EPISODE 4 - Berangkat

Setelah berhasil mendapatkan tiket untuk melakukan penerbangan ke Jepang, Roter memutuskan membeli oleh-oleh untuk dibawa ke sana. Ia masuk kedalam dan mulai memacu mobilnya menuju tengah kota untuk mencari supermarket.

Disepanjang perjalanan, ia menikmati setiap detiknya melihat Kota Berlin yang telah lama ia tinggali demi tugas abdi negaranya. Setelah melakukan perjalanan, ia akhirnya sampai disebuah supermarket yang sedikit megah. Roter kemudian keluar dari mobil untuk menuju masuk kedalam supermarket tersebut.

"Roter?" Daniel memanggilnya dari belakang.

"Daniel? sedang apa kau disini? bukannya kau bekerja di kafe?"

"Yo, aku kesini hanya untuk membeli beberapa barang yang telah habis"

"Kenapa gak di toko terdekat disana?"

"Barang-barang yang pacar– ehm, maksudku yang Stefanie suruh adalah barang-barang kelas menengah keatas"

"Haha... Tak usah malu-malu menyebut Stefanie adalah pacarmu" kata Roter.

"Kau tahu, kita berada dikawasan umum, jadi perkataanku dapat didengar orang lain dan itu membuatku malu"

"Halah... Tak perlu malu-malu, memiliki seorang pasangan adalah hal yang lumrah, bukan bersifat rahasia"

"Tapi bisa saja bersifat rahasia, hehe..."

"Yasudah, masuk kedalam barengan? aku juga ingin membeli sesuatu" ajak Roter.

"Untuk berangkat ke Jepang?"

"Yeah, tepat sekali"

"Baiklah, ayo kita masuk"

Mereka berdua pun masuk kedalam supermarket itu bersama-sama. Mereka kemudian mengambil sebuah keranjang kecil lalu pergi ke bagian rak yang dipenuhi makanan dan buah-buahan.

"Jadi bagaimana kabar ayahmu? apakah sudah ditemukan?" tanya Daniel.

"Belum, sampai sekarang kami belum dapat kabar darinya. Entah dia pergi kemana"

"Kira-kira terakhir kali dia ada pas kapan?"

"Emm... Kalau gak salah pas dia ingin beli cerutu"

"Lalu setelah itu dia menghilang?"

"Yeah, ketika waktu malam ia sudah tak pulang. Awalnya pas siang hari, kami merasa dia bertemu temannya sehabis beli cerutu dan perkakas. Malam harinya dia tak kunjung pulang, kami sekeluarga panik dan mencari Royen. Menanyakan ke orang-orang dan teman-temannya yang pernah melihatnya"

"Lalu membuahkan hasil?"

"Haha... Tidak, kami tak mendapatkannya. Ibuku sampai menangis dengan kejadian itu"

"Benarkah?" Daniel merasa penasaran.

"Yap, dia mengira bahwa ayahku diculik lalu dibunuh. Aku rasa, ayahku masih hidup namun tak tahu kembali jalan pulang"

"Jadi dimana ibumu sekarang, Roter? aku tak pernah melihatnya"

"Sekarang dia ada di Jepang bersama dengan adikku"

"Ahh, dia pindah?"

"Emm... Bisa dibilang begitu, tapi dia sudah pindah sebelum ayahku menghilang. Aku juga sempat tinggal dan sekolah disana kira-kira selama 3 tahun"

"Ngomong-ngomong jika kau sudah ada disana, nantinya kau akan bekerja sebagai apa?"

"Aku tak tahu, aku hanya lulusan akademi militer. Paling kedepannya aku bakal jadi pelayan kafe lagi, hahaha...."

"Mungkin jati diri pekerjaanmu hanya berada pada pelayan kafe, hahaha..."

"Kau benar, Daniel, sepertinya aku hanya cocok dengan pekerjaan itu hahaha...."

"Ngomong-ngomong ibumu cantik?" tanya Daniel.

"Kenapa kau bertanya seperti itu? apa Stefanie tak cukup, huh? atau mungkin tipe mu adalah wanita tua?" Roter tersenyum sinis sembari mengambil beberapa barang.

"Eee.... Aku hanya bertanya saja" Daniel tampak sedikit canggung.

"Well, well... Rasa penasaranmu sangat tinggi sekali. Aku akui ibuku sangat cantik, bermata biru, berkulit putih, juga berambut pirang sepertiku. Kita adalah bangsa Arya, bangsa pilihan Tuhan dan bangsa paling unggul dibandingkan dengan yang lain"

"Itu kedengarannya agak rasis, baru kali ini aku mendengarmu seperti itu"

"Hahaha.... Aku hanya bercanda. Semua bangsa sama dimata Tuhan, tak ada yang berbeda"

"Aku akan pergi ke rak yang lain untuk mencari coklat dan keju, bagaimana denganmu?" tanya Daniel.

