EPISODE 8 - Sebuah arti penting

Berada di kantor rahasia organisasi rahasia Herovenraft, Darlene bersama asistennya yang sedang melakukan proses pelacakan akhirnya dapat berubah manis. Ia berhasil menemukan lokasi terkait keberadaan Roter Schädel. Ia benar-benar tak percaya dapat menemukannya setelah hampir bertahun-tahun melacaknya.

"Kita sudah menemukannya" ucap Darlene.

"Dia sekarang berada di Kota Osaka bagian utara" jawab asistennya, melihat layar monitor milik Darlene.

"Akhirnya setelah bertahun-tahun dapat juga menemukan orang itu. Usaha ini akhirnya tak sia-sia, aku sungguh tak percaya"

"Tapi kita harus sering-sering mengawasinya, saya rasa orang itu bukan orang biasa"

"Saya juga menganggapnya seperti itu, dia mungkin akan menyadari bahwa dirinya sedang dilacak"

"Tuan nona, saya berhasil menemukan informasi" panggil asisten keduanya.

Darlene kemudian mengarahkan kursinya ke asisten kedua. Ia melihat data-data rahasia yang dimiliki oleh Roter.

"Hanya ini yang bisa saya dapatkan, sepertinya masih banyak lagi yang belum ditemukan" kata asistennya

"Tidak apa-apa, ini sudah terbilang sangat cukup. Setidaknya kita berhasil menemukan lokasi terkait keberadaannya" jawab Darlene

"Baiklah, kamu tolong panggilkan Barnett dan temannya" ia menyuruh asisten pertamanya.

"Kira-kira mereka ada dimana?"

"Karena sudah berlangsung empat jam lebih, emmm.... Kemungkinan ada di kantin, coba kamu cari mereka disana"

"Siap, tuan nona!"

Berada di kantin.

"Yea, yea, yea.... Sepertinya aku mulai menyukai tempat ini" ucap Darenn.

"Karena ku bayarin, kalau tak gratis, mana mungkin kau mau berlama-lama disini" jawab Barnett.

"Haaah.... Uangku makin menipis saja" tambahnya, memeriksa dompetnya.

"Halah... Lagian gaji kita tinggi juga, ngapain takut kehabisan uang?"

"Rencana aku ingin beli mobil klasik dengan harga sekitar 30 ribu dollar"

"Sebanyak itu? apa tak ada yang lebih murah lagi?"

"Itu sudah lumayan murah, Darenn. Harga aslinya sekitar 45 ribu dollar, mumpung lagi diskon aku harus cepat-cepat menabung"

"Sebaiknya kau cari yang lebih murah saja, tak perlu yang mahal-mahal"

"Jika aku memilih yang murah, mungkin kemarin aku sudah beli mobil baru, tapi yang ini mobil klasik dengan mesin langka yang hanya bisa dibuat oleh satu perusahaan khusus saja"

"Sepertinya kau terkena omong kosong sales lagi"

"Tidak, kali ini aku serius"

"Permisi, tuan...." seorang asisten Darlene menghampirinya.

"Ada apa?" tanya Barnett.

"Saya asisten dari Darlene ingin menyampaikan bahwa tuan-tuan dipanggil ke ruangannya"

"Baik, kami akan kesana segera"

Mereka bertiga kemudian bergegas menuju ruangan Darlene.

"Okay, Barnett... Ada kabar gembira yang aku harus beritahukan padamu" ucap Darlene.

"Apa itu?"

"Pelacakan ini akhirnya berbuah manis, aku dan dua asisten ku berhasil menemukan informasi terkait keberadaannya Roter Schädel"

"Berada dimana dia?"

"Dia berada di Kota Osaka bagian utara, tepatnya berada di kawasan yang bernama Kawanishi, titik merah ini menandakan bahwa ini adalah rumahnya"

"Hmm... Tempatnya dipemukiman ini rupanya, pasti sangat sulit sekali"

"Sulit kenapa?" tanya Darenn.

Barnett kemudian mundur beberapa langkah dari sana, ia kemudian memberitahu alasannya.

"Pasti akan sulit untuk melakukan operasi pembunuhan terhadapnya. Kita juga tidak tahu apakah Herovenraft ini menjalin perdagangan atau hubungan dengan Teramiter"

"Sebaiknya kita harus konfirmasi terlebih dahulu kepada ketua kapan akan melakukan pembahasan lagi, kita tidak tahu seluk-beluk dibalik Herovenraft ini, bisa jadi mereka adalah orang yang sangat licik" tambahnya.

"Jadi begitu.... Aku juga berpikiran sama denganmu"

"Oh yah, Barnett. Kami juga mendapatkan sedikit informasi rahasianya" sahut Darlene.

"Mana?"

