EPISODE 2 - Alien dan kafe

Malam harinya,

Berada di kamar ayahnya, Roter yang tak tahu harus melakukan apa, melihat-lihat semua rak yang dipenuhi banyak buku.

"Rata-rata banyak buku tentang seni disini, apakah ayah sebenarnya ingin menjadi pelukis handal tapi gagal masuk universitas seni?"

"Hmm... Hanya berspekulasi, tapi mungkin saja itu benar dan ia membangun Teramiter"

"Banyak juga buku disini. Ada buku geologi, astronomika, sosiologi, sejarah, fisika, kimia, matematika, ilmu pertanian, ilmu abad pertengahan, kitab injil, dan kamus dari macam-macam bahasa"

"Buku biologi jilid VII? Ahh.... Akhirnya dapat juga buku ini. Aku akan mengambilnya, hahaha...."

Tiba-tiba saja, pandangannya tertuju pada salah satu buku yang berada paling atas pojok kanan. Merasa penasaran, ia mengambil buku tersebut.

"Buku hasil penelitian? tak pernah ku lihat ini sebelumnya. Sampulnya terlihat berbeda dari yang lain dan teksturnya agak kasar"

Roter lalu membukanya. Ia langsung terkejut melihat isi buku tersebut tentang penelitian pembuatan makhluk hibrida yang dijelaskan secara detail lengkap dengan gambar yang ayahnya kerjakan. Ia sangat kagum dan terkesima membacanya.

"Whoaa... Lengkap sekali, penjelasan disini begitu sangat detail. Buku ini yang aku inginkan! haha, sekian lama membuat makhluk hibrida di Teramiter selalu saja gagal. Tapi sekarang hal itu tak akan terjadi lagi. Buku ini akan menjadi acuanku"

"Apa ini? Proyek Subject-727?" Roter membaca halaman terakhir.

"Well, well.... Ternyata proyek yang terbengkalai di Jepang. Yosh, akan ku kerjakan mengikuti panduan dari buku ini"

Tiit... Tiit... Tiit...

Jam tangannya tiba-tiba saja berbunyi. Roter keluar dari kamar ayahnya. Setelah itu, ia keluar dari rumah dan menuju ke selatan hingga sampai disebuah jalan yang disekitarnya dipenuhi banyak pepohonan. Jalan itu begitu tampak gelap dan memberikan kesan menyeramkan.

Dari langit diatas, muncul sebuah cahaya berwarna putih sangat terang. Cahaya itu menuju kearahnya dan menjadi besar setiap detiknya. Roter terus berdiam diri, seolah-olah sedang menunggu sesuatu. Ternyata, cahaya itu merupakan sebuah lampu dari objek terbang yang tak dikenal yakni UFO dengan ukuran yang amat besar.

Lampu-lampu diluar dari UFO tersebut mati agar pencahayaannya tak menarik perhatian penduduk sekitar. Kemudian, cahaya berwarna putih kebiruan turun dari bagian bawah objek terbang tersebut. Tak ada hembusan angin yang dihasilkan dari sana.

Dari cahaya itu, muncul seorang makhluk tak dikenal (Alien) yang memiliki wujud hampir menyamai manusia dalam wujud hologram. Alien itu bernama Letherumine Revilium.

"Selamat malam, Roter. Lama tak bertemu" sapanya.

"Selamat malam juga, mungkin karena aku terlalu sibuk dengan pekerjaan"

"Aku ingin bertanya padamu" tanya Revilium.

"Apa?"

"Apakah Royen sudah ketemu?" Revilium penasaran dengan ayahnya Roter.

"Sampai sekarang ayahku masih belum ditemukan, padahal sudah lebih tujuh tahun. Kasusnya akan ditutup tahun depan dikarenakan sangat sulit diselesaikan"

"Ahh ternyata begitu, aku turut berdukacita"

"Iya..."

"Ngomong-ngomong, ada perlu apa memintaku datang ke bumi tadi siang?" tanya Revilium.

"Ini soal tentang Teramiter"

"Kenapa? apa yang terjadi? apakah ada masalah?"

"Tidak, aku hanya ingin menyampaikan sesuatu padamu" jawab Roter.

"Apakah kontrak kerjasama kita masih aktif hingga lima tahun kedepan?" tambahnya.

