Part 19

Biru langsung melajukan mobilnya begitu saja. Ia menepi sebentar diambang kebimbangan, mendadak begitu kesal, tapi cukup kasihan. Setelah berhasil menguasai emosi dirinya Biru memutuskan untuk berputar arah dan kembali menjemput istrinya. Namun, sayang sekali Inggit sudah tidak ada di lokasi. Biru merasa buang-buang waktu dan semakin kesal. Kali ini ia memutuskan pulang saja dan benar-benar bersikap bodo amat.

Biru mengumpat kesal ketika sampai rumah menangkap bayangan mobil Papanya terparkir di pekarangan rumahnya. Pria itu kembali berputar arah dan hendak menjemput Inggit yang sengaja Biru tinggal di jalanan yang sepi, siapa tahu tadi terlewat dan Biru tidak benar melihatnya. Biru memang raja tega, tetapi pulang tanpa Inggit di bawah tatapan orang tuanya jelas bukan solusi. Dari pada diberondong pertanyaan yang membuat sakit kepala, mencari dan menjemput Inggit kembali di jalanan jelas pilihan yang paling tepat.

"Biru!" seru Mama Diana, menangkap mobil Biru yang hendak berbalik arah.

Mampus gue

"Eh, Mama sama Papa, kok tumben malam-malam ke sini?" jawabnya dibuat setenang mungkin.

"Inggit mana? Kenapa kamu pulang sendirian!" Mama Diana sampai mengintip ke dalam mobil.

"Ada kok Mah, ini mau aku jemput," kilahnya beralasan.

"Awas saja kalau sampai kamu ninggalin dia, Mama nggak segan-segan bikin perhitungan sama kamu," ancam Mama kesal.

"Enggak Mama sayang, kalau gitu ... aku jemput istriku dulu ya Mah. Soalnya tadi tuh lagi ngobrol asyik sama temannya, jadi Biru berasa ganggu." Biru harus bisa meyakinkan orang tuanya.

"Ini sudah malam, sebaiknya kamu bawa istri kamu pulang." Mama Diana menatap aneh putranya.

Biru memutar arah mobil, pria itu melajukan mobilnya dengan cepat.

Biru yakin sekali ia menurunkan Inggit di sekitar sini, namun sayangnya dua kali memutari jalanan sepi itu, Inggit sama sekali tidak ia temukan. Menurut perhitungannya, seharusnya istrinya itu akan berjalan tak jauh dari sini mengingat jalanan ini sepi tanpa kendaraan berlalu lalang. Seandainya Inggit pulang, juga sudah barang tentu berpapasan jalan.

"Inggit mana sih! Hobby banget hidupnya nyusahin orang, lo pikir gue punya banyak waktu buat nyari-nyati lo gitu, sial!" umpat Biru gusar. Malam semakin larut dan orang tuanya pasti akan murka bila pulang tidak membawa menantu kesayangannya.

Biru menggebrak bundaran setir berkali-kali untuk mencurahkan rasa kesalnya.

"Awas Nggit sampai nggak pulang malam ini, habis lo besok pagi!" tukasnya lugas, berujar tanpa ampun.

Hampir dini hari Biru masih mondar mandir di jalanan. Pria itu tidak berhasil menemukan Inggit. Tepat jam dua pagi, Biru putuskan pulang ke rumah. Ia cukup lega mendapati kedua orang tuanya sudah tidak menunggu di rumahnya. Permasalahannya, ke mana Inggit pergi? Entah mengapa pria itu menjadi tidak tenang, dan rasa bersalah bersarang di hatinya.

Kantuk yang menyerang membuat pria itu memutus kinerja otak untuk beristirahat. Biru lupa, kalau hari ini bahkan ada rencana pergi berlibur dengan Hilda. Pria itu terbangun dari tidur pulasnya setelah matahari meninggi.

Pagi-pagi entah sudah deringan keberapa ponsel Biru memekik. Di sana ada banyak panggilan dari Hilda yang mencurahkan kekesalannya karena semalam meninggalkan begitu saja di acara pesta.

Hilda akhirnya pulang ke rumah dengan taksi, Biru berujar minta maaf dan ingin mengembalikan waktu fullnya nanti saat liburan. Biru baru saja selesai mandi, pria itu keluar kamar dan baru menyadari rumah ini terasa sepi dan berasa ada yang hilang. Ternyata penghuni sofa itu kosong, pria itu keluar rumah menemukan motor Inggit yang masih terparkir rapih seperti kemarin, itu tandanya istrinya itu tidak pulang dari semalam.

"Inggit ke mana?" gumamnya mulai tidak tenang.