"Ini dia" ia menunjukkan laptop milik asistennya.

"Mmm.... Pekerjaannya sebagai angkatan darat Jerman berpangkat Kolonel dan pensiun tanggal 2 November tahun 2020, berarti baru beberapa hari yang lalu ia pensiun" ucap Barnett.

"Disini juga tercatat bahwa ia sudah banyak turun ke medan perang. Sepertinya dia petarung handal" sahut Darenn.

"Tapi sepertinya bukan tugas dari angkatan bersenjata Jerman" jawab Darlene.

"Oh yah, Darenn... Ada satu hal yang ku sampaikan padamu seputar orang ini" kata Barnett.

"Apa itu?"

"Coba kau lihat, siapa nama orang yang ada dilayar ini?"

"Roter Schädel"

"Siapa nama tengah ketua organisasi kita?"

"Roter juga"

"Nah, sedangkan nama tengah ayahnya adalah Roter, ku rasa ketiga ini punya hubungan keluarga"

"Mungkin hanya suatu kebetulan saja"

"Itu tidak mungkin, bagaimana bisa keturunan ini punya setiap nama yang sama yakni Roter. Bahkan ayah dari ketua kita bernama tengah Roter" kata Barnett.

"Siapa nama ketua kalian? aku belum pernah mendengarnya" tanya Darlene.

"Ketua kami bernama Hanz Roter Dörnierungz Rex, biasa dipanggil Dörnier Rex atau Rex" jawab Darenn.

"Dari sini aku bisa menyimpulkan bahwa ketua kita punya masalah pribadi yang lama yang tak dapat dipendam oleh dirinya terhadap Royen, ayah dari Roter" sahut Barnett.

"Simpulan kedua, bisa jadi ketua kami tidak ingin rencananya gagal, mengingat mereka bertiga sama-sama memiliki kecerdasan yang diatas manusia normal" tambahnya.

"Hmmm... Aku juga berpikiran sama denganmu" kata Darenn.

"Darlene, tolong cetak lokasi dan data-data informasi dikertas, aku akan mengabarkan hal ini kepada ketua kami" kata Barnett.

"Baiklah, tunggu sebentar"

.

.

.

Satu minggu kemudian.....

.

.

.

Roter kini sedang berjalan-jalan ke kota lagi tanpa didampingi atau ditemani oleh seseorang. Ia berjalan sambil membawa tas berisikan laptop dengan maksud untuk mencari tempat yang tenang dikarenakan tetangganya sedang melakukan renovasi.

Lagi-lagi ia kembali menjadi bahan perhatian orang-orang terutama pada kaum hawa disana karena memiliki paras yang tampan dan mata biru alami yang ia punya.

"Tetangga sialan! pagi-pagi sudah bikin ribut kasih nyala mesin penghalus kayu. Ingin sekali memukul wajahnya tapi baru ingat lagi tanah (negara) orang, sayang sekali"

"Belum lagi Monika, dia yang berbuat malah aku yang dimarahi ibu. Dasar sialan! untung saja kamu sudah pergi berangkat, dianya ketawa kayak gak ada dosa"

"Well.... Mungkin ini adalah hari yang buruk bagiku. Sekarang aku ingin mencari tempat yang tenang untuk bersantai. Jika ada yang mengangguku, akan ku habisi dia! dasar sialan!"

"Anu.... Permisi...." seorang perempuan mendekatinya dengan sopan.

"Iya, ada apa?"

"Anu... Emm... Bolehkah saya berkenalan dengan Anda?"

"Dasar perempuan sialan! tak lihat aku sedang tidak enak suasana?" gumam Roter.

"Boleh.... Silahkan, namaku Roter Schädel, senang bertemu denganmu" tambahnya, tersenyum sambil menyodorkan tangan kanannya.

"Emiru Amiko, senang bertemu dengan Anda juga" ia berjabat tangan.

"Bisakah kamu pergi ke neraka dan lenyap dari dunia ini?" gumam Roter dengan perasaan kesal.

"Tolong jangan panggil aku Anda, panggil saja Roter atau kalau mau lebih akrab panggil saja dengan Royer itu nama panggilanku"

"Baik, Roter...." Amiko tersenyum ramah terhadapnya.

"Lihat betapa menjijikkannya wajahmu" gumam Roter.

"Kalau boleh tahu, kamu berasal darimana?" tanya Amiko.

"Ohh, aku berasal dari Berlin, Jerman"

"Jerman?"

"Yeah, aku berasal dari sana"

"Ahh, Guten morgen (Selamat pagi)"

"Auch einen guten Morgen (Selamat pagi juga) bisa bahasa Jerman?"

"Aku hanya bisa menyebutkan pagi, siang, dan malam dalam bahasa Jerman saja, hehehe"

"Tidak apa-apa itu sudah bagus"

"Apakah kamu sedang pergi bekerja?" tanya Amiko.

