EPISODE 7 - Teman lama

Keesokan harinya, di sebuah kantor rahasia, terlihat tiga orang yang sedang berkumpul didalam satu ruangan. Mereka bertiga sedang berdiskusi soal suatu rencana yang akan mereka jalankan sebentar lagi.

"Jadi bagaimana? apakah semua senjata sudah didistribusikan?" tanya si ketua.

"Siap, semuanya sudah didistribusikan ke setiap anggota kita yang ada di seluruh negara" jawab seseorang yang berpangkat merah

"Semua anggota, alutsista, bahkan alat-alat tempur lainnya juga sudah disiapkan?"

"Siap, pak! kita hanya tinggal menunggu perintah Anda untuk memulai rencana" berpangkat biru.

"Sebaiknya kita tunda saja dulu untuk sementara waktu. Kita harus mengumpulkan lebih banyak dana, anggota, bahkan senjata" si ketua tampak berdiri dari tempat duduk dan berjalan kearah jendela.

"Bukannya dana, sumber daya, bahkan senjata yang kita miliki sudah melampaui batas?" tanya orang yang berpangkat merah.

"Setelah dipikir-pikir, kita punya musuh utama yang bisa membahayakan rencana ini. Mengingat jumlah mereka cukup banyak dari kita dan katanya memiliki sekutu tunggal yang sedikit kaya akan dana" jawab si ketua.

"Mereka berdua sama-sama merupakan organisasi seperti kita. Namun, motto mereka adalah menjaga perdamaian untuk selamanya, ini berlawanan dengan kita yang sebentar lagi akan menguasai negara-negara NATO, Asean, negara yang netral, Rusia, bahkan bumi ini. Menurut saya, mereka tampak cukup baik menjalankan tugasnya sebagai penjaga perdamaian dibandingkan dengan organisasi perdamaian berwarna biru yang ada di Amerika Serikat. Kedua organisasi itu tak pandang bulu untuk menegakkan suatu keadilan atau perdamaian"

"Mereka banyak membantu setiap negara yang mengalami kesulitan ekonomi dan menentang setiap penjajahan diatas dunia, menentang sikap diskriminasi atau rasisme, melindungi suatu kaum lemah, bahkan tak segan-segan melakukan perlawanan kepada negara yang memulai konflik lebih dulu. Dibalik itu, salah satu dari organisasi tersebut kabarnya bersekutu dengan makhluk asing yang sangat hobi menjajah banyak planet diseluruh galaksi semesta ini"

"Kira-kira apa nama organisasi itu, pak?" orang yang berpangkat biru itu tampak penasaran.

"Iya, dan siapa nama pemimpin mereka?" sahut temannya.

"Kedua organisasi itu bernama Teramiter dan Kuromogramo. Yang dipimpin oleh Roter Schädel dan George Arley W."

"Roter schädel? sepertinya aku pernah mendengar nama itu" orang berpangkat biru tampak mengenalinya.

"Yeah... Dia adalah musuh kita sekarang. Musuh yang harus dimusnahkan. Kita akan melakukan suatu operasi untuk membunuhnya. Menurut informasi, dia tak tinggal lagi di Jerman, tapi pindah ke Jepang" jawab si ketua.

"Belum lagi ayahnya yang kini menghilang membuat suatu makhluk hibrida untuk kepentingan militer Teramiter. Namun, dia keburu menghilang tanpa jejak sebelum makhluk-makhluk buatannya terwujud" tambahnya duduk kembali ke meja kerjanya.

"Ayahnya membuat makhluk hibrida buatan?" tanya orang yang berpangkat merah.

"Benar sekali. Saya menduga bahwa proyek itu akan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Roter tadi. Saya hanya ingat salah satu nama makhluk hibrida buatan Royen, bernama Schwerer Kämpfer. Dalam bahasa Jerman artinya Petarung Berat, dengan nama kode S-727. Akan sangat berbahaya jika mereka menggunakannya, kita harus menghentikan perbuatan itu" tambahnya lagi.

Kedua orang yang berpangkat merah dan biru hanya bisa terdiam mendengarnya.

"Menurut saya, senjata utama yang digunakan Teramiter bukanlah sebuah senapan ataupun alutsista. Tapi adalah sebuah buku" ucap si ketua.

"Sebuah buku? bagaimana bisa buku dijadikan senjata?" orang yang berpangkat biru merasa keheranan.

Si ketua tersenyum sinis menunduk kebawah, ia lalu menjelaskan maksud dari perkataannya.

