disana jauh dari Berlin, jadi ku bawa saja tank ini kesini, lagipula jaraknya dekat, hehe"

"Yea, yea, yea.... Ku harap Roter tak akan marah"

"Haha, tenang saja, Boyce.... Dia sudah mengetahui hal ini. Kita bisa menjadikan Jerman menjadi lebih kuat lagi dan diatas segalanya dengan menaruh teknologi Teramiter, hahaha!"

"Fanatik" Boyce meminum tehnya.

"Boleh aku mencicipi teh milikmu?" tanya Albert.

"Silahkan"

"Terima kasih" Albert tersenyum.

Albert menuangkan tehnya ke cangkir dan mulai meminumnya sedikit, ia merasakan sensasi yang berbeda pada mulutnya.

"Wow! ini nikmat sekali, teh apa ini?"

"Ini adalah teh Earl Grey, jenis teh hitam paling populer di dunia. Dibuat dari campuran teh hitam dengan lemon dan bergamot. Aromanya begitu harum dan segar seperti citrus yang wangi. Cocok dikombinasikan dengan scone atau biskuit"

"Ini benar-benar sangat nikmat, aku menyukainya. Aku baru pertama kali merasakan teh yang seperti ini"

"Memangnya kau tak pernah minum teh?"

"Tiap pagi aku hanya minum kopi, kalau musim dingin datang aku suka minum vodka ataupun bir untuk menghangatkan bagian dalam tubuh"

"Intinya jangan terlalu sering minum yang beralkohol"

"Ngomong-ngomong.... Darimana kau dapat teh yang seperti ini?" tanya Albert.

"Ohh... Aku dikasih oleh orang tuaku di Inggris. Ada banyak varian teh yang mereka berikan, tapi hanya jenis Earl Grey dan Darjeeling yang jadi favoritku" jawab Boyce.

"Tunggu, bukannya kau tinggal di Polandia?"

"Aku hanya numpang lahir disana, jadi lima bulan setelah lahir kami pindah ke Inggris"

"Jadi sebab itu namamu bercampur dengan Polandia"

"Tepat sekali, ayahku orang Inggris dan ibuku orang Polandia" jawab Boyce.

"Boyce Lyruxy Dromiezschyks Krezyschyz, hmm... Terdengar agak panjang tapi lumayan keren menurutku"

"Kalian semua punya nama yang panjang, hanya aku satu-satunya di Teramiter yang punya nama paling pendek"

"Mungkin ada suatu alasan tertentu kenapa orang tua mu memberikan nama yang pendek"

Disela-sela itu, datang sebuah motor yang ditumpangi dua orang dan menuju kearah mereka

"Daxen? Dreimann? darimana saja kalian?" tanya Albert

"Dan kenapa bawa senapan?" sambung Boyce.

"Malam tadi kami pergi berburu di hutan dan dapat dua ekor rusa besar, lumayan untuk dikonsumsi, hahaha...." jawab Daxen.

"Lalu mana rusanya?" tanya Boyce.

"Mona dan Daisy belum datang?" tanya Dreimann kepada Daxen.

"Belum, mungkin singgah sebentar isi bensin"

"Hey, hey.... Kalian sedang minum teh disini, yah?" tambahnya.

"Aku hanya bersantai disini lalu datang Albert sambil mengendarai tank" jawab Boyce.

"Teh jenis apa ini?" tanya Daxen.

"Earl Grey" jawab Boyce.

"Tak ada yang jenis Assam atau Ceylon?" Daxen mengambil sebuah biskuit.

"Ada di rumah, nanti ku bawakan"

"Sip!"

Dari kejauhan, terlihat sebuah mobil Jeep yang sedang kemari. Mobil itu kemudian berhenti dihadapan mereka.

"Mereka datang" ucap Dreimann.

"Siapa?" tanya Albert.

"Mona dan Daisy" jawab Daxen.