"Masih aktif. Aku siap memperpanjangnya. Ini adalah bentuk balas budi karena ayahmu telah menyelamatkanku dulu"

"Baiklah, Revilium.... Aku saat ini tak memimpin Teramiter dan aku baru saja berhenti menjadi militer"

"Eh? kenapa begitu?"

"Panjang jika diceritakan. Intinya aku tak memimpin organisasi itu untuk beberapa bulan kedepan"

"Lalu siapa yang memimpin juga mengelola setiap yayasan dan perusahaan?"

"Soal itu aku memberikan wewenang kepada Erika. Seorang wanita berambut pirang, bermata hijau, dan selalu ada disampingku ketika melakukan transaksi denganmu"

"Ahh aku ingat. Erika Duno namanya?"

"Yah, tepat sekali"

"Lalu bagaimana nasibnya Havontz Xeilotz sekarang yang dulu kau kudeta?" tanya Revilium.

"Heh... Dia sudah kabur entah kemana, tapi ku rasa dia memiliki dendam denganku. Teman-temannya masih bekerja di Teramiter, aku tak menghukumnya sejak Havontz berhasil dikudeta. Orang-orang disana telah mengecap Havontz sebagai pecundang dan tak amanah"

"Ternyata begitu...."

"Oh yah, Revilium. Rencananya aku ingin mengajakmu kerjasama dengan organisasi sebelah" kata Roter.

"Apa nama organisasinya?"

"Kuromogramo, terdengar agak aneh tapi mereka sedikit lebih kaya dari Teramiter. Dulu kami punya kenangan buruk tapi aku akan menghapusnya dan mengajaknya bekerjasama. Kira-kira kau mau menerima tawaran ini?"

"Nantinya akan berfokus kemana?" tanya Revilium.

"Emm... Kita akan berfokus untuk membuat berbagai macam senjata futuristik, amunisi mutakhir, juga kendaraan yang lebih modern dan bisa melayang. Senjata dan kendaraan itu bisa kita jual dan mendapatkan keuntungan yang banyak. Orang-orang di bumi ini pasti akan tertarik dengan hal ini nantinya"

"Baiklah, aku setuju. Ini demi balas budi, aku akan ikut dalam proyek tersebut"

"Kau yakin, Revilium?"

"Yah, aku sangat yakin. Tapi dengan satu syarat"

"Apa syaratnya?"

"Kerjasama ini harus bersifat rahasia, kami tak ingin ada oknum yang menyebarluaskan gambar atau video tentang kami sebagai Alien atau makhluk asing. Nantinya muncul kaum-kaum aneh yang menentang dan memuja kami sebagai Tuhan"

"Akan ku atasi masalah tersebut"

"Bagus, aku menunggunya"

"Baiklah, aku akan mengabarimu kapan kita akan mulai jika Kuromogramo menerima tawaran itu"

"Dapat dipahami"

"Ngomong-ngomong, sudah sampai mana kau menjelajahi galaksi?" tanya Roter.

"Ada kali sampai galaksi GN-z11"

"Berarti sudah sangat jauh, yah"

"Yaa begitulah. Kami banyak menjalin hubungan dengan planet lain dan menjajah planet yang punya angkatan bersenjata yang lemah"

"Kira-kira berapa banyak kolonimu?"

"Mungkin lebih dari 500 ribu miliar populasi atau bahkan melebihi itu"

"10 triliun?"

"Lebih dari itu, yang pasti aku tak tahu berapa banyak, mungkin bisa sampai kuadriliun atau lebih"

"Baiklah, walaupun Teramiter pro kedamaian, kami tak ikut campur dengan penjajahan yang kalian lakukan. Intinya kami bersifat netral denganmu"

"Kenapa? kenapa kau tak menentang kami? apakah kamu takut jika kami akan menyerangmu?" Revilium tersenyum jahil.

"Tidak, aku hanya ingin menjaga hubungan pertemanan ini. Agar ayahku tidak kecewa nantinya"

"Kau tahu, Roter? kami tak melakukan penjajahan ataupun invasi sama sekali. Kami hanya berpetualang menemukan sumber daya lalu memanggil banyak pasukan untuk mendudukinya atau mengajak wilayah lain bergabung dengan kami agar terlindung dari berbagai ancaman"

"Ku dengar kau menyerang sebuah kerajaan di suatu planet"

"Andai kamu tahu, kami menyerangnya karena kerajaan itu dianggap tak becus mengurus rakyatnya bahkan si raja sendiri malah sibuk memperkaya diri dan asik korupsi saat kami menduduki planet itu untuk berdagang"

"Itu serius?"

