EPISODE 10 - Pekerjaan

CHEKK!!

Lampu sorot tiba-tiba menyala mengejutkan Zhurovski dan prajuritnya yang tersisa ketika tengah kabur. Para pasukan Teramiter terlihat menodongkan senapan mereka lengkap dengan kendaraan tempur. Mereka semua kini telah terkepung dari berbagai arah. Tampak seorang komandan militer Teramiter menunjukkan dirinya ke hadapan mereka.

Ia bersikap sangat santai tanpa memegang senjata sambil tersenyum seolah-olah sudah terbiasa dengan tugasnya itu. Dirinya terlihat sedikit mencolok dan pandangan orang-orang tertuju ke arahnya.

"Bagus, bagus.... Pelarian yang hebat, aku menyukainya" ucapnya, tersenyum gembira.

"Sial...." jawab Zhurovski

"Jalan ini sudah kami tutup. Sekarang turunkan senjata dan angkat tangan jika tak ingin mati di tempat seperti ini" ucapnya.

"Segera turunkan atau kami akan menarik pelatuk tembakan lebih dulu. Tak ada gunanya kalian melawan balik karena sudah kami kepung. Ingat, saya tak ingin berbicara dia kali pada kalian" tambahnya.

Mereka semua mau tak mau meletakkan senjatanya dibawah dan mengangkat tangan. Akan tetapi, hanya Zhurovski yang masih memegang senjatanya dengan wajah yang kesal.

"Melawan tak ada gunanya karena jumlah kita jauh berbeda, melawan sama saja kalian mencari mati" ucap orang itu, maju perlahan mendekati Zhurovski.

Zhurovski kemudian akhirnya menjatuhkan senjatanya dengan kasar sambil menatap tajam orang itu, ia sepertinya memiliki dendam kesumat.

"Zhurovski, yah? nama yang bagus, kawan.... Aku mengenalimu bahkan ingat dengan wajahmu. Tapi kau dan orang-orang bodohmu ini melawan sesuatu yang salah" ucap orang itu.

"Dreimann" ucap Zhurovski.

"Kenapa? terkejut? melihatku 5 tahun yang lalu sekarang berubah drastis seperti ini?"

"Kau benar-benar b*jingan"

"Yea, yea, yea... Melihat seorang berandalan sekolah yang dulu hampir membuatku terbunuh kini harus tertangkap. Benar-benar ironi sekali" kata Dreimann.

"Solusi yang tepat untuk masalah ini adalah dengan menyerahkan diri masing-masing pada Teramiter, bahkan jiwa kalian juga harus diserahkan" tambahnya.

"Aku akan membunuhmu dan mengeluarkan semua isi perutmu"

"Bawa dia"

Dua orang maju ke depan lalu membawa Zhurovski pergi dari sana walau ia sedikit memberontak, para prajuritnya yang tersisa digiring kembali menuju garasi.

"Aku akan segera membalasmu!" ucap Zhurovski.

"Kau bisa mengoceh jika sudah masuk kedalam sel tahanan, kawan. Kau akan melihat wajah pemimpin kami sebelum kau meninggalkan dunia ini, hahaha...." Dreimann tertawa jahat.

"Persetan denganmu!"

"Tenang, bung" ucap seorang prajurit yang membawanya.

"Kau sialan, cupu, lemah, tak bermoral! dan anak haram! kau tak pantas hidup didunia ini, Dreimann! ibumu adalah pelacur!" Zhurovski memprovokasi.

"Hey! kau berhak untuk diam!" si prajurit menegurnya.

Dreimann yang mendengarnya menjadi sangat marah. Ia berbalik badan mengambil sebuah senapan dari seorang prajurit Teramiter lalu menghampirinya. Dreimann melayang beberapa pukul menggunakan senapan itu hingga membuat Zhurovski terkapar ditanah.

"Kau tahu apa yang ku benci darimu? ya! sikapmu!" ucap Dreimann.

"Pffuah! dasar keparat!" tambahnya, meludahi Zhurovski.

"Bawa dia" tambahnya lagi, lalu pergi dari sana.

"Siap, Komandan!"

Zhurovski kemudian dibangunkan lalu dibawa ke mobil.