"Tidak, aku sudah pensiun dari pekerjaanku, sekarang aku bingung untuk cari pekerjaan seperti apa. Aku disini hanya untuk mencari jalan yang sekiranya dapat menenangkan pikiran"

"Kira-kira sebelum pensiun bekerja sebagai apa?"

"Angkatan Darat Jerman, tapi ada suatu masalah yang harus membuatku pensiun. Akhirnya saya memutuskan untuk pindah kesini, kebetulan keluarga saya tinggal disini"

"Wahh... Pasti enak jadi tentara. Gagah, berani, dan disiplin"

"Heh, andai kamu tahu apa isi dari militer yang selalu diagung-agungkan oleh banyak orang" gumam Roter.

"Kalau Amiko sendiri bagaimana? apakah sudah kerja juga?" tambahnya.

"Tidak, aku masih menempuh pendidikan S2 psikologi. Aku pilih Kota Osaka karena ingin sekali melihat tempat ini secara langsung, ahaha...."

"Kira-kira kamu tinggal dimana?"

"Di pinggir Kota Nagoya, ini adalah kesempatan emas saya untuk berkuliah disini"

"Sangat jauh dari sini rupanya"

"Kalau Roter tempat tinggalnya ada dimana?"

"Intinya di bagian utara kota ini, tapi aku tidak ingin memberitahukannya"

"Ternyata begitu..."

Suasana tiba-tiba menjadi hening sementara seketika.

"Anu.... Apakah aku bisa meminta nomor teleponmu? kita bisa mengobrol dilain waktu dan bertemu kembali" kata Amiko.

"Cuih! baru kenal udah minta nomor, rendahan sekali dirimu, nak!" gumam Roter.

"Aku minta maaf, yah.... Aku belum mengganti nomor ponselku dengan kode nomor disini, jadi aku tak bisa menghubungimu...." Roter tersenyum ramah.

"Tapi itu bukan jadi masalah besar, kita masih bisa berkomunikasi meski kode nomor telepon disini berbeda"

"Wahh.... Aku minta maaf, nih.... Aku tak bisa memberikan nomor ponselku pada orang yang baru ku kenal"

"Tapi–"

"Sekali lagi aku minta maaf, ibuku selalu bilang bahwa aku harus selalu berwaspada, orang-orang jahat bisa muncul dari orang-orang yang baru kita kenali, aku benar-benar minta maaf" Roter tersenyum ramah lagi.

"Lihat betapa rendahnya harga dirimu!" gumamnya.

"Ti-tidak apa-apa, aku yang harus minta maaf, aku terlalu lancang" perempuan itu langsung merasa tidak enak.

"Kalau begitu aku lanjut jalan dulu, yah"

"Iya, hati-hati"

"Hey!" Roter tiba-tiba memanggilnya.

"Du bist eine Prostituierte und dein Selbstwertgefühl ist so gering! (Kamu adalah pel*cur dan harga dirimu sangat rendah!) yang artinya terima kasih dan sampai berjumpa lagi dilain waktu" ia membohongi maksud dari artinya.

"Sama-sama...." Amiko tersenyum dan melambaikan tangannya. Ia kemudian pergi dari sana.

"Perempuan sialan! mencoba dekat denganku untuk bisa berpacaran dan memamerkannya pada teman-temanmu, dasar sampah!"

Roter kemudian pergi meninggalkan Amiko mencari tempat yang sedikit tenang. Ia berjalan menyusuri kota, melewati banyak tempat dan gang yang belum pernah dilewati, serta tak sadar bahwa ia sudah menghabiskan waktu selama dua jam.

"Haaah... Bosan juga tak ada punya pekerjaan, yah. Sebenarnya aku ingin kembali ke Teramiter, hanya saja aku sudah terlalu lelah" ucap Roter, berhenti sejenak didekat lampu jalan.

"Jalan kesana kemari melihat kinerja setiap orang dan mengurus administrasi, belum lagi harus memperhatikan yayasan pendidikan dan kesehatan" tambahnya.

"Ku yakin Peter dan yang lain disana sedang merayakan pesta kepergianku. Aku tak tahu pesta apa yang mereka buat, tapi sepertinya mereka pasti sangat senang" tambahnya.

Sementara itu di Markas Rahasia Teramiter,

"Mari bersulang, kawan-kawan! sudah seminggu Roter tidak ada disini. Erika sedang pergi ke Hamburg bersama dengan teman-temannya Havontz juga, jadi kita bisa menikmati hal ini" ucap Peter.

"Ini sebagai bentuk kebebasan kita, kebebasan bagi seluruh pekerja Teramiter dan merupakan hari libur kita untuk hari ini, haha!" tambahnya.