"Yeah, kami juga memerdekakan setiap planet yang tak bertuan dan mendirikan negara boneka dibawah kepimpinan negara kami agar dapat memaksimalkan sumber daya. Negara boneka kami yang dulunya terlihat sangat kumuh kini berkembang pesat menjadi suatu kota yang besar dan terkenal di seluruh galaksi"

"Sekarang aku sangat respek terhadapmu, Revilium. Ayahku mungkin akan bangga denganmu"

"Hahaha... Aku turut senang"

"Bagaimana dengan sumber dayanya? kau dapat banyak?" tanya Roter.

"Yeah, tapi kami kesulitan mencari planet yang memiliki cairan bening seperti bumi. Kalaupun ada kami cuma dapat satu atau dua"

"Jadi kalian mendapatkannya?" tanya Roter.

"Hanya dua saja, tapi lumayanlah jumlah cairannya"

"Planet apa saja?"

"Teergarden B dan Kepler 69-C"

"Ohh ternyata begitu"

"Ngomong-ngomong, kami sedang membuat markas pangkalan di sekitaran Galaksi Bima Sakti, juga di planet Uranus"

"Ouhh... Benarkah itu?" Roter penasaran.

"Yeah, rencananya agar dapat mempermudah transaksi antara kita berdua nantinya. Sudah banyak markas pangkalan yang ku bangun dibeberapa galaksi, tapi yang satu ini adalah yang pertama di Bima Sakti"

"Semoga hubungan pertemanan kita lancar dan sama-sama diuntungkan" kata Roter.

"Aku juga"

"Oh yah, untuk bulan depan kau ingin memesan apa buat dikirim ke tempatmu?" tanya Roter.

"Bagaimana dengan 50 juta liter air? akan ku kirimkan 10750 ton bijih besi dan baja, juga 500 ton logam mulia termasuk uranium, paladium, plutonium, dan titanium untuk Teramiter"

"Hmmm... Setuju" Roter langsung menerima tawaran itu tanpa basa basi.

"Baiklah, sampai sini sepakat?" tanya Revilium.

"Ya, kita sepakat"

"Kalau begitu sampai ketemu di bulan depan" kata Revilium sambil tersenyum

"Yeah... Kau juga"

Revilium dalam bentuk hologram itu menghilang secara perlahan menuju keatas. Setelah itu, lampu-lampu pada bagian bawah UFO menyala dan berkedip selama tiga kali sebagai tanda perpisahan. Roter melambaikan tangannya keatas. Revilium dan para anggotanya pun terbang keatas menuju luar angkasa.

"Awal yang baik, semoga berakhir dengan baik" ucap Roter, menatap langit malam dengan penuh senyum.

Ia lalu berbalik badan dan kembali ke rumahnya untuk tidur mengistirahatkan dirinya.

.

.

.

Keesokan harinya....

.

.

.

Matahari mulai nampak secara perlahan-lahan dan menyinari seisi kota. Di halaman depan rumah, Roter sedang meregangkan otot-ototnya dan melakukan olahraga santai agar tubuhnya tak merasakan pegal-pegal sehabis bangun tidur.

"Roter?" ucap seorang kakek yang lewat di depan rumahnya.

"Iya, ada apa?" Roter tersenyum ramah menghampirinya.

"Roter Schädel kan?"

"Iya, ini saya"

"Wahh... Lama tak kelihatan sudah tumbuh besar ternyata"

"Ahaha... Begitulah" Roter menjadi sedikit canggung.

"Katanya kamu anggota militer? pasti seru, yah, jadi anggota militer"

"Tapi sekarang saya bukan lagi anggota militer"

"Eh? kenapa begitu?"

"Anu... Sibuk, banyak pekerjaan, belum lagi usaha ayah saya yang harus diteruskan"

"Royen sudah kembali?"

"Masih belum ditemukan, kami masih menunggunya. Tapi kasusnya akan ditutup tahun depan"

"Kok mau ditutup?"

"Katanya kasus ini sangat sulit dipecahkan. Detektif profesional saja sampai menyerah. Mau tak mau, kami sekeluarga harus ikhlas menerima kenyataan ini"

"Sedih sekali.... Arabell, istrinya pasti sangat kecewa mendengar kabar ini"

"Iya... Tapi saya dengar dia mulai mengikhlaskan kepergiannya"

"Marshall! selamat pagi!" si kakek menyapa kakeknya Roter yang sedang berdiri didepan pintu.