Berada di garasi, Erika datang kemari dengan penuh ke khawatiran setelah menyelesaikan sebagian tugasnya. Ia melihat banyak pasukan yang tengah mengamankan wilayah tersebut.

"Peter, Peter!" panggilannya, menghampirinya.

"Ada apa?"

"Apakah semuanya dalam keadaan baik-baik saja?" tanya Erika.

"Yeah, semuanya baik-baik saja, tak ada korban jiwa pada pihak kita. Tuan Arevyl untungnya aman berkat perlindungan dari Krubs, tapi sayangnya dia tertembak"

"Tuan Arevyl utusan dari Revilium, saya minta maaf, saya benar-benar minta maaf atas apa yang terjadi disini, saya tak tahu jika ada kekacauan dibagian garasi, saya mengira mereka sedang latihan tembak atau semacamnya, saya benar-benar minta maaf, ini adalah kelalaian saya" Erika meminta maaf dengan tulus dan merasa sangat bersalah sambil membungkukkan tubuhnya sedikit.

"Tidak apa-apa, yang terpenting semuanya selamat walaupun ada yang terluka, saya memaklumi apa yang terjadi jadi, jangan menyalahkan diri sendiri, yah...."

"Siap, tuan... Saya akan memperkuat keamanan Teramiter agar kejadian serupa tak terulang kembali, saya juga bersedia untuk mengganti kerugian Anda akibat hal ini"

"Tidak, terima kasih, tak ada kerugian besar pada kami"

"Ohh... Baiklah, saya mengerti"

"Yo, sejauh ini masih baik-baik saja? hahaha...." tanya Boyce pada Krubs yang sedang diobati tim medis.

"Masih belum"

"Kau tak merasa sakit?" tanya Erika.

"Tidak, tapi lukanya akan bereaksi jika obat biusnya habis"

"Mungkin hal ini tak akan terjadi jika Anda tak gegabah untuk keluar" kata Arevyl.

"Saya juga berpikiran sama, ini salah saya"

"Tak apa-apa, yang terpenting Anda baik-baik saja, lukanya masih bisa sembuh jika diobati secara teratur dan mengkonsumsi makanan bernutrisi"

"Rupanya Anda tahu tentang manusia" puji Erika

"Hanya sedikit saja, saya suka membaca informasi seputar manusia dan kehidupannya"

"Ternyata begitu...."

"Perlukah saya lanjutkan pengeluaran peluru ini?" tanya tim medis yang mengobati luka tembak.

"Lanjutkan saja" jawab Krubs.

"Ngomong-ngomong, Krubs, ku lihat Zhurovski menembakmu, aku ingin membalasnya namun dia langsung berpindah posisi" kata Albert.

"Zhurovski? siapa dia? apa dia orang Teramiter?" tanya Erika.

"Entahlah..... Kami semua juga tak tahu siapa dia. Yang jelas mereka melakukan sabotase disini lalu menyerang kami saat berkomunikasi dengan Tuan Arevyl. Mungkin ada kaitannya dengan Kuromogramo" jawab Boyce.

"Jangan berspekulasi tanpa bukti dulu, mereka tak mungkin melakukannya" sahut Albert.

"Hanya pandangan pribadi saja, tapi mungkin dia berasal dari sana"

"Kira-kira kemana dia sekarang?" tanya Erika.

"Dia sudah kabur ketika bantuan datang, ini berkat suara piring terbang milik Tuan Arevyl, jika tak dibunyikan mungkin kami sudah dihabisi oleh mereka" jawab Krubs.

"Itu benar, mereka kalah jumlahnya dengannya" jawab Arevyl.

"Jadi itu sebabnya terdengar suara keras?" tanya Krebs.

"Kau dengar juga?" tanya balik Krubs.

"Yeah, saat menuju kemari. Bunyinya sangat keras bahkan bisa sampai kota, orang-orang kebingungan dan mengira itu terompet sangkakala"

"Sebenarnya suara itu digunakan untuk mengacaukan pendengaran lawan dan sebagai alat komunikasi jika kami berperang" sahut Arevyl.

"Ahh.... Begitu" ucap Krebs.

"Peter, kau sudah hubungi Roter?" tanya Erika.