"Untuk kebebasan" kawan-kawan lainnya berdiri dari tempat duduk. Mereka berempat langsung bersulang, diikuti banyak orang yang hadir

"Nyalakan musiknya!" ucap Albert.

Musik Klasik pun dinyalakan menambah sedikit kesan meriah pada pesta tersebut. Mereka semua saling berbahagia dan mengobrol satu sama lain dengan canda tawa disetiap wajah. .

"Hey, kalian berdua yakin ini tak akan menjadi masalah?" tanya Burgdorf pada dua temannya yang membuat pesta di aula.

"Aman, semuanya sudah terkendali" jawab Peter

"Kita bisa menikmati banyak bir dan bermacam-macam makanan lainnya disini, mari menikmatinya karena hal seperti ini sangat langka terjadi" jawab Albert.

"Mereka berdua benar, kita nikmati saja pesta ini dengan berbahagia" sahut Krubs.

Di tempat Roter,

Roter kini berhenti disebuah toko roti yang tampak seperti kafe, berada disana ia melihat Reiko yang sedang membersihkan beberapa meja dan kursi yang ada diluar. Roter pun lantas menghampirinya untuk menyapa temannya itu.

"Reiko?"

"Iya, ada apa?"

"Yo, Reiko, sedang apa disini?"

"Ahh rupanya kau, aku sedang bekerja"

"Kerja? bukannya pekerjaanmu ada di kantor Kuromogramo?"

"Nanti malam, kalau pagi hingga sore aku bekerja disini bersama dengan beberapa karyawan"

"Bukannya orang-orang yang punya jabatan tinggi sepertimu kerjanya di kantor?"

"Itu memang benar, tapi toko roti ini adalah aset pribadiku bukan milik ayahku ataupun Kuromogramo. 100 persen murni dengan uangku sendiri, haha..." Reiko tampak tersenyum bangga.

"Aku duduk disini tak apa-apa?"

"Silahkan dengan senang hati"

Roter pun duduk disalah satu meja.

"Apa kau tak merasa kelelahan? aku pernah menjadi sepertimu dan hampir tak punya waktu istirahat yang cukup" tanyanya

"Tidak, lagipula pekerjaanku dimalam hari hanya sedikit, aku hanya membaca surat-surat yang masuk dan menstempelkan beberapa berkas yang ada untuk dikirim. Jadi aku masih punya waktu untuk bersantai" jawab Reiko, sambil duduk berhadapan dengan Roter.

"Wahh... Enak sekali, aku jadi iri"

"Ngomong-ngomong bagaimana pekerjaanmu di Teramiter"

"Di sana pas pertama kali jadi pemimpin setelah Havontz dikudeta, rasanya berat sekali jalaninnya. Hari libur bukannya santai malah blusukan kesana kemari lihat kinerja karyawan, tani, dan buruh. Tidur pun hanya tiga sampai empat jam saja"

"Oh ya, kira-kira bagaimana kabarnya Havontz yang kau kudeta dulu? kau tahu? aksi kudeta mu waktu itu benar-benar menggemparkan seluruh jajaran Kuromogramo"

"Havontz? heh, dia sudah kabur entah kemana. Orang-orangnya tak ku hukum dan ku biarkan mereka tetap bekerja, selama tak ada kasus buruk yang menimpanya. Semenjak kudeta itu berhasil, orang-orang yang pernah terlibat kasus korupsi dan masih tetap dilindungi kini sudah ku habisi"

"Sepenuhnya?"

"Yeah, ku suruh mereka menggali kuburannya sendiri. Selama menjadi aku pemimpin Teramiter tidak ada tempat untuk para pengkhianat, koruptor, dan intelijen luar"

"Tapi ini aneh sekali, sebagai putra dari Royen seharusnya kau yang naik tahta menjadi pemimpin setelah ayahmu menghilang. Bagaimana bisa Havontz naik takhta?"

"Setelah kabar hilangnya ayahku sampai ke Teramiter, organisasinya kehilangan pemimpin sejatinya. Di markas, anggota dewan mulai berdiskusi dan sepakat mengangkat Havontz sebagai pemimpin kedua menggantikan ayahku, dulu waktu itu aku masih mengenyam pendidikan akademi militer" tambahnya.

"Ternyata begitu..."

"Tapi aku mencurigai adanya bau-bau kecurangan dan kelicikan terselubung dari hasil diskusi itu. Sebaiknya aku tak membicarakannya lebih lanjut, biarkan semua itu berlalu"

"Semenjak kau jadi pemimpin, apa yang kau ubah di Teramiter?"

"Hanya satu yang ku ubah, yakni menghapus seluruh sistem pemerintahan yang berkaitan dengan dewan dan menjadikan kekuasaan tertinggi Teramiter adalah aku sendiri, haha..."