"Pagi juga, Henry! bagaimana kabarmu hari ini?"

"Kabarku baik, bagaimana denganmu?"

"Baik juga"

"Pagi yang indah, bukan? hahaha" kata kakek Henry.

"Iya, tak biasanya indah seperti ini"

"Kalau begitu aku pergi dulu, yah... Nanti siang kita ketemuan ditempat biasa"

"Siap"

"Roter, saya pergi dulu" kata kakek Henry.

"Iya, silahkan..."

Beberapa menit berlalu, Roter bersama kakek dan neneknya sedang sarapan pagi sambil menikmati sebuah acara televisi.

"Kakek" panggil Roter.

"Hmm..." si kakek sedang membaca buku.

"Adiknya ayah sekarang kemana?"

"Adiknya Royen?"

"Iya, sekarang ada dimana?"

"Dia pindah ke Austria, lalu pindah lagi ke Perancis dan akhirnya menikah disana. Sampai sekarang tak ada kabar. Kami menghubungi tak pernah dijawab. Kalaupun dijawab, dia pasti mengatakan bahwa dirinya sedang sibuk. Kakek juga tak tahu apa pekerjaannya sekarang"

"Dia tinggal di bagian kota mana?"

"Hmm... Kalau gak salah di sekitaran Normandia"

"Berarti dekat pantai?"

"Kira-kira begitu"

"Tapi kalau perayaan hari Natal dia pulang?" tanya Roter.

"Tiga tahun sekali dia pulang, entah apa yang ia takutkan. Padahal Royen tak ada disini"

"Dia takut dengan Royen?"

"Uuiiss... Dari kecil sudah takut sama dia, tapi Royen tak tega jika adiknya di-bully seseorang. Mereka berdua jarang berbicara, apalagi tatapannya terlihat sangat tajam"

"Tatapan siapa, kek?"

"Royen lah.... Siapa lagi kalau bukan ayahmu?"

"A– hahaha....." Roter sedikit canggung.

"Tapi mereka mulai membaik?" tambahnya.

"Dari mereka kecil hingga saat ini, kakek tak pernah melihat perubahan signifikan pada mereka berdua. Kakek khawatir ketika kakek tiada, hubungan antara keduanya renggang dan mereka tak akan pernah berkomunikasi lagi"

"Nanti pasti ada saatnya mereka mulai berbaikan kembali, kek"

"Kakek hanya ingin keduanya terlihat akur tanpa adanya dendam"

"Kek" panggil Roter.

"Apa?"

"Emmm.... boleh aku pinjam mobilnya?"

"Buat apa? mau kemana? sama siapa? kapan pulangnya? kau punya urusan?"

"Engga.... Aku cuma mau ke kota saja, melihat-lihat apa yang berubah semenjak aku pindah ke Kota Cologne" jawab Roter.

"Kek, kira-kira itu mobilnya sudah dipanasi?" tambahnya.

"Sudah, tinggal siap jalan itu"

"Lalu villa yang ada di Rusia kabarnya gimana?"

"Entahlah, sudah bertahun-tahun tak terurus. Mungkin kakek akan menjualnya"

"Itu boleh ku ambil? hahaha...."

"Ambil lah, tapi kau harus menjaganya dengan baik"

"Wuiis, siap kek!"

"Ngomong-ngomong kau bisa bahasa Rusia seperti ayahmu?" tanya si kakek.

"Hanya sedikit"

"Membaca hurufnya?"

"Belum, aku belum bisa"

"Di rak kamar ayahmu, ada buku kecil panduan membaca aksara Sirilik. Kalau tak ngerti, kamu bisa cari panduan lain di internet"

"Siap, kek... Kalau begitu, aku pergi dulu"

"Iya, hati-hati dijalan"

"Nek.... Aku pergi dulu, yah" kata Roter.

"Iya.... Hati-hati"

Roter pun pergi ke garasi. Ia menaiki sebuah mobil sedan keluaran 1984 milik kakeknya. Pintu garasi terbuka otomatis secara perlahan. Roter memundurkan mobil tersebut keluar. Setelah itu, ia tancap pergi meninggalkan rumah menuju kota.