Dreimann kemudian menghampiri mobil itu untuk mengambil hewan yang telah ditangkap.

"Hey, Boyce! tangkap ini!" Dreimann melemparkan daging yang dibungkus plastik putih.

"Apa ini?"

"Daging sapi premium eklusif edisi terbatas kelas atas yang pernah kamu impikan sekarang terwujud"

"Serius untukku?"

"Yeah, itu untukmu"

"Terima kasih banyak, Dreimann, aku senang sekali"

"A, A, A... Jangan kepadaku, itu pemberian dari Daisy"

"Ouhh... Terima kasih banyak, Daisy, hehehe.... Aku sekarang bisa merasakan daging ini, sekali lagi terima kasih banyak" ia menjadi canggung.

"Iya... Sama-sama" Daisy tersenyum ramah.

"Ngomong-ngomong, rusa tangkapan kalian apa cukup buat satu Teramiter disini?" tanya Albert.

"Tidak usah, ini hanya untuk kita yang sebagai petinggi atau senior disini saja, hahaha...." jawab Daxen

"Kira-kira siapa yang akan memasaknya?" tanya Boyce.

"Irina, Emilia, Mona, Daisy, dan Erika kecuali dia tak sibuk, tapi kalau kita ingin membantu juga boleh" jawab Dreimann.

"Hey, Albert, ini tank darimana? kenapa lambang Bundeswehr ada pada tank ini?" tegur Mona.

"Dia disuruh komandannya membawa ke bengkel tapi malah dibawa kesini" jawab Boyce

"Akan ku selipkan teknologi dari Teramiter nanti, hahaha...." kata Albert.

Disela-sela obrolan tersebut, sebuah mobil sedan berwarna biru datang dan berhenti dihadapan mereka, kaca mobilnya perlahan terbuka menampakkan diri Lennox.

"Boyce! ada Boyce disana?" tanyanya

"Disini" ia berdiri

"Beritahu yang lain untuk berkumpul diruangan G-7, ada hal penting yang akan dibahas malam nanti"

"Siap, info diterima"

"Baiklah, aku pergi dulu"

"Iya, hati-hati"

Lennox kemudian pergi meninggalkan mereka disana.

"Ada apa?" tanya Albert.

"Kami disuruh berkumpul nanti malam olehnya"

"Buat apa?"

"Entahlah pasti adalah masalah yang berada di Teramiter"

"Aku sudah tahu maksud dari Lennox" bisik Dreimann pada Daxen.

"Yeah, aku juga sudah tahu"

.

.

.

Malam harinya.....

.

.

.

Orang-orang kepercayaan Havontz selama ia menjadi pemimpin, kini sedang berkumpul disuatu ruangan yang telah ditentukan pada satu meja yang sama, mereka membahas sebuah rencana Roter yang berniat akan membersihkan Teramiter dan juga merenovasinya.

"Jadi begini, aku dapat kabar bahwa Roter akan melakukan pembersihan besar-besaran kembali atau dikenal dengan Great Purge" ucap Lennox.

Teman-temannya terkejut mendengar hal tersebut dan menatap kearah Lennox.

"Serius?" tanya Daxen.

"Dia mau melakukannya lagi?" tanya Emilia.

"Kau serius, Lennox?" tanya Irina.

"Aku tak percaya, pasti kamu berbohong" kata Mona.

"Aku serius, aku tak sedang bercanda, dia akan melakukannya" jawab Lennox.

"Lalu darimana kau tahu tentang hal itu?" tanya Dreimann.

"Yeah, darimana?" sambung Daisy.

"Ketika Roter datang ke Teramiter setelah terbang dari Jepang, dia mengatakan bahwa dirinya akan melakukan pembersihan besar-besaran yang berpotensi membahayakan Teramiter, mau itu ilmuwan, perwira, pekerja, bahkan temannya sekalipun akan masuk kedalam daftar hitamnya" jawab Lennox.