"Sepertinya kau mulai tak waras"

"Yo, ku lakukan hal ini agar tak ada orang yang dapat korupsi dan memakai kuasanya dengan sewenang-wenang. Jika ada yang berani melakukannya kesempatan hidupnya adalah 0,1 persen, artinya tidak selamat, haha..."

"Yeah, kau berbicara seperti itu tapi kau sendiri juga korupsi"

"Tidak, aku tak pernah korupsi, aku kuat iman. Mana mungkin aku mengambil hak yang bukan milikku. Lagian uang banyak-banyak itu mau buat apa? paling jadi tumpukan kertas yang tak berguna"

"Benarkah?"

"Terserah dirimu saja apa kau percaya atau tidak. Yang jelas itu bukan perbuatan keren. Dalam agama apapun melarang yang namanya mencuri, mau itu agama Kristen, Katholik, Islam, Hindu, Buddha, dan lain-lainnya"

"Ngomong-ngomong apa kau tak takut jika Havontz kembali ke Teramiter dan menyerangnya?" tanya Reiko.

"Buat apa takut, Reiko? dia sudah tak ada di Teramiter, diluar sana dia juga tak punya siapa-siapa, dia kini miskin dan pasti terlilit banyak hutang, mana mungkin dapat menyerang kami, hahahaha..."

"Ku rasa kau benar, hahaha...."

"Orang itu hanya besar mulut saja, aku bisa mengalahkannya dengan sekali pukulan, hahaha...."

Disela-sela percakapan itu, seseorang berambut pirang, bermata biru, dan memakai jas panjang dengan topi fedora dibelakang Roter langsung berdiri dari tempat duduknya dan berjalan melewati mereka berdua karena merasa tak nyawan. Merasa sedikit curiga dan aneh dengannya, Roter menanyakan perihal tentang orang tersebut pada Reiko.

"Siapa orang itu?" tanyanya.

"Ohh, itu pelanggan setia kami, setiap pagi selalu sarapan disini, juga kalau siang kadang mampir untuk rehat sejenak"

"Nampak mencurigakan dan seperti ku kenal sifatnya, siapa nama orang itu?"

"Entah, aku juga tak tahu, pokonya dia sudah lama ada disini. Sikapnya yang dingin membuat pelayan kami dan orang-orang yang datang kesini sedikit takut. Tak ada yang mau berbicara dengannya"

"Ohh serius?"

"Yap, pernah ku lihat tiga orang wanita, mungkin anak kuliahan, mereka menggosip tentang orang itu. Mereka membicarakan sesuatu yang tidak-tidak padanya"

"Lalu apa yang terjadi?"

"Orang itu langsung menatap tajam tiga wanita tersebut. Mereka bertiga langsung menyudahi pembicaraannya dan keluar dari sini karena sangat takut"

"Hmmm.... Dari cara berpakaian, ciri-ciri tubuh, dan karakteristiknya mirip dengan Havontz"

"Mungkin itu adalah dia"

"Tidak, kita belum bisa untuk memastikan itu adalah Havontz. Bisa jadi itu adalah ayahku, ayahku punya ciri khas seperti itu. Hanya saja aku tak dapat memastikannya karena bisa saja itu adalah orang lain yang mirip"

Suasana kemudian menjadi hening seketika, Roter langsung membuka laptopnya dan menghidupkan layarnya.

"Baiklah, Reiko... Menu apa yang kau punya disini?"

"Sebentar, akan ku ambilkan"

Reiko masuk kedalam mengambil daftar menu, setelah itu ia pun kembali.

"Ini dia, silahkan dipilih"

"Banyak sekali menu disini.... Harganya lumayan terjangkau dan kelihatannya tampak menarik. Emmm.... Aku pilih dua potong sandwich dan satu jus apel"

"Dua potong sandwich dan satu jus apel akan segera datang"

Reiko pun masuk kedalam menuju dapur untuk membuatkan pesanannya Roter. Beberapa waktu kemudian, pesanan itu akhirnya datang ke mejanya Roter.

"Ini pesananmu, apa ada tambahan lagi?"

"Tidak, ini sudah cukup"

"Baiklah...." Reiko duduk berhadapan dengan Roter.

"Sebenarnya ini adalah toko roti atau kafe?" tanya Roter.

"Dua-duanya, aku menggabungkan dua hal ini"

"Kenapa?"