"Sebuah buku bisa menjadi suatu senjata yang mematikan jika berada ditangan yang tepat. Banyak riset dan penelitian yang sudah teruji coba didalam buku. Roter dan Royen adalah orang yang sangat jenius. Meskipun keduanya hanyalah lulusan akademi militer dan tak pernah menjenjang pendidikan tinggi di universitas, mereka berdua dapat menciptakan senjata biologi bahkan makhluk hibrida yang tampak seperti zombie ataupun monster"

"Intinya kita harus menghalangi Roter mengembangkan temuan ayahnya yang terbengkalai. Jika tidak, bumi ini akan jatuh ke tangannya dan kita menjadi pesuruh Teramiter juga Kuromogramo"

"Saya minta kalian untuk mencari lokasi terkait tentang keberadaan Roter Schädel di Jepang. Kita harus mendapatkan lokasinya secepat mungkin agar dapat melakukan suatu operasi pembunuhan terhadapnya"

"Siap, pak!" jawab kedua orang itu.

"Kalian boleh bubar sekarang" kata si ketua.

"Siap!"

Setelah meninggalkan ruangan ketua, kedua orang itu tampak bingung dengan tugasnya, yakni mencari lokasi terkait tentang seorang musuh berbahaya.

"Yeah, yeah... Lagi-lagi tugas sulit yang ketua berikan pada kita" ucap Darenn, orang berpangkat merah.

"Ku rasa si ketua punya masalah pribadi dengan orang itu" jawab Barnett.

"Darimana kau tahu?"

"Apakah kau ingat nama musuh utamanya si ketua?"

"Ingat, namanya Roter Shedle"

"Bukan Shedle, Darenn... Tapi Schädel, pengucapanmu salah"

Bagaimana kau bisa tahu pengucapannya?"

"Orang itu berasal dari Jerman, ayahnya berasal dari Jerman, si ketua berasal dari Jerman, dan aku juga mempelajari bahasa Jerman, jadi aku tahu" jawab Barnett.

"Kembali ke pembahasan awal. Nama tengah ketua kita adalah Roter, dan nama musuhnya juga bernama depan Roter. Aku rasa ketua serta musuhnya berasal dari keluarga yang sama" tambahnya

"Mungkin itu hanya suatu kebetulan" kata Darenn.

"Ku rasa begitu. Sebaiknya kau ikut aku"

"Kemana?"

"Kita akan pergi ke suatu tempat guna menemui seseorang yang pandai dalam hal melacak lokasi. Dia pasti bisa membantu kita"

"Baiklah...."

Mereka berdua pun pergi menuju tempat perempuan itu menggunakan mobil. Tak berselang lama, mereka kini sampai disebuah kantor organisasi rahasia yang kini telah menjadi sekutu. Organisasi itu cukup terbilang besar dan banyak menguasai berbagai macam perusahaan.

Berada didalam tampak banyak orang yang terlihat serius dengan pekerjaannya masing-masing dan ada juga yang berdiskusi membahas suatu masalah yang akan diselesaikan. Mereka berdua menuju ke sebuah ruangan khusus.

"Disini sangat ramai sekali" ucap Darenn.

"Semenjak beraliansi dengan kita, organisasi ini menjadi sibuk, mereka punya banyak perusahaan juga yayasan untuk membangun organisasinya. Kita harus bersikap profesional karena orang-orang disini sedikit sensitif"

"Apa nama organisasi ini?"

"Terbilang agak susah diucapkan, namanya adalah Darkzharovyschzyreczshykyj Herovenraft"

"Coba ulang nama depannya"

"Darkzharovyschzyreczshykyj"

"Ulang lagi"

"Lupakan saja, kau bisa menyebutnya sebagai Herovenraft"

"Bagaimana kau bisa mengucapkannya dengan tepat?"

"Itu bahasa Rusia, jadi aku paham bagaimana pengucapannya"

"Ternyata kau cukup bertalenta sekali"

"Permisi...." Barnett memasukinya disusul oleh Darenn.

"Yoo... ada apa datang kemari?" tanya seorang perempuan padanya.

"Aku kesini untuk meminta bantuanmu melacak suatu lokasi" jawab Barnett

"Darenn, perkenalkan ini adalah temanku, dia bernama Darlene Era. Dia pandai dalam melacak suatu lokasi bahkan punya data-data tentang seluruh orang yang ada di bumi ini" tambahnya.

"Salam kenal" Darenn berjabat tangan.

"Okay... Barnett, orang mana yang kamu mau lacak?" Darlene bergerak kearah monitornya.

"Emm.... Apa kamu bisa melacak seseorang yang bernama Roter Schädel?"

Darlene seketika berhenti mengetik sesuatu dan menatap kembali Barnett.

"Apa? Roter Schädel?"

"Yeah, orang itu"

"Bertahun-tahun aku melacak lokasi orang itu namun sama sekali tak menemukannya, bahkan data-data pribadinya sulit diketahui. Sepertinya dia bukan orang biasa" kata Darlene.

"Berarti kamu tidak bisa melacaknya?"

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin. Proses ini memakan waktu sekitar 10 jam lebih"

"Tunggu apa? sebanyak itu?" Darenn merasa terkejut.