Semalam ia menurunkan di tempat yang lumayan sepi, pria itu gusar sendiri. Mencoba menghubungi ponselnya berkali-kali tapi hasilnya nihil. Panggilan tidak bisa terhubung, Biru semakin gusar kala mendapati berita di pagi hari dengan korban pemerkosaan dan pembunuhan. Pria itu sampai menyemburkan kopi di mulutnya saat news anchor menyebutkan ciri-ciri identitas korban.

"Astaga ... Inggit!" pekik Biru tak tenang. Laki-laki itu langsung melesat keluar rumah dan menuju rumah sakit untuk memastikan korban yang terjadi semalam. Biru benar-benar ngerasa bersalah dan dalam masalah besar kalau itu beneran istrinya.

***

Lain Biru lain pula Inggit, mereka sama-sama tidak tenang dalam konteks yang berbeda. Setelah membersihkan diri dari kamar mandi yang lumayan lama. Gadis itu hanya berdiam saja duduk di sofa kamar Ares.

"Kamu istirahatlah di ranjang, jangan takut, aku punya batasan jika kamu tidak menginginkannya. Tidurlah, biar aku yang berbaring di sofa," ucap pria itu tenang.

"Inggit bergeming, masih syok dan bingung atas perlakuan lembut Ares terhadap dirinya. Bahkan Inggit tidak mengira pria itu adalah jenis pria yang begitu pengertian dan penyayang. Hatinya benar-benar tersentuh atas perlakuan hangatnya. Kalau boleh jujur, Inggit sudah mulai nyaman berdampingan dengan pria itu.

Ares seharusnya malam ini harus pulang ke rumah. Mengingat bunda Naya akan cerewet sekali menanyakan keberadaannya. Namun, ia tidak tega meninggalkan Inggit yang tidak mau ditinggal karena ketakutan.

Inggit belum beranjak sama sekali, pikirannya masih sibuk berkelana yang entah menerawang hal apa. Ares menggeleng pelan, pria itu tidak ambil pusing dan langsung mengangkat tubuh Inggit membawanya ke ranjang.

"Auw ..." desis Inggit pelan saat tak sengaja Ares menyenggol luka di pundaknya.

"Kamu kenapa? Ada yang luka?" Ares berujar cemas, ingin memeriksa tetapi langsung terhenti begitu menyadari luka Inggit di pundaknya dan itu artinya pria itu harus menyingkap baju yang dipakai gadis itu.

"Sorry ... tapi luka kamu harus diobati," tatap Ares memohon.

Inggit bergeming, dengan bingung ia membuka satu kancing kemeja atasnya dan sedikit membuka pundak polosnya. Ares menelan salivanya susah payah, pria itu sedikit gugup menenangkan hatinya yang hampir meledak aneh, karena desiran yang tak biasa.

Hey, hati ... please ... jangan nglunjak, ini cewek baik yang harus lo jaga. Jangan aneh-aneh apalagi ngajak otak berpikir gila.

"Mmm ... udah?"

"Eh, belum. Luka kamu lumayan dalem, seperti bekas cakaran kuku, ini harus diobatin, aku ambil salepnya dulu," ujar pria itu lalu.

Ares kembali ke ranjang, memunggungi Inggit dan segera memberi obat untuk lukanya.

"Siapa yang ngelakuin ini? Apakah pria-pria brengsek itu, atau ... Biru!" tanyanya tegas. Hatinya sakit melihat goresan kecil di pundak Inggit.

Inggit terdiam, tidak minat untuk menjawab, dirinya bahkan masih syok kalau mengingat kejadian beberapa jam yang lalu itu. Mungkin hari ini memang Ares belum menemukan bukti, tetapi pria itu cukup tertarik untuk mengulik tabir kehidupan gadis itu. Dari awal bertemu, Inggit itu beda dari kebanyakan cewek lainnya yang terlalu memuja jenis pria seperti dirinya. Tetapi Inggit bahkan terkesan cuek dan datar saja.

Setelah gadis itu terlelap damai, Ares merapikan selimutnya, menatapnya lekat, dan kembali berbaring di sofa dengan masih menatap wajah Inggit dengan penuh tanda tanya? Ia tidak pernah menyangka dirinya bisa seatap, bahkan sekamar dengan gadis yang selama minggu-minggu ini selalu menghantui hidupnya.

Terpopuler

Comments

Kal

Kal

ares... aku ngefans ah

2023-03-08

0

Julyzee

Julyzee

ego bgt lu bi...

2022-12-24

0

Lilisdayanti

Lilisdayanti

JANGAN di balikin lnggit THUR biar sama ares aja 🙈🙈🤭

2022-11-30

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!