"Aku menghubunginya tapi tak ada jawaban, bahkan sudah berkali-kali" tambahnya

"Mungkin dia sedang sibuk"

"Akan ku hubungi dia dilain waktu"

"Oke... Pelurunya dapat dikeluarkan, total ada dua buah peluru yang bersarang pada kaki Anda, kabar baiknya tak ada yang mengenai tulang" kata tim medis.

"Ini dia pelurunya" tambahnya, memperlihatkan peluru yang diletakkan disebuah wadah.

"Hmmm... Peluru ini pasti berkaliber 9 milimeter" ucap Boyce, mengamatinya.

"Darimana kau tahu?" tanya Peter.

"Rata-rata pistol berkaliber 9 milimeter"

"Ahh... Aku lupa"

"Baiklah tuan, Anda harus banyak-banyak beristirahat, melakukan pengobatan teratur, mengkonsumsi makanan bernutrisi, tak boleh merokok, dan tak boleh meminum yang beralkohol karena akan menghambat proses penyembuhan" kata tim medis itu.

"Sampai kapan saya tak boleh meminum minuman beralkohol?" tanya Krubs.

"Hingga lukanya benar-benar sembuh, jika tidak nantinya malah berubah menjadi parah dan berakhir sangat panjang"

"Hahahaha.... Bulan Oktober nanti kami akan minum bir sebanyak-banyaknya dan kau hanya bisa termenung dikamar" Albert meledek Krubs.

"Tapi bulan Oktober sudah lewat"

"Tahun depan"

"Pasti sudah sembuh nanti, aku hanya perlu menunggu"

"Akan ada banyak rintangan yang harus kau lewati untuk sembuh total" sahut Boyce.

"Hahaha... Itu benar!" Albert dan Boyce langsung melakukan tos.

"Baiklah... Saya harus pergi, kalian jaga diri masing-masing disini, yah. Semoga kejadian serupa tak terjadi lagi" kata Arevyl.

"Anda sudah mau kembali?" tanya Erika.

"Yeah, saya harus kembali ke istana dan menulis laporan juga mengabarkan sesuatu yang penting pada Tuan Revilium, saya juga harus menghadiri acara di galaksi Andromeda"

"Titip salam dengan Revilium" kata Erika.

"Tak masalah" jawab Arevyl dengan ramah.

"Tuan Krubs, saya sangat terima kasih pada Anda karena telah menyelamatkan saya, jika tidak mungkin akan lain ceritanya" tambahnya.

"Iya... Sama-sama, sudah menjadi kewajiban saya untuk saling melindungi"

"Baiklah, saya pergi dulu"

"Iya, hati-hati dijalan"

Arevyl dan beberapa anggotanya berjalan pergi menuju piring terbangnya. Ditengah-tengah itu, tiga buah mobil lapis baja beroda enam datang kemari dengan diikuti para prajuritnya Zhurovski yang tertangkap. Sejumlah pasukan Teramiter turun dari kendaraan tersebut. Terlihat Zhurovski sedang dibawa turun dan ditarik oleh Dreimann.

"Diam disitu, dasar keparat!" ucapnya, menjatuhkan Zhurovski secara kasar.

"Semuanya! lihatlah b*jingan yang penuh hina ini dia telah tertangkap! dia adalah orang yang menyerang garasi kita" tambahnya.

Semua pandangan orang-orang yang ada disana tertuju kearahnya.

"Namanya ialah Zhurovski dan kini dia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya, tak ada ampun bagi yang mencari masalah lebih dulu pada kita" ucap Dreimann.

"Menyerang Teramiter adalah keputusan yang salah..." tambahnya, menjambak rambut Zhurovski.

Erika, Peter, dan Albert kemudian menghampiri Dreimann untuk melihat orang yang ditangkap.

"Teramiter tampak kejam sekali" ucap salah satu anggota Arevyl.

"Biarkan saja, itu urusan mereka, kita tak punya hak untuk ikut campur"

"Baiklah, semuanya segera masuk kedalam" tambahnya.

"Siap!"

Anggotanya pun masuk kedalam dan kembali ke tempat duduknya masing-masing. Sementara itu, Arevyl masih berada diluar memperhatikan Erika dan lainnya. Dreimann menyapanya dengan tangan lalu tersenyum sinis pada Arevyl.

"Tuan, kita akan segera berangkat" kata anggotanya.