"Aku hanya bercanda, hahaha.... Mungkin aku butuh sekitar 2 atau 4 jam. Kalian bisa menunggu diluar atau kembali lagi kesini, akan ku hubungi Barnett"

"Kami akan menunggu disini hingga prosesnya selesai" kata Barnett.

"Okay.... Silahkan keluar dulu, asistenku akan datang untuk membantu" jawab Darlene.

Barnett dan Darenn pun keluar dari ruangan itu. Dua asisten Darlene langsung datang sambil membawa laptopnya.

"Sebaiknya kita kembali ke kantor saja, Barnett" kata Darenn.

"Sebenarnya aku malas jika harus berkendara kembali ke tempat ini. Lagian 2 hingga 4 jam itu tidak lama"

"Bagimu hanya sebentar tapi bagiku itu lama"

"Waktu akan terasa sebentar jika kamu melupakannya. Mari ikut aku ke kantin, akan ku traktir kau makan disini sekalian menikmati internet gratis" Barnett jalan duluan.

Sementara itu, Darenn dengan perasaan sedikit kesal mau tak mau harus mengikuti kemauan Barnett.

.

.

.

Di Jepang....

.

.

.

Roter kini sedang asyik jalan-jalan sendirian dikawasan rumahnya sambil melihat kearah sekelilingnya. Langkah demi langkah ia berjalan melewati banyak rumah dan bangunan lainnya.

Tanpa ia sadari, Roter sudah melangkah terlalu jauh dari rumahnya. Roter sekarang berada di perkotaan. Ia menikmati setiap detik perjalanannya. Tak hanya itu, Roter juga menjadi pusat perhatian oleh para perempuan disana karena memiliki paras yang tampan juga bermata biru asli, bahkan ada yang mengajaknya untuk foto bersama.

Beberapa saat kemudian, ia berhenti dipinggir jalan sambil fokus terhadap ponsel. Tiba-tiba saja, ada seorang perempuan cantik yang memegang bahunya dari belakang.

"Roter?" ucap perempuan itu.

"Itu kamu?" tambahnya.

"Si-siapa, yah?" Roter tampak canggung.

"Ini aku, temanmu dulu sewaktu SMP"

"Teman? aku punya teman?" ia tampak bingung dan lupa.

"Aku Yumiko, temanmu, apakah kamu sudah lupa?"

"Ahh.... Aku ingat sekarang, Tomiyuka Yumiko"

"Nah... Ingat juga denganku" Yumiko memeluk Roter sebagai sambutan. Mereka berdua langsung menjadi bahan perhatian orang-orang.

"Hey, jangan tiba-tiba memelukku begitu, ini ditempat umum"

"Tak usah khawatir... Lagian kita sering berpelukan"

"Yeah, tapi lihat dulu tempatnya dimana"

"Sudah lama tak bertemu jadi lupa denganku, yah..." ucap Yumiko.

"Kau tahu? aku juga hampir lupa dengan teman-temanku di Jerman karena fokus bekerja" jawab Roter

"Terakhir kita bertemu saat masa kelulusan SMP sebelum aku pindah ke Jerman lagi" tambahnya.

"Tapi aku sangat bahagia bisa bertemu kembali denganmu disini, ini seperti mimpi" Yumiko kembali memeluk namun langsung ditahan oleh Roter.

"Tidak ada pelukan ditempat umum"

"Hehehe.... Maaf, aku tak bisa mengontrol diri"

"Dasar perempuan genit" Roter mencubit pipinya Yumiko dengan lembut.

"Aaaa.... Hentikan, Roter!" ia tampak terlihat imut.

"Hahaha...."

"Ngomong-ngomong, kapan kamu datang kesini?" tanya Yumiko.

"Kemarin, aku memutuskan untuk pindah kesini"

"Ohh begitu, kira-kira kamu kerja apa sekarang, Roter?"

"Dulu aku jadi tentara sekarang aku sudah berhenti dan kembali menjadi warga sipil sepenuhnya"

"Eh? bukannya jadi tentara itu keren?"

"Memang keren, tapi ada suatu masalah yang harus membuatku untuk berhenti mengabdi pada negaraku"

"Emmm.... Kalau boleh tahu masalah apa yang menimpamu?"

"Ini tentang peninggalan ayahku, aku harus mengurusnya. Belum lagi aku juga harus blusukan kesana kemari dan aku hanya bisa tidur 3 jam sehari"

"Tapi bukannya lebih baik jika peninggalan ayahmu diserahkan kepada keluargamu?"

"Tidak, malah akan bertambah buruk jika aku memberikannya kepada mereka. Mau tak mau aku harus mengurusnya sendiri"

"Emm.... Apa usaha ayahmu?"