"Aku akan berkeliling sebentar disini, siapa tahu ada barang bagus yang dapat ku jadikan oleh-oleh untuk adikku" jawab Roter.

"Berarti nanti kita ketemu di kasir"

"Oke"

Mereka berdua pun berpisah ke jalan yang lain. Daniel melihat-lihat rak yang dipenuhi banyak coklat dan mulai memilihnya. Sementara itu, Roter berada pada bagian mainan anak-anak.

"Kira-kira apakah Monika suka dengan boneka beruang?"

"Halah, mana mungkinlah dia suka, dia itu sudah besar"

"Tapi bisa jadi dia suka, rata-rata perempuan menyukai hal-hal yang imut"

"Hmmm... Apa seharusnya aku beli saja? kalau nanti dia gak mau, malah jadi percuma. Beli apa engga, yah?"

"Roter?" seorang perempuan memanggilnya sambil mendorong kereta belanja.

"Siapa?"

"Roter? kau tak kenal aku? aku ini rekan kerjamu semasa di kafe" perempuan itu mengingatkan Roter.

"Emmm... Otto?"

"Aku perempuan, Roter? apa tak ingat denganku? aku orang yang paling menarik pas waktu itu" perempuan itu mendesak Roter.

"Aku ingat dengan wajah seseorang, tapi aku lupa siapa namanya"

"Aku Eiren Davigen, apa sekarang ingat?" tanya Eiren.

"Ahh aku ingat sekarang, hahaha..."

"Efek sudah lama tak bertemu, yah"

"Ku rasa begitu"

"Ngomong-ngomong kau sedang apa disini? apakah kau ingin membelikan mainan pada anakmu?" tanya Eiren.

"Aku belum mempunyai anak apalagi menikah"

"Ohh maaf"

"Tak apa-apa, bagaimana denganmu?"

"Aku sedang membeli kebutuhan sehari-hari dan tak sengaja bertemu denganmu disini"

"Yeah.... Aku juga, hahaha..."

"Kamu kesini sama siapa? apakah sendirian?" tanya Eiren.

"Tidak, aku bersama dengan Daniel, kebetulan tadi bertemu di luar" jawab Roter.

"Daniel? rekan kerja kita?"

"Tepat sekali, Eiren"

"Dimana dia?"

"Di bagian rak coklat"

"Ngomong-ngomong Daniel masih bekerja di kafe?" tanya Eiren.

"Yeah, Stefanie juga. Mereka berdua kini berpacaran"

"Eh? itu serius?" Eiren tampak terkejut.

"Yeah, mereka sudah sampai pada hubungan– emm... Mungkin kau tahu maksudku" Roter tersenyum.

"Aku mengerti. Tak sangka mereka telah disatukan"

"Tapi aku tak tahu apakah mereka akan menikah atau tidak. Semua akan berjalan pada porosnya" kata Roter.

"Ngomong-ngomong, Eiren... Apakah remaja perempuan masih menyukai boneka beruang?" tambahnya.

"Masih, kok.... Tergantung dengan setiap orangnya saja. Memangnya kau akan memberikan ke siapa? bukankah Hari Valentine sudah lewat?"

"Tidak, aku tak merayakan Valentine. Boneka ini rencananya akan ku berikan pada adikku. Aku akan pindah ke Jepang"

"Eh? kapan kau pindah?" Eiren merasa terkejut mendengarnya.

"Besok, besok aku akan berangkat sekitaran jam 9 pagi"

"Lalu bagaimana dengan tugasmu sebagai tentara? kau sudah dapat izin?"

"Aku pensiun agar fokus melanjutkan peninggalan ayahku"

"Wahh.... Tak terasa waktu berjalan sangat cepat, yah"

"Tapi jika perayaan Natal atau Oktoberfest tiba, aku akan kembali, selama ada rezeki untuk kembali lagi kesini, sih...."

"Baiklah, Roter, aku pamit dulu. Pilihlah boneka yang menurutmu cocok"

"Iya, terima kasih"

"Sama-sama, dadah...." Eiren melambaikan tangannya sebagai perpisahan.

Beberapa menit kemudian, Daniel dan Roter kini selesai berbelanja disupermarket. Mereka berdua dipertemukan di luar.