"Oh, siap" Arevyl kemudian masuk kedalam.

Pintu piring terbang itu tertutup secara perlahan dan mesinnya juga mulai menyala. Pesawat itu akhirnya terbang dan meninggalkan Teramiter.

"Jadi apa yang harus kita lakukan terhadapnya? menghukum mati?" tanya Dreimann.

"Jangan dulu, sebaiknya kita kurung dia di penjara, aku tak punya wewenang untuk mengadili seorang kriminal"

"Jadi kita akan menunggu Roter kembali?" tanya Albert.

"Ku rasa begitu"

"Dia mungkin tak akan kembali, dia sudah pindah ke Jepang dan tak ingin memimpin Teramiter lagi" kata Boyce.

"Kau tahu darimana?" tanya Peter.

"Aku dengar dari gosip wanita di kantin satu minggu yang lalu"

"Ku anggap itu berita bohong" sahut Albert.

"Tapi mungkin gosip itu jadi kenyataan, apalagi dia masih rindu dengan ayahnya" kata Boyce.

"Sudah-sudah.... Sebaiknya kita penjarakan dulu saja, soal Roter akan datang kesini itu belakangan" jawab Erika.

"Aku setuju" kata Peter.

"Dreimann, bawa dia dan prajuritnya ke penjara" ucap Erika, ia berjalan pergi dari sana.

"Perlukah aku mengobatinya?"

"Terserah kamu saja"

"Hahaha... Dapat dilaksanakan dengan senang hati. Ayo kita pergi menuju sel tahanan, Zhurovski, akan ada hal-hal menarik untukmu, kawan" Dreimann membawa Zhurovski dengan kasar.

"Erika, kau mau kemana?" tanya Boyce.

"Menyelesaikan sebagian pekerjaan yang belum terselesaikan"

"Apakah bisa ku bantu sedikit?"

"Tidak, terima kasih. Oh yah, tolong buatkan aku secangkir kopi dan juga coklat panas, sekalian daging asap untukku. Itu sudah cukup membantu"

"Sial, malah jadi babu"

"Hahahah.... Sudahlah, kawan, tak usah mengharap tugas dengannya, sebaiknya nikmati saja waktu santai ini dengan tenang, kejadian ini hanya terjadi sekali seumur hidup" kata Albert.

"Dia benar, nikmati waktu santai kita, hahaha..." jawab Peter.

"Hey, Dreimann" panggil Albert.

"Apa?"

"Mau ikut makan-makan?"

"Boleh, aku suka makanan"

"Temui kami ditempat biasanya"

"Dapat dipahami, semoga harimu menyenangkan"

"Sial, aku lupa sesuatu" kata Peter.

"Apa itu?" tanya Boyce.

"Kucing yang ku bawa tadi sekarang kemana? aku khawatir dia gugur. Ya Tuhan, apa yang sudah ku perbuat" ia menjadi panik.

"Aku lihat dia lari kearah mobil itu" Albert menunjuk ke depan.

"Baru saja?"

"Mmm... Kira-kira 5 menit yang lalu"

"Aku harus pergi"

.

.

.

Berada disisi yang berbeda....

.

.

.

Malam hari di Jepang, satu hari setelah insiden kekacauan terjadi di Markas Rahasia Teramiter, Roter kini nampak tengah asyik bersantai di kamarnya sambil asyik memandangi langit malam dengan ditemani segelas coklat panas, setelah selesai memeriksa keadaan makhluk buatan ayahnya diruang bawah tanah.

"Langit disini terlihat indah meski banyak polusi cahaya"

"Di Berlin mungkin sepertinya sama saja, tapi kalau di rumah kakek bintang-bintang dapat dilihat jelas"

"Maklum lah.... Namanya juga disini daerah perkotaan"

"Lomba matematika tadi lumayan mudah, yah, hahaha.... Hanya aku sendiri orang dewasa dan memenangkannya dengan cukup mudah"

"Mungkin jika ada lomba seperti itu aku seharusnya ikut, daripada diam dirumah tak ada pekerjaan,"

"Satu minggu hidup disini sudah ku lewati, bosan juga hanya diam dirumah, lama-lama ibu akan marah jika aku menganggur"

"Bingung juga mau kerja apa, dari lulus SMA aku sama sekali tak ada tujuan mau lanjut ke universitas mana. Alhasil aku masuk akademi militer, itupun saran dari ayah sama kakek"

"Kira-kira enakan jadi pelayan kafe kembali atau buruh pabrik?"