"Sejak ayahku masih berpangkat Letnan, waktu itu aku belum lahir dan dia juga belum menikah dengan ibuku. Ayahku memulai kariernya dalam bidang bisnis dan membangun banyak perusahaan juga yayasan yang dikelola oleh suatu organisasi bentukannya. Aku tak mau memberitahu namanya padamu karena ini bersifat rahasia. Namun, barang-barang didunia ini dihasilkan dari sana, dan 20 persen dari hasil usahanya disumbangkan untuk kegiatan amal"

"Wahh... Banyak sekali, yah"

"Iya, katanya sebagai bentuk balas dendam karena tidak dapat masuk ke universitas kesenian"

"Universitas seni? aku jadi teringat sesuatu" ucap Yumiko.

"Apa?"

"Tidak ada apa-apa, hehehe...."

"Aku tahu maksudmu. Pasti kau tertuju pada seorang pria berkumis kotak kelahiran Austria dan menjadi figur paling berpengaruh dalam sejarah dunia"

"Hehehe... Ternyata kau bisa menebaknya"

"Oke, Yumiko, bagaimana denganmu?" tanya Roter.

"Aku? aku kini menjenjang pendidikan S3 dalam bidang ekonomi di Kyoto"

"Ohh... Ternyata kamu lebih pintar dibandingkan yang dulu"

"Hehe.... Aku sekarang sudah berubah total"

"Aku akui kepintaranmu, Yumiko. Tapi ku yakin kamu tidak bisa mengalahkanku"

"Cih... Sombong sekali, sikapmu tak berubah"

"Itulah ciri khas diriku, hahaha...."

"Roter, apakah aku bisa memintamu untuk berbicara dalam bahasa Jerman?" Yumiko tampak malu-malu.

"Lagi-lagi meminta hal yang aneh"

"Aneh? bukannya itu normal?"

"Bagimu normal tapi untukku tidak"

"Jadi kau mau mengucapkannya?"

"Iya, iya, tapi jangan tertawa"

"Haha, oke, aku akan mendengarnya"

"Guten Morgen, wie geht es Ihnen heute? Ich hoffe, alles in Ordnung. Ich freue mich sehr, Sie kennenzulernen, ich hoffe, wir können uns ein anderes Mal treffen (Selamat pagi, bagaimana kabarmu hari ini? ku harap semuanya baik-baik saja. Aku sangat senang bertemu denganmu, ku harap kita bisa bertemu lagi di lain waktu)" ucap Roter.

"Hahahahahaha!!" Yumiko tertawa mendengarnya.

"Sudah ku duga"

"Logatmu, logatmu terdengar lucu, hahaha...."

"Ahahaha.... Lucu sekali, haaah.... Haaah..."

"Kenapa kau selalu tertawa jika aku berbicara dalam bahasa Jerman?" tanya Roter.

"Menurutku logat negara sana cukup terbilang lucu, apalagi Bavaria"

"Baiklah.... Sedang apa kau di kota sendirian?" tanya Roter.

"Aku hanya berjalan-jalan saja setelah dapat libur semester" jawab Yumiko.

"Jadi selama kamu kuliah di Kyoto, kamu tinggal dimana?"

"Kebetulan aku tinggal di tempat nenekku sekalian menjaganya. Ibuku menyuruhku untuk tinggal disana agar aku tak bisa berbuat hal yang buruk"

"Yeah, apa yang ibumu katakan itu benar. Kamu mungkin terjerumus kedalam pergaulan bebas dan akan melakukan sebuah silaturahmi kelamin jika kamu tinggal di kos-an"

"Iiihhh.... Aku bukan perempuan seperti itu!"

"Kau tahu Yumiko, orang-orang yang sudah masuk kedalam dunia perkuliahan sangat rentan terkena hal itu. Mereka banyak merantau meninggalkan kampung halamannya dan tak ada lagi yang bisa mengaturnya, mereka bebas melakukan apapun, bahkan minum-minum sampai mabuk"

"Kau tahu darimana, Roter?"

"Sejak berada di tahun pertama akademi militer di Stuttgart"

"Eh? bukannya akademi militer terkenal keras, yah?"

"Memang benar, tapi aku punya teman yang selalu menyembunyikan minuman-minuman beralkohol. Aku juga punya teman yang kuliah di daerah sana. Dia bilang bahwa, banyak laki-laki atau perempuan mengajak pasangannya masuk kedalam kos atau apartemen sewaan, dia bahkan mendengar suara ******* atau rintihan kenikmatan ketika sedang mengerjakan tugas dan beristirahat"

"Aku tidak akan mungkin melakukan hal itu"

"Jika itu sampai terjadi dan kamu hamil diluar nikah, kita bukan teman lagi. Silahkan untuk menjauhi diriku karena aku masih suci"

"Jahat sekali kamu, Roter"

"Ini adalah gertakan agar kamu tak melakukan hal itu, mengingat kamu tampak cantik dan banyak orang yang melihatmu"

"Tapi aku punya seorang pacar, apa kamu akan menjauhiku?"