Ia menikmati setiap detik perjalanan sambil melihat-lihat ke sekelilingnya dengan penuh antusias. Berada di kota, ia memarkirkan mobilnya dipinggir jalan. Saat menginjakkan kakinya keluar, seseorang memanggil namanya.

"Roter?" panggil orang itu, familiar melihat Roter.

"Herold?" Roter merasa mengenalnya.

"Sudah lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?" Herold tersenyum ramah sambil bersalaman dengan Roter.

"Baik, kabarku baik hari ini, bagaimana denganmu?"

"Baik, aku juga baik"

"Haha... Senang mendengarnya"

"Kira-kira bagaimana pekerjaanmu sebagai militer? apakah masih lancar?" tanya Herold.

"Haha... Tidak"

"Kenapa? ada masalah?"

"Pertanyaan yang cukup bagus, aku bukan lagi anggota militer?"

"Tunggu apa? kau bukan lagi bagian dari mereka?"

"Yah, sekarang aku adalah warga sipil"

"Kenapa kau bisa mengundurkan diri?"

"Aku tak bisa jauh-jauh dari Cologne atau Berlin dan juga alasan keluarga yang harus membuatku mengambil keputusan ini"

"Ouhh... Ternyata begitu"

"Ngomong-ngomong, kafe tempat kita bekerja dulu masih berdiri?" tanya Roter.

"Masih, banyak teman-teman kita pisah menuju jalannya masing-masing. Tapi, ada dua orang yang masih bertahan. Selain itu, seragamnya juga berubah"

"Siapa saja yang bertahan?"

"Datang sajalah.... Intinya banyak perempuan dan anak-anak muda lainnya yang bekerja paruh waktu disana"

"Baiklah, aku akan mengunjunginya" kata Roter.

"Kira-kira kau habis darimana, Herold?" tambahnya.

"Hanya sekedar jalan-jalan saja. Aku tak tahu harus ngapain lagi dirumah, aku butuh hiburan. Oh yah, aku harus pergi sekarang, sampai bertemu dilain waktu"

"Iya, hati-hati dijalan"

Roter pun pergi berjalan menuju ke sebuah kafe tempat ia bekerja dulu semasa SMA. Ia memasuki kafe tersebut.

"Eh? Roter, itu kau?" seorang wanita cantik yang mengepel lantai didekatnya, memanggil Roter karena nampak familiar.

"Maaf, Anda siapa, yah?" Roter merasa tak kenal dengannya.

"Yo, aku rekan kerjamu semasa SMA dulu"

"Emm... Otto?"

"Aku perempuan, Roter... Nama ku Reichie Stefanie"

"Ahh sekarang aku ingat, hahaha...."

"Kalau begitu, silahkan cari tempat duduk, pelayan akan datang kepadamu" kata Stefanie.

"Baik" Roter pergi menuju ke tempat duduk yang kosong.

"Daniel! meja nomor 6 layani segera!" teriak Stefanie.

"Baik, baik...." dengan perasaan lesu dan tak bersemangat, orang itu berjalan menghampiri Roter membawa sebuah buku menu.

Tiba-tiba, ia merasa terkejut melihat rekan kerjanya yang dulu ada dihadapannya.

"Mein Gott! (Ya Tuhan!) Roter? apa itu kau?" tanya Daniel.

"Yah, ini aku, senang bertemu denganmu kembali" Roter berjabat tangan dengan Daniel.

"Wah, wah, wah.... Sudah lama tak ketemu, tapi kau masih terlihat sama saja" Daniel duduk berhadapan dengan Roter.

"Mungkin gara-gara terlalu lama bekerja di Cologne"

"Ngomong-ngomong ada perlu apa datang kemari? ingin ngambil lowongan pekerjaan lagi?" tanya Daniel

"Danieeel..... Layani dia! itu tamu VIP!" kata Stefanie.

"Iya, iya..." jawabnya, "Ini menunya, kau mau pesan apa?" lanjutnya.

"Emm.... Aku pesan Kartoffelsalat satu sama Apfelschorle-nya"

"Apfelschorle satu?"

"Yah"

"Itu aja? gak yang lain?"

"Itu saja"

"Oke, aku akan kembali" Daniel kemudian berdiri dari tempat duduknya dan pergi menuju dapur untuk membuat makanan dan minumnya.

Beberapa saat kemudian, Daniel datang kembali sambil membawa pesanan milik Roter.

"Ini pesananmu, ada tambahan?"