"Dan salah satu dari kita, pasti berada dalam daftar tersebut atau bahkan kita semua. Mengingat bahwa kita adalah orang-orang bekas kepercayaan Havontz selama dia memimpin" tambahnya.

"Aku masih ragu, informasi itu tidak jelas, mana mungkinlah Roter akan melakukan pembersihan besar-besaran kembali" kata Mona.

"Yeah, aku setuju" tambah Daxen.

"Sekali lagi, Lennox, darimana kau tahu informasi tersebut? kalau kau menyebarkannya, kau dapat dianggap sebagai penghianat oleh Roter dan berakhirnya ditembak mati" kata Daisy.

"Ini saja kau sudah sebarkan pada kami, bisa saja ada salah satu dari kita yang melaporkanmu pada Roter" tambahnya.

"Aku tak peduli tentang itu, sekarang nyawa kita dalam bahaya, sebaiknya pikirkan nasib kalian masing-masing kedepannya bagaimana, soalnya sebentar lagi" jawab Lennox.

"Ku rasa itu tidak mungkin akan terjadi pada kita, kinerja kita saja akhir-akhir ini cukup bagus Roter mana mungkin akan membunuh kita, kita sekarang memegang peran penting dalam Teramiter, jika terbunuh maka Teramiter akan hancur" jawab Daisy.

"Yeah, dia benar, banyak peran penting yang sekarang kita pegang dan meningkatkan Teramiter menjadi lebih baik" sambung Irina.

"Roter tak pandang bulu dalam melakukan pembersihan besar-besaran ini. Apa kalian tak ingat dengan Renovsi dan Angela? mereka berdua terbunuh oleh Roter dalam pembersihan besar-besaran yang pertama pasca Havontz berhasil dikudeta" kata Lennox.

"Bukan hanya itu, orang-orang intelektual dan terpelajar yang dimiliki Teramiter juga ikutan dieksekusi olehnya, padahal kinerja mereka ku perhatikan sangat bagus, tapi berakhir di liang lahat, apa kalian ingin menjadi seperti mereka?" tambahnya.

"Mungkin dia hanya paranoid atau tak suka dengan kedua orang itu, kalau ku baca laporan semasa Renovsi, Angela, juga beberapa orang intelektual dan terpelajar masih hidup, mereka memiliki kinerja yang bagus bahkan mendapat penghargaan dari pemimpin sebelumnya" jawab Daxen.

"Yeah, Renovsi ku dengar orangnya begitu baik bahkan dapat sebuah lencana merah dari Royen yang sangat diidamkan semua orang Teramiter" sahut Dreimann.

"Tapi dirinya malah berakhir pada liang lahat yang digalinya sendiri, anak dan istrinya kini di usir dari Teramiter" tambah Irina.

"Aku benar-benar sangat tidak menduganya, kini dia tinggal sebuah kenangan" tambah Emilia.

"Dari situ dapat disimpulkan bahwa, sebaik-baik apapun kinerja kalian tak bisa menjamin selamat dari eksekusi Roter, meski kalian sangat akrab padanya" jawab Lennox.

"Dia tak punya rasa paranoid. Kalaupun tak suka dengan seseorang, dia tak sampai memasukkan namanya ke daftar hitam yang wajib disingkirkan, meskipun dirinya adalah pemimpin disini. Dia tetap membiarkan orang itu bekerja asal dapat menjadikan Teramiter menjadi lebih baik" tambahnya.

"Kematian tentang Renovsi, Angela, juga beberapa orang intelektual akibat dari pembersihan besar-besaran yang lalu masih menjadi misteri. Mungkin mereka memiliki suatu tujuan untuk membunuh Roter, terlepas dari semua itu kita hanya bisa diam" tambahnya lagi.

"Lalu kenapa kau tak angkat kasusnya mereka berdua?" tanya Daisy.