"Bagaimana? kau sudah selesai berbelanja?" tanya Roter pada Daniel sambil berjalan kearahnya.

"Sudah, tinggal saatnya kembali ke kafe"

"Oh yah, aku tadi bertemu dengan Eiren"

"Eiren? nampak tak asing dikepalaku" Daniel mencoba mengingatnya.

"Eiren Davigen, rekan kerja kita dulu waktu di kafe, aku juga agak-agak lupa dengannya"

"Kau bertemu dengannya?" tanya Daniel.

"Yeah, ketika berada di rak mainan anak-anak"

"Sekarang dia bagaimana? maksudnya kerja apa?"

"Aku tak tahu, kami berdua hanya sebatas mengobrol sebentar lalu pergi. Aku juga lupa meminta nomor ponselnya tadi"

"Ahh begitu rupanya"

"Ya sudah, mau ikut denganku? jalan kita sama" Roter menawarkannya.

"Baiklah, aku ikut"

Mereka berdua pergi berjalan menuju mobil. Setelah itu, mereka langsung pergi meninggalkan supermarket tersebut. Disaat yang bersamaan, Eiren kini baru saja keluar dari supermarket. Ia berjalan menuju ke sebuah mobil yang sedang ditunggu oleh seseorang bersetelan jas hitam yang rapi. Ia nampak tergesa-gesa.

"Aku punya kabar penting, aku bertemu dengan Roter, putra dari Royen tadi!" ucap Eiren.

"Tunggu apa? kamu bertemu dengannya?" tanya orang itu, terkejut mendengarnya.

"Yeah! aku bertemu di rak mainan anak-anak"

"Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Dia sudah berhenti dari militer dan kini akan pindah ke Jepang. Kita harus tetap waspada, kemungkinan dia punya misi lain disana yang bisa menyebabkan pertumpahan darah"

"Kapan ia akan pindah ke Jepang?"

"Besok! dia besok sudah berangkat kesana"

"Kita harus kembali ke Kuromogramo segera untuk mengabarkan hal ini pada ayahnya Reiko!" kata orang itu.

"Ayo! kita harus cepat!" jawab Eiren. Mereka berdua langsung memasuki mobil dan meninggalkan tempat itu.

.

.

.

Malam harinya....

.

.

.

Malam hari yang cerah, Roter kini tengah memasukan semua pakaian miliknya dan oleh-oleh ke dalam bagasi untuk berangkat ke Jepang dihari esok. Tak lupa, ia juga memasukkan beberapa buku milik ayahnya untuk dibawa kesana.

Disaat yang bersamaan, ponsel Roter tiba-tiba saja berbunyi, menandakan bahwa ada panggilan yang masuk.

"Halo?"

"Roter, ini Reiko. Maaf menghubungi malam-malam"

"Tak apa-apa, ada perlu apa?"

"Kapan kamu berangkat?" tanya Reiko.

"Besok, aku berangkat besok. Sekalian jika aku ada waktu, aku akan mengabarkanmu untuk datang ke Kuromogramo"

"Baiklah, aku mengerti. Ngomong-ngomong kau mau dijemput atau tidak?"

"Emm... Tidak usah, aku akan jalan sendiri ke rumah ibuku"

"Yakin? banyak yang berubah lho disepanjang jalan. Aku tak mau kau tersesat nantinya, hahaha" Reiko berbohong.

"Okelah... Aku menerimanya, untuk antisipasi"

"Kira-kira kau berangkat jam berapa?"

"Sekitaran jam 9 pagi"

"Jika disana jam 9 pagi berarti disini jam...."

"Jam 5 sore" sambung Roter.

"Betul kah?"

"Iya, coba hitung sendiri, disini 7 jam lebih lambat"

"Okelah, aku akan menjemputmu jam 5 sore"

"Pastikan hanya kau sendiri yang menjemputku, aku tak suka jika kau membawa temanmu, itu kelihatan norak"

"Itu bisa diatur"

"Baiklah, aku tunggu kau di Osaka"

"Oke..."

"Titip salam untuk Monika dan juga ayahmu"

"Wahh... siap, siap!"

"Reiko, sampai sini dulu, kita lanjut dilain waktu" kata Roter

"Iya, semoga sampai tujuan dengan selamat" jawab Reiko.

"Amen, terima kasih"

"Sama-sama"

Roter lalu menekan tombol berwarna merah untuk menutup panggilan telepon pada ponselnya. Ia kemudian melanjutkan mengemasi barang bawaannya.

.

.

.

Pukul 8.15 waktu setempat.....

.

.

.