"Yaa bagaimana, yah? ku pikir-pikir jika aku membuat toko roti pasti tak akan ramai pengunjung. Raiden bilang akan bagus kalau aku membuat kafe. Tiba-tiba saja aku terbesit untuk mengkombinasikan hal tersebut menjadi kafe roti dengan menu yang bervariasi. Jadi aku mengeluarkan lebih banyak uang untuk membuatnya"

"Raiden mengira bahwa kafe ini mungkin tak akan ramai mengingat banyak kafe lain disini. Setelah bangunan ini jadi, ada sekelompok anak sekolah yang nampak tertarik untuk mengunjunginya, lalu orang-orang yang lewat didepan sini mulai tertarik untuk mengunjunginya, lama kelamaan kafe ini akhirnya ramai. Raiden pun tak menyangka bahwa ide konyolku berhasil" tambahnya.

"Menarik juga kisahmu, apalagi desain bangunan ini nampak mencolok membuat orang-orang untuk datang mengunjunginya"

"Menurutku para remaja dan lainnya sangat suka dengan kafe yang bergaya barat, jadi aku memilih desain ala barat contohnya Jerman, Perancis, dan Inggris"

"Yap, kau benar, gaya barat paling banyak diminati, strategimu sangat bagus"

"Ngomong-ngomong, Roter, semenjak kau memutuskan untuk pindah ke Jepang bagaimana dengan nasib Teramiter sekarang?"

"Semuanya sudah berada ditangan Erika dan teman-temanku yang lain. Jika ku rasa mereka sanggup menjalani tugasnya sebagai pemimpin, aku akan berhenti dari Teramiter"

"Eh? kenapa?"

"Aku rasa aku tak sanggup lagi mengurusnya, kau tahu? aku kurang istirahat dan butuh hiburan. Bolak-balik kesana kemari hanya untuk melihat kinerja. Belum lagi mengurus administrasi, membuat laporan, memeriksa jurnal, dan membaca surat-surat yang masuk. Berhenti dari sana adalah keputusan yang tepat"

"Ku beri tahu sesuatu padamu" kata Reiko.

"Apa itu?"

"Jika kau berhenti memimpin Teramiter, organisasi bentukan ayahmu itu kehilangan pemimpin yang berkharisma tinggi sepertimu. Kuromogramo bagian Amerika dan aliansinya akan mencari celah untuk menjatuhkan dirimu juga organisasimu, ini akan sangat berbahaya jika dibiarkan. Sesama Kuromogramo pun mereka saling mencurigai Kuromogramo bagian lain, ku dengar mereka membenci bagian Rusia. Sebaiknya kau tetap memimpin, mereka semua itu licik bahkan ayahku sangat jijik ketika bertemu dengan mereka"

Roter tersenyum sinis mendengarnya lalu berkata,

"Itu tak akan mungkin terjadi, Reiko. Teramiter memiliki keamanan yang kuat dan jumlah yang banyak. Belum lagi kami punya Sekutu yang besar dan siap untuk membantu. Mereka pasti akan berpikir ribuan kali untuk melakukan aksi kotornya itu"

"Tapi bisa saja itu terjadi. Selama Havontz berkuasa, mereka berencana untuk menyerang kalian, namun untungnya berhasil ditahan oleh ayahku dan pemimpin Kuromogramo bagian Rusia, yakni Vandorgraund"

"Heh, jumlah mereka sangat sedikit, mana mungkin dapat menyerang kami"

"Itu baru Kuromogramo bagian Amerika, belum lagi ditambah aliansinya, total bisa melebihi jumlah keseluruhan anggota Teramiter"

"Jika sampai pertempuran terjadi, akan ku menangkan sangat mudah"

"Biar ku tebak, apa kau penganut paham kiri?"

"Emmm.... Bisa dibilang, tapi hanya setengah"

"Bagaimana dengan ayahmu?"

"Kalau tak salah 70 persen penganut paham kiri dan 30 persen penganut paham kapitalisme"

"Sudah ku duga"

"Kenapa?"

"Ti-tidak apa-apa"

Suasana kembali menjadi hening seketika.

"Ngomong-ngomong gimana?" tanya Reiko.

"Apa?"

"Sudah berapa lama menetap"

"Baru satu minggu"

"Apa kau sudah dapat pekerjaan?"

"Masih belum, aku bingung mau kerja apa"

"Kenapa tak jadi guru saja? kau kan kaya akan ilmu"

"Yo, aku hanya lulusan akademi militer, mana mungkinlah bisa jadi guru"

"Belum dicoba, yaa belum tahu"

"Apa kau yakin itu akan berhasil?"

"Emmm.... Pasti berhasil"

"Nah kan, bohongnya besar"

"Coba dulu, lah.... Masih ada banyak hal yang harus dicoba, siapa tahu kau bisa orang paling penting di Jepang"

"Mungkin nanti saja, aku akan mencari hal seru untuk diriku"

"Jika kau tak mendapat pekerjaan, datanglah kesini dan daftar jadi pelayan, hahaha"

"Haha, tidak! aku sudah pernah menjadi pelayan kafe dan aku tak akan mengambil pekerjaan itu lagi"

"Hahaha, siapa tahu kau mau"

"Tidak, terima kasih, masih ada hal lain yang perlu untuk dicoba, haha"

"Sial..."