"Hmm... Nenek pernah bilang kalau jadi buruh dapat membantu perindustrian dalam negeri, kalau petani punya peran penting dalam membantu pangan negara. Aku jadi bingung harus pilih yang mana, mungkin sebaiknya aku harus memikirkan yang lain dulu"

Disela-sela itu, ponsel miliknya tiba-tiba berbunyi diatas meja menandakan adanya sebuah panggilan.

"Peter, ada apa?" tanya Roter.

"Roter, ahh akhirnya dapat terhubung"

"Hehe, kemarin aku sibuk membantu temanku, jadi aku tak membuka ponselku"

"Ohh rupanya begitu, aku punya sebuah kabar buruk yang terjadi di Teramiter"

"Apa yang terjadi disana?"

"Teramiter tiba-tiba saja diserang oleh sekelompok orang tak dikenal"

"Apa!? diserang!?" Roter merasa terkejut.

"Apa itu benar? kau tak bohong kan?" tambahnya.

"Ini benar, aku tak bohong. Aku, Albert, Boyce, Krubs, dan Burgdorf diserang oleh mereka saat melakukan penerimaan bingkisan dari utusannya Revilium. Sempat terjadi baku tembak yang cukup sengit"

"Lalu kau dan yang lainnya bagaimana? apakah baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja kecuali Krubs, dia tertembak dibagian kaki. Jangan khawatir, lukanya sudah diatasi"

"Bagaimana dengan Arevyl, utusannya Revilium?"

"Ouhh... Kau kenal dengannya?"

"Yeah, bagaimana keadaannya?"

"Dia baik-baik saja berkat perlindungannya Krubs dan kami. Tak ada korban jiwa pada pihak Teramiter ataupun Tuan Arevyl sendiri"

"Ahhh... Lega mendengarnya" kata Roter.

"Ngomong-ngomong apa pelaku sudah ditangkap atau kabur?" tambahnya.

"Dia dan prajuritnya yang tersisa sudah ditangkap oleh Dreimann saat berusaha kabur"

"Siapa namanya?" tanya Roter.

"Namanya Drezyrov Zhurovski, kedengaran seperti orang Rusia, tapi sampai sekarang dia masih belum membuka mulutnya untuk memberitahu siapa dia sebenarnya. Dreimann dan Albert pagi tadi sudah menginterogasinya namun lagi-lagi tak ada jawaban" jawab Peter.

"Sementara itu, Boyce berspekulasi bahwa ini adalah ulah dari Kuromogramo untuk memprovokasi kita agar Teramiter masuk kedalam permainan licik mereka yakni konflik seperti kondisi perang dingin dulu. Dia juga bilang kasus ini ada kaitannya dengan Havontz yang sudah lama kabur dari penjara" tambahnya.

"Kuromogramo tak mungkin melakukan hal itu, meskipun mereka punya bagian Rusia. Kalaupun melakukannya artinya sama saja memancing perang dengan kita. Kasus ini ada kaitannya dengan Havontz juga masuk akal tetapi aku bisa patahkan spekulasi tersebut. Kabar Havontz kini tak dapat diketahui dengan jelas, kita tak tahu bagaimana hidupnya sekarang, apakah dia kini miskin atau mulai mengembangkan bisnis baru, kita juga tak tahu dia sudah menikah atau masih belum"

"Sepertinya aku setuju pendapatmu, jauh lebih masuk akal dari yang lain. Akan ku beritahu hal ini pada mereka"

"Oh yah, tanggapan Erika atas kasus ini gimana? dia punya spekulasi?" tanya Roter.

"Tidak, dia lebih memilih menyerahkan kasus ini pada pihak penyidik Teramiter"

"Ternyata begitu, baiklah aku akan kesana"

"Kau mau kesini?"

"Yeah, lagipula statusku disana adalah masih pemimpin, jadi aku harus memeriksa apa yang terjadi"

"Kira-kira kapan kau akan datang?"

"Hmmmm.... Rahasia, secepatnya aku akan datang, aku ingin lihat bagaimana kinerja kalian selama aku tak ada" jawab Roter.