"Mengangkat kasus itu adalah bunuh diri, Roter tak suka ada orang yang membicarakannya. Satu-satunya cara adalah melewati pembersihan besar-besaran yang kedua adalah pasrah dan berdoa kita tak dieksekusi, Roter sangat benci dengan orang-orang pengkhianat"

"Dan bagaimana caranya kau bisa tahu? aku masih penasaran" tanya Daisy.

"Yeah, darimana kau tahu, Lennox?" tambah Daxen.

"Aku mengetahui informasi ini dari tiga orang yang sedang merapikan dan menyusun berkas-berkas, waktu itu aku sedang lewat untuk mengambil jaketku. Merasa penasaran, aku menyelinap masuk kedalam ruangannya Roter ketika ia tak ada. Disana, ku dapatkan sebuah berkas yang berisikan nama-nama pengkhianat juga sebuah rencana pembersihan besar-besaran" jawab Lennox.

"Lalu apa namaku ada disana?" tanya Irina.

"Tak ada, semua dari kita tak ada disana, kita aman"

Mereka semua menjadi lega mendengarnya.

"Tetapi kita tak boleh senang dulu, ku rasa pembersihan besar-besaran ini bukanlah yang terakhir tapi masih banyak. Kita tidak dapat tahu kapan yang ketiga akan mulai" ucap Lennox.

"Dan siapa yang akan menjadi target Roter selanjutnya, aku hanya tak mau salah satu dari kita dieksekusi seperti kejadian Renovsi dan Angela, meskipun kita adalah bagian dari Havontz" tambahnya.

Suasana kemudian menjadi hening seketika.

"Ngomong-ngomong bagaimana dengan nasibnya Hussein, Amir, Nadia, Zhong Hao, Feng Yin, dan ..... Siapa satu lagi?" tanya Mona.

"Shen Minghao" jawab Emilia.

"Mereka mungkin terbebas dari pembersihan besar-besaran ini karena mereka semua berada di Jalur Gaza dalam misi kemanusiaan, tapi ketika kembali mereka mungkin langsung diperiksa" kata Lennox.

"Kenapa kalian tak curiga pada Boyce? dari awal pembahasan dia hanya diam melihat kita berbicara" kata Dreimann

"Yeah, dari tadi ku lihat kau diam saja, Boyce" sahut Daxen.

"Aku curiga kau adalah mata-mata yang ditugaskan oleh Roter untuk mengawasi kami atau mungkin kau pindah haluan kepada Roter dan antek-anteknya" kata Irina.

"Hahaha..... Apa yang kalian bicarakan, kawan-kawan? aku ini netral, tak berpihak pada satu sisi. Aku bersedia bekerja kepada siapapun asal diberi upah, mau itu Royen, Havontz, ataupun Roter aku sudah melayani mereka bertiga dengan waktu yang cukup lama" jawab Boyce.

"Lalu kenapa kau hanya diam saja tak ikut membahas atau memberikan suatu penyelesaian masalah?" tanya Daisy.

"Aku sudah bilang, aku tak ikut-ikutan dengan hal ini dan memilih untuk netral"

"Sejak era kepimpinan Albert Royen, ayahnya Roter, aku sudah merasakan yang namanya Great Purge" tambahnya.

"Great Purge tidak terjadi pada kepemimpinannya Royen, itu baru terjadi pasca Havontz dikudeta" jawab Lennox.

"Itu tidak benar, Great Purge sudah lama terjadi sejak Royen memimpin"

"Tak ada catatan yang menunjukkan bahwa Great Purge sudah dilakukan pada Royen" kata Mona.

"Yeah, dia benar, aku yang mengurus dibagian berkas tak pernah menemukan catatan, laporan, atau bahkan fotonya" tambah Emilia.

"Kami butuh bukti" kata Dreimann.

"Hooo.... Jadi kalian ingin bukti, yah? boleh, boleh.... Dengan senang hati" ia tersenyum.

Boyce mengeluarkan beberapa lembaran kertas dan foto dari balik saku setelan jasnya.