Roter kini berada didepan pintu rumahnya sambil memeriksa beberapa barang bawaannya. Ia juga menunggu taksi yang akan datang ke rumahnya.

"Roter, tak berangkat?" tanya si kakek menghampirinya dari belakang.

"Masih menunggu taksi"

"Kakek antar mau?"

"Tidak, terima kasih, aku sudah memesan taksi kemarin malam"

"Ahh begitu"

Disaat-saat seperti itu, Herold datang kemari membawa sebuah bingkisan.

"Roter!" panggilnya.

"Yo, masuk saja"

Herold membuka pagar dan berjalan menuju Roter dan kakeknya.

"Selamat pagi, Kakek Marshall" sapanya dengan tersenyum ramah.

"Pagi juga"

"Kau sudah mau berangkat, Roter?"

"Belum, aku masih menunggu taksi"

"Ini ada bingkisan untukmu, maaf jika kurang besar"

"Tak apa-apa, aku sangat menghargainya"

"Untuk kakek mana, Herold?" tanya kakeknya Roter.

"Yaa kakek kan tak berangkat"

"Hahaha.... Bercanda"

"Ngomong-ngomong, semoga selamat sampai tujuan, yah" kata Herold pada Roter.

"Iya, terima kasih"

Tak lama kemudian, Daniel dan Stefanie datang kemari membawakan bingkisan.

"Guten morgen alle! (Selamat pagi semuanya!)" sapa Daniel.

"Morgen (Pagi)" jawab yang lain dengan .

"Roter, kami berdua punya bingkisan untukmu, tolong diterima, yah" kata Stefanie.

"Wahh.... Terima kasih banyak"

"Sama-sama"

"Ngomong-ngomong, sejak kapan kau disini, Herold?" tanya Daniel.

"Baru saja"

"Sudah lama tak bertemu, bagaimana kabarmu hari ini?"

"Cukup baik"

"Kau yakin? biasanya kau terlihat suram" Stefanie mendekatinya.

"Umm... Yeah! a-aku yakin!" Herold tampak canggung.

"Senang mendengarnya, ku harap kau tak berbohong lagi"

"Oh iya, Roter... Aku punya kalung peluru untukmu, aku membelinya di toko suvenir kemarin malam" Daniel memberikannya.

"Bagus sekali.... Berapa kalibernya?"

"Aku tak tahu, tapi penjualnya bilang itu amunisi dari AK-47"

"Berarti 7,62 x 39 mm"

"Ku rasa begitu"

"Aneh sekali" kata Roter.

"Kenapa?" tanya Daniel penasaran.

"Tidak apa-apa, lupakan saja"

"Lihat siapa yang datang itu?" ucap si kakek.

"Itu Eiren" jawab Daniel.

"Apa? Eiren?" tanya Herold.

"Yeah, rekan kerja kita dulu"

"Pagi semuanya...." Eiren menyapa mereka dengan sangat ramah.

"Pagi...." jawab mereka semua dengan ramah.

"Eiren?" tanya Stefanie.

"Stefanie?" tanya balik Eiren.

Mereka berdua lalu saling berpelukan melepaskan rindu.

"Wahh.... Sudah lama tak kelihatan, bagaimana kabarmu hari ini?" tanya Stefanie.

"Baik, aku baik-baik saja hari ini, kalau kamu bagaimana?"

"Baik, aku juga baik sama dengan kamu"

"Kamu sangat cantik dari biasanya" puji Eiren.

"Sama-sama, kamu juga tampak cantik hari ini" jawab Stefanie.

"Roter, ini ada bingkisan untukmu agar perjalananmu ke Jepang tak membosankan" Eiren memberikannya bingkisan.

"Terima kasih banyak, yah... Aku sangat menghargainya"

"Sama-sama"

"Yo, Eiren... Sekarang kerja apa? apakah menganggur seperti Herold? hahaha..." tanya Daniel sambil tersenyum meledek Herold.

"Aku bukan pengangguran, Daniel!"

"Aku sekarang bekerja sebagai manajer disebuah perusahaan senjata" jawab Eiren.

"Pasti seru, yah, disana bisa lihat banyak macam-macam senjata" kata Stefanie.

"Tidak, aku berada dibagian kantor, bukan dibagian pabrik"

"Ahh ternyata begitu"

"Oh yah, Daniel, ku dengar kau masih bekerja di kafe dengan Stefanie juga" kata Eiren.

"Itu benar, kami berdua masih bekerja disana"

"Kau tak memiliki rencana untuk cari pekerjaan yang lain?"