"Baiklah, Peter, sampai sini dulu nanti kita lanjut lagi"

"Okeh.... Aku juga pekerjaan, jaga dirimu disana"

"Kau juga" panggilan telepon akhirnya dimatikan.

Roter kemudian menghubungi kakeknya di Jerman.

"Halo, kakek" ucapnya.

"Roter? ada apa?"

"Aku bisa menginap beberapa hari disana? ada suatu masalah pada pekerjaan di Jerman, hehehe..."

"Masalah? bukannya kamu sudah pensiun dari militer?"

"Bukan yang itu, kek, ini masalah tentang usahanya ayah"

"Masalah apa yang terjadi?"

"Intinya masalah yang berkaitan dengan bisnis. Jadi apa boleh aku menginap disana untuk sementara waktu? hehehe...."

"Hmmm.... Boleh"

"Di kamarnya ayah kan nanti?"

"Iya..."

"Baiklah, kek, secepatnya aku akan datang kemari, Auf Wiedersehen (Selamat tinggal)" Roter kemudian mematikan panggilan teleponnya.

Ia pun langsung mengambil bagasinya dan mulai mengemasi beberapa pakaiannya.

Keesokan harinya, Roter, Monika, ibunya kini tengah sarapan pagi dimeja makan.

"Kira-kira nanti ibu pulang jam berapa?" tanya Roter.

"Entah, tergantung ada lembur atau tidak, biasanya sih ibu pulang malam"

"Ohh... Rupanya begitu"

"Kenapa?"

"Aku mau kembali ke Jerman dulu"

"Apa Jerman?" Monika sedikit terkejut.

"Baru seminggu, tak betah kah disini?" tanya ibu.

"Anu... Ada masalahnya pekerjaan, jadi mau tak mau aku harus kembali, hehehe...."

"Bukannya kakak sudah berhenti jadi militer?" tanya Monika.

"Ini tentang masalah peninggalannya ayah"

"Peninggalan ayah? ayah kan cuma pensiunan militer"

"Ahh yang itu, ibu tahu" kata si ibu.

"Tunggu apa? ibu tahu?" Roter terkejut.

"Ayahmu selalu bilang pada ibu bahwa dia punya usaha bisnis yang besar bernama Teramiter"

"Emmm.... Itu organisasinya" gumam Roter.

"Tapi ibu tak pernah tahu keberadaannya dimana bahkan di internet pun juga tak ada, ngomong-ngomong ada dimana tempatnya?"

"Dipinggir Kota Berlin, dekat hutan"

"Kenapa harus didekat hutan? bukannya di perkotaan lebih bagus"

"Entah, aku juga tak tahu, mungkin ayah tahu kenapa"

"Jadi apa boleh aku pergi ke Jerman?" tambahnya.

"Boleh, tapi jangan keluar malam-malam, gak baik buat dirimu"

"Wah kalau itu bisa diurus sih, bu"

"Dimana kakak akan nginap nanti?" tanya Monika.

"Di rumahnya kakek dan nenek, walaupun jauh dari tempat kerja yang penting menghemat biaya, haha..."

"Kira-kira kapan kamu akan berangkat?" tanya ibu.

"Entah, aku belum beli tiketnya, mungkin besok atau lusa, tapi aku bilang sama teman-temanku bahwa secepatnya akan datang"

"Kak, aku ikut boleh?" tanya Monika.

"Gak boleh, kamu sekolah, kalau liburan baru boleh"

"Aiyaa... Aku kan juga mau ke rumah kakek, sudah lama gak ke sana"

"Haha, tidak! kamu bisa lambat untuk menerima pelajaran nanti"

"Aku kan pintar, bisa saja ku selesaikan dalam waktu 2 hari"

"Sekolah adalah sekolah!"

"Aiyaa... Kakak gak asik!"

"Terserah apa katamu, lebih baik aku berkemas-kemas" Roter pun pergi dari sana untuk menuju ke kamarnya.

"Monika.... Selamat pagi" temannya Monika memanggilnya.

"Temanmu manggil diluar"

"Baiklah, bu... Aku berangkat sekolah dulu"

"Hati-hati dijalan"

"Iya... Aku sayang ibu" Monika memeluk ibunya.

Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!