"Ini sudah cukup, terima kasih"

"Sama-sama" Daniel duduk berhadapan dengan Roter kembali.

"Jadi kapan kamu kembali ke Cologne lagi?" tanyanya.

"Aku sudah tak bekerja lagi sebagai militer"

"Eh? dari kapan?" Daniel merasa penasaran.

"Kemarin, sekarang aku resmi jadi warga sipil kembali"

"Cukup menyedihkan"

"Daniel.... Kembali ke kasir!" kata Stefanie.

"Sebentar, kami lagi asik ngobrol!" jawab Daniel.

"Jadi kenapa kamu berhenti menjadi militer?" tambahnya.

"Panjang jika dijelaskan, intinya masalah keluarga dan alasan pribadi lainnya"

"Ternyata begitu"

"Ngomong-ngomong, apakah pak manajer masih disini?" tanya Roter.

"Yah, tapi sekarang dia ada di Nürnberg untuk menghadari sebuah pernikahan"

"Dia masih memegang jabatan di kafe ini?"

"Masih, sampai sekarang. Sejak kepergianmu, banyak yang mulai berubah disini. Mulai dari menu yang bervariasi, seragam baru, renovasi ulang, gaji dinaikkan, dan banyak anak muda yang bekerja paruh waktu untuk mendapatkan uang tambahan"

"Baiklah, kapan kau akan meninggalkan kafe ini?" tanya Roter.

"Aku? sepertinya aku tak bisa. Walaupun aku sudah menyelesaikan kuliahku, aku merasa tak tega meninggalkan tempat ini, banyak kenangan yang tak terlupakan sejak kafe ini berdiri. Kecuali kalau ada desakan orang tua"

"Lalu Stefanie bagaimana? dia akan meninggalkan pekerjaan ini juga?"

"Kira-kira begitu"

"Kapan?"

"Katanya tahun depan, dia mendapat tawaran pekerjaan dari teman ayahnya dengan gaji yang fantastis di Düsseldorf"

"Begitu rupanya"

"Kau tahu, Roter? ketika Stefanie akhirnya berhenti, mungkin hanya akan tersisa aku sendiri sebagai pelayan kafe paling lama disini. Ketujuh teman-teman kita banyak yang sibuk dengan pekerjaannya masing-masing"

"Barusan aku ketemu Herold di jalan"

"Benarkah?"

"Yeah, bilangnya dia berjalan-jalan karena bosan dirumah terus"

"Ehhmm, paling lagi bingung karena hampir 2 minggu gak ada orang yang membayar jasanya untuk editing video"

"Dia gak ada pekerjaan lain?"

"Entah tuh orang. Lulus kuliah nilainya paling tinggi, pas ku tanya mau kerja dimana, dia malah takut buat daftar kerja, takut ditolak banyak perusahaan dan studio katanya. Alhasil kerjaan dia selama ini hanya nunggu orang yang memesan jasanya"

"Pasti ada sesuatu yang membuatnya menjadi seperti itu"

"Mungkin" jawab Daniel.

"Daniel... Itu orang-orang nunggu kamu buat bayar makanan dan minumnya dikasir" Stefanie mendekatinya.

"Iya, iya..." Daniel berdiri dari tempat duduknya membawa talenan "Roter, aku pergi dulu, yah" lanjutnya., pergi meninggalkan Roter.

"Iya...."

"Kira-kira sudah berapa lama kamu ada di Berlin ini, Roter?" tanya Stefanie, duduk berhadapan dengannya.

"Satu hari yang lalu, rencana aku mau pindah ke Jepang"

"Eh? pindah? kamu mau pindah?"

"Yap, aku ingin tinggal dengan ibu juga adikku disana"

"Kabar ayahmu bagaimana? sudah ditemukan?"

"Masih belum, mungkin aku harus ikhlas menerima kenyataan bahwa dia pergi untuk selama-lamanya"

"Ternyata begitu...." Stefanie merasa ikut sedih.

"Stefanie.... Kembali kerja!" Daniel dari kasir menegur Stefanie.

"Iya...." Stefanie berdiri dari duduknya, "Roter, aku pergi dulu, nikmati makanan disana" ia tersenyum ramah.

"Haha, iya.... Aku akan menikmatinya"

Beberapa saat kemudian, Roter akhirnya telah menyelesaikan santapannya. Ia beranjak dari tempat duduk dan pergi ke kasir untuk membayarnya.