"Aku tak tega meninggalkan kafe itu, banyak kenangan kita semua disana. Stefanie nantinya akan keluar tahun depan untuk bekerja di Düsseldorf"

"Jika Stefanie keluar, berarti hanya dirimu yang ada disana?"

"Kira-kira begitu"

"Heh, kau merekomendasikan banyak pekerjaan padaku, tapi kau sendiri malah memilih jadi pelayan kafe" ucap Herold pada Daniel.

"Sungguh suram sekali hidupmu" tambahnya.

"Yea, yea, yea... Setidaknya aku tidak diam dirumah sepertimu, orang malas, hahaha.....!" Daniel meledek Herold. Semua orang yang mendengarnya langsung tertawa

"Dasar sialan!"

Selang beberapa detik, mobil taksi akhirnya tiba. Roter kemudian berpamitan dengan yang lain disana.

"Baiklah... Ku rasa cukup sampai disini, taksi sudah datang, itu artinya aku akan berangkat. Sekali lagi terima kasih banyak atas buah tangan dan kebersamaan kalian, semoga kita dapat berkumpul kembali"

"Kau juga, Roter... Kami akan merindukanmu disini" kata Daniel.

"Yeah... Kau memang teman terbaik" Roter berpelukan dengan Daniel.

"Kakek, aku berangkat dulu" ia berpamitan pada kakeknya.

"Iya, hati-hati dijalan dan jangan lupa berdoa"

"Siap, kek"

Roter kemudian membawa barang bawaannya menuju taksi. Tiba-tiba saja, si nenek memanggilnya.

"Roter, Roter!" panggilnya.

"Ada apa?"

"Ini ada bekal untukmu, siapa tahu nanti kamu lapar diperjalanan. Semoga selamat sampai tujuan, yah"

"Iya, nek.... Terima kasih banyak"

Setelah itu, ia lanjut jalan dan mulai memasukkan barang bawaannya kedalam taksi sambil dibantu oleh sang sopir. Beberapa detik kemudian, Roter pun akhirnya pergi meninggalkan rumahnya juga teman-temannya.

Setelah melakukan perjalanan yang cukup panjang, Roter akhirnya sampai dibandara. ia turun dari mobil dan mengeluarkan barang bawaannya sambil dibantu sang sopir lagi. Setelahnya, ia membayar biaya perjalanan taksi itu.

"Ini uangnya, kembaliannya bisa Anda ambil" ucapnya

"Baik, tuan.... Terima kasih banyak" si sopir nampak bahagia.

"Kalau begitu saya pergi dulu, yah..."

"Iya, tuan... Hati-hati"

Roter kemudian memasuki bandara dan melakukan pemeriksaan. Setelahnya, ia mulai melakukan check-in. Sebagian barang bawaannya seperti bagasi yang besar mulai dibawa untuk dimasukkan kedalam pesawat.

Setelah proses itu selesai, ia mulai menuju lantai dua untuk menunggu keberangkatan di ruang tunggu. Berada disana, ia menuju ke toko suvenir membeli beberapa sesuatu sebagai oleh-oleh. Roter membeli satu kalung salib dan sebuah gelang yang tampak lucu baginya.

"Ini uangnya"

"Ini kembaliannya... Terima kasih banyak"

"Sama-sama"

Roter mulai duduk disalah salah satu kursi, bersebelahan dengan seorang wanita yang menggendong bayinya. Sembari menunggu pesawat datang, ia mengeluarkan ponselnya dan membuka sebuah aplikasi media sosial.

Ditengah-tengah asiknya melihat video ataupun foto unggahan teman-temannya disana, bayi itu tiba-tiba menangis dengan sangat keras.

"Sayang, kamu kenapa? kok tiba-tiba nangis gitu?" ucap sang ibu. Ia mencoba menenangkannya.

Diam-diam Roter mencoba tersenyum namun malah membuat bayi itu menjadi tambah lebih menangis.

"Kamu mau susu?" tanya si ibu pada bayinya.

"Sebentar ibu ambilkan"

"Kemana susunya, yah? kok gak ada ditas?"

"Ahh iya, ketinggalan diatas meja resto tadi, ayo kita ambil, yah..." si ibu mulai berdiri dari tempat duduknya.

Bayi itu nampak melihat kearah Roter. Roter melambaikan tangannya sambil tersenyum lembut.

Beberapa menit kemudian, pesawat akhirnya datang. Para penumpang yang ada disana berbondong-bondong menuju garbarata untuk masuk kedalam pesawat.

"Selamat tinggal Jerman, dan selamat datang Jepang. Semoga kedepannya akan menjadi lebih baik disana" Roter nampak tersenyum mengucapkannya.

Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!