Beberapa waktu kemudian, Roter menyelesaikan makanannya. Ia mematikan laptopnya dan memasukkannya kedalam tas. Setelah itu Roter pergi kedalam untuk membayar makanan dan minuman yang ia santap tadi.

"Baiklah, Reiko, berapa totalnya semua?"

"Dua potong sandwich dan satu jus apel, total keseluruhannya 690 Yen, karena kau adalah orang penting yang datang kesini totalnya menjadi 560 Yen saja"

"Sebentar" Roter mengeluarkan dompetnya. Ia lalu dia buat terkejut karena isi dompetnya dipenuhi mata uang Euro.

"Apa uang Euro bisa? hehehe..."

"Maaf tidak bisa, kami hanya menerima uang Yen dan Dollar saja"

"Euro bisa? aku belum tukar uangku di bank"

"Maaf, tidak bisa"

"Ayolah.... Besok ku bayar dengan Yen itu artinya kau dapat dua kali, mengingat mata uang Euro sedikit lebih tinggi"

"Hmmm, kau yakin akan membayarnya besok?"

"Iya, kalau aku tak membayarnya, besok aku mati

"Baiklah, berikan uang Euro mu"

"Ini, hehehe" Roter memberikannya.

"Nominalnya 100 jika ditukar ke Yen maka dapat 3 kali lipat lebih banyak" tambahnya.

"Okeh.... Besok aku tunggu disini"

"Haha, siap"

Roter kemudian keluar dari kafe itu dengan perasaan sangat kecewa karena kehilangan selembar uang yang berharga baginya. Ia memutuskan untuk jalan menuju rumah dan beristirahat dengan tenang.

Berada dalam perjalanan, Roter melewati sebuah sekolah SMA dengan banyak pelajar yang pulang. Berada disana dirinya menjadi sedikit bahan perhatian oleh para pelajar karena punya paras yang tampan.

Roter berhenti dipapan mading depan gerbang karena melihat sesuatu hal yang menarik. Ia mendekati papan mading tersebut dan terfokuskan pada sebuah poster tentang olimpiade umum semua kalangan.

"lomba umum matematika, semua kalangan bisa ikut serta tanpa terkecuali, hadiahnya sebesar 900.000 Yen"

"900.000 Yen? haha mungkin aku bisa ikut"

"Hmmmm... Apakah orang asing dari luar negeri sepertiku ini bisa ikut? nomor teleponnya ada disini tapi aku belum mengganti kartu SIM ku"

"Mungkin sebaiknya bertanya dengan pelajar-pelajar disini"

Roter kemudian menoleh ke kanan dan kiri. Ia lalu mendekati seorang perempuan yang membawa kemonceng berniat membersihkan papan mading.

"Permisi...." ucapnya.

"Iya, ada apa?"

"Kira-kira untuk lomba matematika semuanya bisa ikut?"

"Iya, semua orang bisa ikut"

"Tanpa terkecuali?"

"Iya, tanpa terkecuali"

"Apakah orang asing seperti saya bisa ikut?"

"Hmmm.... Sepertinya Anda bisa, jika ingin tahu lebih detail silahkan menghubungi nomor yang tertera. Anda akan diberi tahu syarat apa saja jika ingin mengikuti lomba"

"Ahh begitu, terima kasih banyak"

"Iya, sama-sama"

Disela-sela itu, Monika dan beberapa temannya keluar dari sekolah. Roter kemudian mendekatinya untuk memberikan sesuatu padanya.

"Monika" panggil Roter dari belakang.

Adiknya kemudian menoleh kebelakang.

"Tangkap ini!" Roter melemparkan kunci rumahnya.

"Aku akan pulang lambat, jadi kau bisa duluan" tambahnya berjalan mundur dihadapan Monika dan temannya.

"Kemana kau mau pergi?"

"Aku akan pergi ke perpustakaan terdekat meminjam beberapa buku sekalian membeli kartu SIM yang baru. Jika aku sudah pulang kita bisa menghabiskan waktu bersama dengan mesra, haha! Auf Wiedersehen (Sampai jumpa)" Roter kemudian meninggalkannya.

Monika langsung tersipu malu mendengar kelakuan kakaknya dihadapan teman-temannya.

"Siapa itu, Monika?"

"Apa itu temanmu?"

"Kayaknya pacarnya, deh"

"Wow! Monika punya pacar? ini sangat sulit dipercaya"

"Aku tak menyangka Monika punya pacar yang tampan"

"Sepertinya kakakmu sengaja" ucap Miruko.