"Oh, Roter. Ada apa?" tanya Daniel.

"Aku ingin membayar makanan dan minumannya, berapa total semuanya?"

"Kartoffelsalat satu dan Apfelschorle satu, jadi totalnya sekitar 20,5 Euro"

"Ini uangnya" Roter memberikan uang lebih

"Tunggu sebentar. Baik, ini kembaliannya"

"Ambil saja kembaliannya"

"Baiklah...."

"Oh yah, Daniel.... Ini ada sedikit uang dariku, ini adalah uang pensiunanku. Mohon diterima, yah" sambil tersenyum, Roter memberikan uang yang cukup banyak.

"Eh? ini untukku?"

"Ya, benar sekali"

"Aku tak bisa menerimanya, Roter, uang ini terlalu banyak"

"Ambil saja, siapa tahu bisa membantu ekonomi keluargamu. Aku akan pindah ke Jepang dan kemungkinan tidak akan kembali, jadi terimalah ini sebagai bentuk perpisahan"

"Baiklah...." Daniel pun akhirnya menerima uang itu.

"Oh yah, aku punya foto kita bertujuh waktu masih bekerja disini" Roter mengeluarkan sebuah foto dari balik casing HP-nya, ia memberikannya pada Daniel.

"Wahh.... Jadi teringat kembali masa-masa indah itu"

"Haha... Dan penuh kekonyolan jika diingat lebih detail"

"Yeah, aku masih ingat Herold pernah ditolak oleh perempuan dikafe ini"

"Haha.... Masih ingat juga ternyata"

"Iya dong, momen paling tak terlupakan itu"

Disela-sela itu, Stefanie keluar dari dalam. Roter lalu menghentikannya dan memberikan sesuatu yang sama.

"Stefanie" panggilnya.

"Ya?"

"Ini ada uang untukmu, jumlahnya terlalu banyak dan aku ingin memberikanmu sebagian, tolong diterima, yah" kata Roter.

"Emm... Uang ini terlalu banyak, a-aku tak bisa menerimanya, maaf yah" Stefanie tersenyum lalu pergi.

"Tunggu sebentar" Roter mencegatnya.

"Kemungkinan aku tak akan kembali ke Jerman lagi, jadi tolong diterima, ini bisa berguna untuk masa depanmu. Tolong diterima...."

Dengan perasaan yang tidak tega menolak pemberian itu, Stefanie akhirnya menerima uang itu.

"Ba-baiklah, aku menerimanya"

"Semoga kamu dan Daniel selalu sehat, juga teman-teman yang lain"

"Iya...."

"Kalau begitu, aku pamit pergi. Sampaikan salamku pada manajer"

"Iya, terima kasih atas pemberianmu"

"Sama-sama" jawab Roter.

"Daniel, aku pamit" tambahnya.

"Ya... Hati-hati dijalan, yah"

"Oke..."

Roter pun kemudian pergi keluar meninggalkan kafe itu dan menuju mobilnya.

"Yo, kau dapat juga? hahaha..." tanya Daniel pada Stefanie.

"Yah, aku juga dapat, kamu?"

"Sama, aku juga dapat darinya"

"Untuk apa dia memberikan uang pensiun miliknya ke kita?" tanya Stefanie dengan penasaran.

"Mungkin sebagai bentuk mempererat hubungan pertemanan, kau tahu? hanya kita berdua yang tersisa di kafe ini. 90 persen lainnya adalah pelayan baru" jawab Daniel.

"Ku harap dia dapat kembali ke Jerman lagi, dia memiliki masa-masa yang amat pahit dibandingkan kita. Aku ingin dia dapat merasakan kehidupan yang nyaman seperti kita" tambahnya.

"Aku juga berpikiran sama denganmu"

"Yo, mau ikut denganku nanti malam?" ajak Daniel.

"Kemana?"

"Ke tempat biasa dimana kita bertujuh saling berkumpul, sudah lama tak kesana"

"Tapi cuman kita berdua yang ada"

"Tidak apa-apa, setidaknya kita masih dapat berkumpul disana sebelum akhirnya kau pindah ke Düsseldorf dan aku menuju jalan ku sendiri"

"Baiklah, jam 8 malam kita berangkat bersama-sama"

"Oke.... Aku tunggu" Daniel tersenyum ramah.

Terpopuler

Comments

anggita

anggita

project subject 727.🙄

2022-11-19

1

lihat semua
Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!