"Tidak, selama kamu berpacaran dengan waras aku tidak akan marah. Yang terpenting kamu harus menjaga kehormatanmu sebagai wanita, jangan mau direndahkan apalagi ditiduri"

"Tapi banyak orang bilang bahwa masih perawan atau perjaka adalah pecundang"

"Jangan hiraukan hal itu, Yumiko. Mereka adalah manusia yang tak berakal sehat. Orang-orang yang cerdas dan bijak adalah orang-orang yang menjaga *********** dari orang yang bukan miliknya" jawab Roter.

"Yeah, kamu menceramahiku seperti itu tapi kamu juga melakukannya, ehe"

"Tidak, aku tak pernah melakukannya. Bahkan aku juga tidak suka minuman-minuman yang beralkohol. Pada perayaan Oktoberfest di Jerman tahun lalu, teman-temanku banyak yang memesan bir tapi aku tidak, aku hanya melihat mereka minum saja dan sebagai gantinya aku minum air biasa"

"Kamu sama sekali tak pernah mencobanya?"

"Sebetulnya aku pernah, sedari kecil aku pernah menghabiskan 1 botol, kira-kira umur 8 tahun untuk menghangatkan bagian dalam tubuhku"

"Eh? kau sudah minum itu sejak umur 8 tahun?"

"Yeah, lagipula minum begituan adalah hal normal disana, ayahku melihatnya langsung tapi dia tak marah, begitu pula dengan ibuku, kakekku, dan nenekku. Tapi sejak aku menghabiskan 1 botol, aku tak pernah lagi minum minuman beralkohol, bahkan sampai sekarang ini"

"Kalau boleh tahu, kenapa minum minuman yang beralkohol disana itu normal?"

"Di Eropa sana iklimnya sangat dingin apalagi Rusia, jadi kebanyakan orang minum minuman seperti itu hanya untuk menghangatkan bagian dalam tubuh mereka. Tapi ada juga sebatas untuk kesenangan saja hingga mabuk bahkan main dengan kupu-kupu malam"

"Ternyata begitu"

"Jika kamu mengira aku termasuk kedalam golongan orang-orang yang suka mabuk, kamu salah besar, Yumiko" kata Roter.

"Aku adalah orang yang punya moral, harga diri, jenius, cerdik, baik, ramah, tajam, berpikir kritis, saling mengasihi sesama manusia, dan yang terpenting aku masih suci" tambahnya, menyombongkan diri.

"Sombong sekali...."

"Menunjukkan bahwa dirimu adalah orang yang hebat dan brilian adalah suatu kebanggaan yang tak ternilai. Kesombongan atau kemampuanmu dapat membuat orang lain termotivasi untuk menjadi hebat sepertimu"

"Ajaran darimana itu?"

"Dari ku, lah, hahaha!"

"Dasar orang bodoh" umpat Yumiko dengan suara kecil.

"Siapa yang kau bilang bodoh, hah?" Roter merasa sangat marah dan tatapannya seketika berubah menjadi tajam kearah Yumiko.

Merasa ilmunya lebih rendah, Yumiko langsung dibuat ciut dan menjadi canggung berhadapan dengan Roter yang memiliki ilmu lebih tinggi daripada dirinya.

"Ti-tidak ada" ucapnya.

"Yea, yea, yea.... Skor kita satu sama" jawab Roter, tersenyum sinis. Ia lalu mengelus kepalanya Yumiko.

"Kamu ada waktu bebas hari ini, Yumiko?" tambahnya.

"Tidak, kebetulan hari ini aku sedang senggang"

"Mau main ke rumah? aku tak tahu harus bagaimana dirumah. Kerja seharian lelah, tak kerja bingung mau ngapain juga. Tak ada orang yang bisa ku ajak bermain"

"Boleh, deh...."

"Ayo kita jalan"

Roter dan Yumiko pun berjalan bersama-sama menuju ke rumah.

"Emmm... Roter, kira-kira ibumu ada dirumah?" tanya Yumiko.

"Tidak, dia lagi kerja"

"Oh iya, bagaimana dengan Monika? lama tak kelihatan"

"Uuuu.... Dia sudah tumbuh besar sekarang, tapi dia lagi sekolah"

"Eh? dia sudah SMA?"

"Yeah, rencananya dia bilang ingin lanjut kuliah atau masuk angkatan bersenjata untuk meneruskan jalan ayah kami"

"Kira-kira kewarganegaraannya apa? dari kecil dia sudah tumbuh besar di Jepang"

"Soal itu aku tak tahu, hanya Monika yang bisa memilihnya"

Yumiko lalu memegang tangannya Roter. Ia menoleh kearahnya, Yumiko memberikan senyuman yang sangat tulus kepadanya. Roter pun balik menggenggam tangannya Yumiko. Mereka berdua tampak begitu mesra dan dilihat banyak orang walau hanya sebatas teman akrab.

Beberapa saat kemudian, mereka berdua akhirnya telah sampai dirumahnya Roter dengan wajah yang penuh gembira diantara keduanya.