"Dia selalu begitu, aku benci dengannya!" Monika tampak kesal bercampur malu.

Episodes
1 EPISODE 1 - Pensiun
2 EPISODE 2 - Alien dan kafe
3 EPISODE 3 - Persiapan
4 EPISODE 4 - Berangkat
5 EPISODE 5 - Jepang
6 EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7 EPISODE 7 - Teman lama
8 EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9 EPISODE 9 - Kekacauan
10 EPISODE 10 - Pekerjaan
11 EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12 EPISODE 12 - Musuh
13 EPISODE 13 - Konflik
14 EPISODE 14 - Permainan
15 EPISODE 15 - Rapat
16 EPISODE 16 - Mata-mata
17 EPISODE 17 - Great Purge
18 EPISODE 18 - Timur Tengah
19 EPISODE 19 - Eksekusi
20 EPISODE 20 - Pembahasan
21 EPISODE 21 - Licik!
22 EPISODE 22 - Kisah
23 EPISODE 23 - Penyakit
24 EPISODE 24 - Kecurigaan
25 EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26 EPISODE 26 - Pulang
27 EPISODE 27 - Hari yang biasa
28 EPISODE 28 - Kunjungan
29 EPISODE 29 - Obrolan
30 EPISODE 30 - Seseorang
31 EPISODE 31 - Hari cerah
32 EPISODE 32 - Rumah
33 EPISODE 33 - Do Svidaniya
34 EPISODE 34 - Nostalgia
35 EPISODE 35 - Perjalanan
36 EPISODE 36 - Telah sampai
37 EPISODE 37 - Perkara sulit
38 EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39 EPISODE 39 - Motivasi
40 EPISODE 40 - Pertemuan
41 EPISODE 41 - Veteran
42 EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43 EPISODE 43 - Rencana
44 EPISODE 44 - Ketakutan
45 EPISODE 45 - Kesalahan
46 EPISODE 46 - Dokumen
47 EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48 EPISODE 48 - Masalah Besar
49 EPISODE 49 - Resolusi
50 EPISODE 50 - Awal
51 EPISODE 51 - Rutinitas
52 EPISODE 52 - Kegiatan
53 EPISODE 53 - Latihan
54 EPISODE 54 - Draft
55 EPISODE 55 - Gelagat
Episodes

Updated 55 Episodes

1
EPISODE 1 - Pensiun
2
EPISODE 2 - Alien dan kafe
3
EPISODE 3 - Persiapan
4
EPISODE 4 - Berangkat
5
EPISODE 5 - Jepang
6
EPISODE 6 - Memulai kehidupan
7
EPISODE 7 - Teman lama
8
EPISODE 8 - Sebuah arti penting
9
EPISODE 9 - Kekacauan
10
EPISODE 10 - Pekerjaan
11
EPISODE 11 - Tentang kehidupan
12
EPISODE 12 - Musuh
13
EPISODE 13 - Konflik
14
EPISODE 14 - Permainan
15
EPISODE 15 - Rapat
16
EPISODE 16 - Mata-mata
17
EPISODE 17 - Great Purge
18
EPISODE 18 - Timur Tengah
19
EPISODE 19 - Eksekusi
20
EPISODE 20 - Pembahasan
21
EPISODE 21 - Licik!
22
EPISODE 22 - Kisah
23
EPISODE 23 - Penyakit
24
EPISODE 24 - Kecurigaan
25
EPISODE 25 - Kegiatan kotor
26
EPISODE 26 - Pulang
27
EPISODE 27 - Hari yang biasa
28
EPISODE 28 - Kunjungan
29
EPISODE 29 - Obrolan
30
EPISODE 30 - Seseorang
31
EPISODE 31 - Hari cerah
32
EPISODE 32 - Rumah
33
EPISODE 33 - Do Svidaniya
34
EPISODE 34 - Nostalgia
35
EPISODE 35 - Perjalanan
36
EPISODE 36 - Telah sampai
37
EPISODE 37 - Perkara sulit
38
EPISODE 38 - Sankt Petersburg
39
EPISODE 39 - Motivasi
40
EPISODE 40 - Pertemuan
41
EPISODE 41 - Veteran
42
EPISODE 42 - Aktivitas biasa
43
EPISODE 43 - Rencana
44
EPISODE 44 - Ketakutan
45
EPISODE 45 - Kesalahan
46
EPISODE 46 - Dokumen
47
EPISODE 47 - Jangan Gegabah!
48
EPISODE 48 - Masalah Besar
49
EPISODE 49 - Resolusi
50
EPISODE 50 - Awal
51
EPISODE 51 - Rutinitas
52
EPISODE 52 - Kegiatan
53
EPISODE 53 - Latihan
54
EPISODE 54 - Draft
55
EPISODE 55 - Gelagat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!