"Ini adalah bukti bahwa Great Purge sudah ada pada zamannya Royen berkuasa. Foto-foto ini merupakan foto terakhir bagi mereka yang diyakini Royen sebagai pengkhianat. Tak ada pengadilan dan langsung dibawa ke hutan untuk dieksekusi"

"Walaupun mereka terlihat seperti orang-orang yang berpengaruh pada Teramiter, Royen tak pernah memberi ampun bagi pengkhianat. Baginya, sekali pengkhianat tetaplah pengkhianat dan harus disingkirkan dari bumi atau bahkan dunia ini" tambahnya. Satu persatu dari mereka mulai mengambilnya untuk melihat dengan jelas.

"Lihat ini, Lennox, total ada 80 orang yang terkena pembersihan besar-besaran. Mereka memiliki pangkat yang tinggi serta peran penting dalam mengelola Teramiter" Daisy memperlihatkan daftar nama kepada Lennox.

"Ini benar-benar tidak bisa dipungkiri, banyak sekali orang-orang pintar kita yang dieksekusi"

"Setelah pembersihan selesai, ekonomi Teramiter langsung menurun drastis, tetapi pulih kembali dalam waktu 6 bulan" kata Boyce.

"Benarkah?" tanya Mona.

"Yeah, karena orang-orang penting yang menjaga kestabilan Teramiter hilang sebagian akibat pembersihan besar-besaran itu"

"Mereka disuruh menggali kuburannya sendiri, para pasukan terlihat sedang menjaganya dengan pakaian rapi dan senapan serbu AK-74" Dreimann menunjukkan salah satu pada Daxen.

"Disana ku lihat ada seorang kakek-kakek yang menggali kuburannya juga, itu artinya Royen tak pandang bulu"

"Oh lihat sini, Dreimann, Royen tampak sedang berdiri sambil merokok memandangi mereka yang sebentar lagi dieksekusi"

"Yeah, dan didepan sana ku rasa itu adalah Havontz yang terlihat asyik meminum minumannya didekat mobil lapis baja"

"Banyak sekali foto-foto pembantaian ini, ada yang dieksekusi langsung, ada yang dipenggal, dan ada yang dijadikan makanan hewan buas" ucap Emilia.

"Seumur-umur berada dibagian berkas, aku belum pernah menemukan dokumen ini" tambahnya.

"Emilia, dua orang wanita ditelanjangi lalu dipertontonkan semua orang, dan ada yang digantung terbalik tanpa busana" kata Irina memperlihatkan sebuah foto.

"Ini benar-benar sangat parah, baru kali ini aku melihat aura kejamnya Royen"

"Ngomong-ngomong darimana kau dapat semua ini, Boyce?" tanya Mona.

"Yeah, itu benar" sahut Emilia.

"Semenjak hilangnya Royen, bukti-bukti Great Purge pertama akan dihanguskan tanpa alasan yang jelas. Karena ku pikir itu adalah hal yang langka, jadi aku membelinya dari Havontz"

"Tunggu apa? kau membelinya?" Lennox merasa terkejut.

"Yeah, dengan harga 550.000 US Dollar, langsung padanya" jawab Boyce.

"Sekedar info, semua teman-teman ku juga dieksekusi dan hanya aku sendiri yang tidak menjadi target" tambahnya.

"Kau serius? aku curiga kau membohongi kami" kata Irina.

"Aku serius. Mendengar bahwa ada kabar Great Purge yang pertama kalinya, aku dan teman-teman ku berkumpul diruangan ini untuk membahas bagaimana cara agar bisa selamat hingga akhir. Jujur, waktu itu aku dan mereka sangat panik hingga aku tak bisa tidur selama 2 hari"

"Lalu bagaimana kedepannya?" tanya Daxen.