"Seperti biasa, selamat datang" ucap Roter.

"Tampak tak ada yang berubah, yah.... Semuanya masih terlihat sama seperti dulu" Yumiko memandangi rumahnya.

"Ibuku bilang untuk menjaga kenangannya"

"Rupanya begitu"

"Kau tahu? dia sangat menyayangi ayahku sebagai suaminya"

"Jeep antik ini masih berada disini" ucap Yumiko.

"Sudah beberapa tahun tak digunakan, sepertinya aku harus membersihkan mesin dan semua bagian lainnya" jawab Roter.

"Memangnya ibumu tak pernah menggunakannya?"

"Dia bilang belum punya SIM, apalagi kewarganegaraannya masih berstatus Jerman, jadi ia harus kembali kesana dulu jika ingin punya SIM"

"Kenapa tak pindah kewarganegaraannya saja?"

"Ibuku masih belum siap, bahkan mengurus surat-surat kependudukan butuh waktu yang cukup lama. Ia tak punya waktu sebanyak itu"

"Ahh, ternyata begitu"

Mereka berdua kemudian masuk kedalam.

"Oke, Yumiko, mau diruang keluarga atau kamarku?" tanya Roter.

"Emmm.... Di ruang keluarga saja"

"Tunggu sebentar, yah, aku mau ke dapur dulu"

"Iya...."

Yumiko berjalan ke ruang keluarga dan memasukinya. Ia duduk disebuah sofa dan memperhatikan ruangannya.

"Mmm.... Masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah dan gaya Eropanya sangat kentara. Sepertinya Roter dan keluarganya disini masih menjunjung nilai tradisional negaranya" ucapnya.

Yumiko beranjak dari sofa, ia mendekati sebuah rak kecil yang ada dekat pintu. Ia merasa penasaran dengan banyak susunan buku yang rapi dan beberapa bingkai yang digantung juga ditaruh diatas rak.

"Wahh.... Banyak sekali buku-bukunya disini. Ada ensiklopedia keajaiban dunia, tata cara memasak, kesenian, seni lukis terbaik, tokoh-tokoh pelukis handal, cara melukis dengan benar, sejarah Romawi Kuno, ilmu astronomi, sosiologi, sejarah Jerman, kewirausahaan, kuantum fisika, biologi, perkembangan hidup manusia, buku kimia, wahhh... Keluarganya Roter pasti sangat pintar dan kutu buku"

"Disini juga terpampang beberapa foto tentang mereka. Ibunya Roter terlihat nampak cantik dan mesra dengan ayahnya Roter. Monika masih kecil dan digendong oleh Roter, ahh lucunya...."

"Ini Roter ketika masih SMP, ada fotoku juga disini dengannya, jadi nostalgia zaman sekolah dulu hihihi.... Foto kelulusan SMP, Roter ada dibagian tengah dan tampak mencolok dari yang lain. Tapi sayang, setelah lulus dia kembali ke Jerman"

"Ini Roter dan kakeknya ditaman bermain, yang ini foto sedang piknik sekeluarga, foto di kebun binatang. Foto pertama kali masuk SMP, Roter terlihat gagah..."

"Kalau yang ini pasti ayahnya, dia terlihat sangat berwibawa sekali memegang senjata. Ini ibunya ketika lulus kuliah. Dan yang ini foto pernikahan mereka berdua, mmm... tampak mesra dan saling berciuman. Ingin sekali punya pasangan romantis seperti itu, hahaha..."

"Maaf menunggu...." Roter datang sambil membawa jamuan dengan talenan.

"Wahh, tak usah repot-repot, Roter..."

"Tak apa-apa, lagian kita sudah lama tak bertemu" ia tersenyum ramah.

"Kamu sedang apa?" tambahnya.

"Hanya melihat buku dan foto-foto yang ada disini"

"Ohh"

"Banyak sekali buku yang kamu punya"

"Itu semua punya ayahku, dia suka mengoleksi banyak buku dan membaca buku yang bertemakan seni, kehidupan manusia, sejarah, dan sesuatu yang berhubungan dengan angka. Sekarang sudah jarang dibuka, mungkin Monika masih membacanya atau Ibuku juga"

"Pasti keluargamu sangat pintar"

"Bisa dibilang begitu, tapi dari semua orang yang ada di silsilah Keluarga Roter, hanya tiga yang mendapatkan gelar profesor ataupun doctor. selebihnya adalah militer semua. Jika ayahku tidak menjadi militer, mungkin akan bertambah empat"

"Hanya segitu?"

"Yeah, hanya tiga orang saja. Mereka hidup di abad 18 hingga abad 19. Keluarga kami secara turun temurun adalah militer dan kebanyakan dari kami selalu memiliki pikiran yang kritis dan juga brilian. Hal ini yang menjadikan keluarga kami sedikit terkenal di Jerman karena memiliki ciri khas tersendiri yang unik"

"Enaknya keluarga kalian.... Punya kepintaran yang diatas rata-rata"

"Kau tahu? meskipun kami pintar, kami malah membencinya. Serius, kami tidak suka kepintaran ini"

"Eh? kenapa benci? bukannya menjadi pintar dan berwawasan luas itu bagus?"

"Memang bagus, Yumiko. Hanya saja karena takut kepintaran ini bisa kami salahgunakan tanpa disadari. Semakin kamu tahu sesuatu, semakin pula kamu ingin tidak mengetahuinya"

"Tapi kenapa kalian malah jadi militer? padahal kepintaran kalian bisa dimanfaatkan"

"Kepintaran ini bisa menjadi suatu hal yang berbahaya dan berdampak pada kesombongan. Seperti diriku sendiri, ayahku, juga orang-orang dari keluargaku. Sebab itu aku selalu sombong dalam hal pelajaran denganmu" jawab Roter.

"Kami memilih masuk kedalam militer karena ingin mengabdi kepada negara. Tanpa disadari, banyak kalangan hebat dari militer yang berasal dari keluarga kami. Contohnya Kakek dan ayahku, mereka berdua jadi yang paling terkenal" tambahnya, memperjelas.

"Eeeeeh.... Enaknya"

"Terlepas dari semua itu, kami hanya ingin menjadi seperti orang normal yang selalu berbahagia tanpa adanya kepintaran yang luar biasa pada diri kami" Roter duduk disofa dan menyalakan televisi.

"Hal itu adalah hal yang paling diinginkan oleh keluarga kami. Dulu aku sempat berpikir jika kepintaran ini adalah kutukan dari Tuhan" tambahnya.

"Ngomong-ngomong kenapa kamu, ayahmu, dan kakekmu punya bekas codet diwajah? sebelumnya wajahmu masih mulus" tanya Yumiko.

"Ohh..... Bekas codet ini adalah suatu tanda kejantanan dan keberanian bagi laki-laki dalam keluarga kami"

"Bagaimana bisa bekas luka wajah jadi tanda keberanian?"

"Biar aku jelaskan. Bekas luka ini didapatkan dari duel pedang anggar dan bekas lukanya merupakan tanda kehormatan. Duel ini dilakukan sebagai bentuk persaudaraan dan keberanian, memang cukup aneh mendengar duel ini"

"Bagi yang berhasil melukai wajah lawan, dia patut bangga karena keahliannya cukup baik, dan bagi yang mendapat luka juga lebih patut berbangga karena telah mendapat tanda kehormatan" tambahnya.

"Berarti kamu kalah?"

"Tidak, tidak ada yang kalah dalam duel ini, semuanya menang. Tidak boleh ada dendam atau kebencian jika melakukan duel ini"

"Bagaimana kamu bisa dapat lukanya?"

"Kalau tak salah aku dapat luka ini saat tahun kedua akademi militer bersama temanku. Kami berdua sama-sama dapat luka ini dan berakhir dihukum, hahahaha.... Sangat lucu masa-masa itu"

"Jadi ternyata begitu, aku sudah tahu sekarang"

.

.

Beberapa jam kemudian.....

.

.

.

"Yumiko, kamu yakin tak apa-apa berlama disini?" tanya Roter, menjahit seragam jas militernya yang robek.

"Tidak apa-apa, lagipula aku juga tak punya kerjaan dirumah dan ingin menghabiskan waktu bersamamu seperti dulu, aku jadi nostalgia"

"Yeah, aku juga ingat dimana kamu menyatakan cinta padaku sejak pertengahan semester awal. Tapi sayang harus ku tolak, haha..."

Yumiko tiba-tiba tersipu malu mendengar ucapan Roter.

"Sial, kamu masih mengingatnya"

"Yeah... Aku juga ingat dengan ekspresi wajahmu waktu itu. Dengan malu-malu menyatakan cinta padaku. R-Roter aku sudah lama su-suka sama kamu, k-kamu mau pacaran d-denganku? hahaha... Sangat lucu jika mengingatnya" Roter memperagakannya.

Yumiko semakin malu dibuatnya, ia tersenyum sambil menutup wajahnya dari Roter.

"Tak perlu malu, Yumiko, setidaknya kamu bukan orang pertama, hahaha...."

"Aku dari dulu sangat menyukaimu bukan dari parasmu, tapi dari lubuk hatimu"

"Aku minta maaf, aku tak punya perasaan terhadap wanita, jadi setiap perempuan yang menyatakan cintanya kepadaku, aku menolaknya secara halus agar tak merasa kecewa, sebagai gantinya aku memeluk mereka"

"Sial, kamu menang banyak"

"Hanya sebagai ganti rugi ditolak olehku, ku lakukan hal itu agar mereka tak kecewa dan malu tapi juga dapat merasakan tubuhku"

"Ngomong-ngomong kamu masih ingat dengan kepala sekolah SMP kita waktu dulu?" tanya Yumiko.