"Aku pasrah dan siap menghadapi kematian ketika hari pembersihan besar-besaran tiba, aku mendengar satu persatu teman-temanku dibawa paksa oleh pasukan khusus, aku masih bisa mendengar teriakan mereka dan hanya sisa aku sendiri sampai sekarang"

"Kini hanya tinggal kenangan saja, meskipun begitu aku tak boleh sedih karena itu mungkin adalah takdir mereka dari Tuhan, rencana-Nya tak ada seseorang pun yang tahu. Hahaha.... Agak konyol jika aku makin mengingatnya terus menerus" tambahnya.

Mereka semua dibuat terdiam dan merenung mendengar kisah yang dialami oleh Boyce.

"Ngomong-ngomong, Havontz juga pernah melakukan pembersihan tapi skalanya tak besar seperti Royen ataupun Roter" ucap Boyce.

"Kau serius?" tanya Lennox.

"Yups, ini fotonya, hanya itu yang ku punya" Boyce memberikannya.

"Dia hanya menangkap orang-orang yang diyakini dapat merusak Teramiter, tetapi korbannya berasal dari kalangan orang yang ditugaskan mengelola banyak perusahaan. Beberapa dibunuh dan beberapa lagi dipenjara. Bahkan ketika Roter naik takhta, dia tak membebaskan orang-orang tersebut karena menganggap tempat yang cocok bagi mereka adalah penjara"

"Kau tahu informasi tersebut darimana?' tanya Daisy.

"Aku tahu semua ini dari seorang mantan ajudannya Havontz yang bernama Mikhail Drezner, dia tahu akan segala hal dan memilih pensiun dari Teramiter karena faktor usia, ia sangat amat dihormati oleh Roter. Drezner mengatakan bahwa Havontz melakukan aksinya pada tengah malam saat semua orang telah tidur. Pasukan yang ditugaskan datang ke ruangan target lalu membawanya secara paksa, adapun orang-orang yang sangat kooperatif ketika akan dibawa"

"Lalu berapa jumlah korbannya?" tanya Irina.

"Soal itu aku tak tahu, katanya sangat rahasia bahkan dokumen itu disimpan oleh Roter dan tak seorang pun dapat mengetahuinya. Kecuali dua orang tadi, yaitu Drezner dan Roter sendiri"

"Baiklah.... Waktu ku sudah habis, silahkan kembalikan semua foto-foto dan dokumen yang kalian pegang karena ku beli langsung dari Havontz" tambahnya. Mereka semua kemudian memberikannya pada Boyce.

"Sekarang kau mau kemana?" tanya Dreimann.

"Mau tidurlah, gak liat ini jam berapa? yang ada kita dicurigai lagi rapat terlarang disini"

"Emang dari tadi rapat disini" kata Daxen.

"Hahaha.... Buat apa harus rapat? lagian Lennox sudah bilang kalau nama kita gak ada didaftar, jadi kita aman" jawab Boyce

"Hanya sebagai antisipasi pada Great Purge selanjutnya" sahut Lennox

"Itu sebabnya dari tadi kau nampak santai" kata Mona.

"Biarpun namaku ada didaftar itu, aku masih bisa tenang, aku sudah melewati kejamnya pembersihan ini jadi bukan masalah besar bagiku, meski harus menghadapi kematian" jawab Boyce.

"Dan Havontz yang kabarnya tak tahu hidup atau sudah mati setelah kabur dari penjara, kini dia telah menjadi cerita hantu legendaris Teramiter dan dipercaya orang-orang. Hahaha... Intinya kalian harus banyak-banyak berdoa jika ingin terhindar dari pembersihan besar-besaran dari Roter" tambahnya. Boyce kemudian keluar dari ruangan itu.

"Oh yah, kapan pembersihan itu mulai?" tanya Emilia.

"Entahlah, aku juga tak tahu, tapi bilangnya akan dilakukan dalam waktu dekat. Entah itu 2 kemudian atau 3 hari kemudian atau bahkan besok" Lennox kemudian keluar dari sana menyusul Boyce.

Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!