"Tch... Orang itu.... Ingin sekali ku pukul wajahnya, dia harus musnah dari dunia ini. Untung saja ayahku membelaku setelah anak orang kaya ku buat tak berada ketika berusaha mengintimidasi diriku. Mereka melawan orang yang salah" Roter merasa sangat marah mengingatnya.

"Jika ayahku tak bertindak, mungkin akan ada banyak korban yang dilakukan kepala sekolah itu juga beberapa oknum guru itu. Dan kamu bisa saja menjadi korban para predator itu"

"Katanya dia dan lainnya sudah keluar dari penjara satu tahun yang lalu"

"Jika aku menemui mereka di jalan, akan ku pukul wajahnya hingga hancur"

"Kamu kejam sekali"

"Ini sebagai hukuman tambahan. Sejak kecil aku sudah banyak membela yang benar walaupun harus melakukan kekerasan fisik"

"Apa ayahmu tak marah?"

"Tidak, dia tak pernah marah jika aku melakukan hal yang pantas dibela"

"Aku pulang...." Monika akhirnya pulang dari sekolah.

"Itu dia sudah pulang" kata Roter.

"Saatnya menyapanya" Yumiko tampak kegirangan.

"Kak, kak, kakak.... Aku bawakan makanan, nih" ucap Monika. Roter memilih tak menjawabnya dan sibuk menjahit pakaiannya.

"Kak, kakak ada disana?"

Yumiko kemudian menampakkan dirinya dengan tersenyum girang, Monika langsung dibuat terkejut melihat seorang perempuan yang tak ia kenali ada dirumahnya.

"Si-siapa kamu!? kenapa ada dirumahku!?"

"Eeeeh? kamu tak kenal aku, Monika?"

"Sial, dia tahu namaku!" gumam Monika.

"Apa yang kamu lakukan dirumah ini!? ahh! kamu pencuri! aku harus menghubungi pihak kepolisian!" tambahnya.

"Jangan begitu, Monika yang cantik... Aku bukan orang jahat, aku kesini hanya untuk bermain saja, haha...." Yumiko langsung menghentikan Monika agar tak memanggil polisi.

"Aku tak percaya! pasti kamu membobol rumah ini dan mengambil beberapa barang!"

"Itu tak benar.... Mana mungkin perempuan cantik sepertiku mencuri barang dirumah orang"

"Dia kesini hanya untuk bermain saja, Monika" Roter datang menghampiri mereka.

"Siapa dia, kak? kenapa dia ada disini? apa kakak kenal dia?"

"Dia adalah teman lama kakak yang sudah lama tak bertemu, dia juga pernah menggendongmu waktu masih kecil. Apa kamu tak ingat?"

"Tidak, aku tidak ingat"

"Aaaaahhh.... Masa tak ingat? padahal kamu selalu memanggilku dengan nama Yuko-chan dan sering diajak main sama aku. Kamu sekarang sudah tumbuh besar" Yumiko mencubit pipinya Monika dengan gemas.

"Ngomong-ngomong siapa namamu?"

"Tomiyuka Yumiko, temannya kakakmu, Roter Schädel, sejak awal SMP, salam kenal kembali" ia membungkukkan sedikit tubuhnya.

"Aku minta maaf atas kesalahpahaman yang tadi" Monika juga membungkukkan dirinya.

"Tidak apa-apa.... Lagipula kita sudah lama tak bertemu, sekarang kamu tampak cantik sekali" Yumiko memeluknya dengan erat.

"Tunggu sebentar!" Monika melepaskan diri.

"Apa yang kalian berdua lakukan selama aku sekolah?" tambahnya, sedikit curiga.

"Kami hanya sebatas mengobrol dan bertukar cerita satu sama lain. Kami juga bermain gim diponsel" jawab Roter.

"Aku curiga kakak dan Yumiko melakukan sesuatu hubungan terlarang"

"Negatif sekali pikiranmu, Monika. Sudah ku bilang aku tak punya hasrat terhadap wanita. Banyak perempuan yang ku tolak saat menyatakan cintanya"

"Aku tidak percaya, pasti kakak diam-diam menyukai seseorang"

"Terserah apa katamu, kakak tak peduli. Lebih baik aku menjahit pakaianku yang robek" Roter kembali masuk kedalam.

"Apa sifatnya tak berubah?" tanya Yumiko.

"Tidak, malahan terlihat seperti ayah kami" jawab Monika.

"Kau tahu? dia pasti akan terlalu otoriter dirumah ini, aku ingin dia segera pergi dari sini" tambahnya.

"Tapi ku pikir itu sangat bagus untukmu, dia tak ingin jadi perempuan buruk" jawab Yumiko.

"Terserah apa katamu, aku hanya ingin bersantai tanpa adanya gangguan" Monika pergi naik ke lantai atas.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

hadiah 🌹mawar utk author.

2022-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!