Part 9

Inggit sengaja hanya membuat menu masakan untuk dirinya sendiri. Perempuan itu tidak peduli dengan suaminya yang hanya menganggap angin lalu.

"Nggit, bagian gue mana? Gue lapar," ujar pria itu mendekati Inggit yang tengah menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Buat aja sendiri," jawab Inggit cuek.

"Ish ... emang ngeselin lo jadi cewek, nggak ada manis-manisnya sama sekali, pantes aja sampe sekarang lo masih jomblo," ejek pria itu sinis.

Inggit bergeming, tidak meladeni perkataan suaminya. Gadis itu memilih pergi dari hadapan Biru dari pada debat yang bakalan menghabiskan energinya. Inggit bahkan mengabaikan Biru acuh.

Melangkahkan kakinya menuju kamar seraya melihat film di laptopnya.

Usai makan Inggit hendak bersih-bersih. Mencuci sepatu dan baju kotor miliknya. Gadis itu baru teringat, di dalam tasnya menyimpan kemeja Ares, yang tak sengaja ia kotori. Inggit tidak langsung memasukkan baju kotor tersebut ke mesin cuci melainkan merendamnya terlebih dahulu. Mengingat hari ini gerimis, mencuci bukan solusi.

Sementara Biru menggerutu sedari tadi, perutnya sudah lapar tapi delivery order tidak datang-datang. Sementara meminta bantuan Inggit sudah jelas bukan pilihan yang tepat. Urusan dapur tentu saja Biru tak tahu, di rumahnya ia hanya tinggal memerintah, dan tidak ada yang susah dalam hidupnya. Biru merasa semakin sial semenjak menikah dengan wanita itu, bahkan hak warisnya pun masih ambigu, Papa Biru benar-benar mengujinya.

"Sepertinya gue bisa mati kalau tidak makan," gumamnya pelan.

Biru melongok Inggit yang tengah sibuk di depan layar laptopnya. Ia masuk ke kamar, terdiam namun detik berikutnya berdehem-dehem meminta atensi istrinya.

"Kenapa lo, batuk? Kalau batuk berobat sana, jauh-jauh sekalian nanti nular," ujar perempuan itu geli.

"Lo lagi sibuk nggak?"

"Lihat aja sendiri, punya mata kan?"

"Ada dua kiri dan kanan, dan gue lihat lo sama sekali nggak sibuk, jadi ... buatin gue nasi gor---"

"Nggak mau," jawabnya cepat.

"Istri durhaka," sarkas pria itu sengit.

Inggit kesal, tapi ia merasa kasian juga dengan laki-laki berstatus suaminya itu. Ia menyusul Biru yang sudah keluar dari kamar dengan membanting pintu.

"Mau yang pedes atau sedang?" tawarnya mencari jawaban. Inggit sama sekali tidak tahu selera makan pria itu.

"Terserah!" jawabnya cuek. Ngambek, kesal, lapar tapi gengsi.

"Oke deh, kalau terserah gue kasih cabe sekilo," ucapnya datar.

Biru melotot sengit, apa yang dikatakan mulut perempuan itu bisa menjadi nyata mengingat gadis itu dan dirinya saling bermusuhan dalam satu ikatan.

"Ya dikira-kira 'kan bisa, kok hal kaya gitu aja nggak ngerti sih?"

"Ya 'kan yang mau makan elo BAMBANG, ya mana gue tahu selera lo ...!" kesal Inggit ngegas.

Gadis itu mulutnya marah-marah, namun tangannya sibuk mengerjakan apa yang ada di depan mata.

"Nih, makan yang banyak, biar waras. Biar bisa lebih menghargai perempuan," ucap Inggit dengan penuh penekanan.

"Cerewet lo, dasar, cewek mulutnya banyak!" celetuknya menyebalkan.

Biru makan dengan lahap, sepertinya pria itu memang lapar terbukti tidak sampai sepuluh menit, makanan di piring itu licin tandas tak tersisa.

"Kapan lo mau cerain gue?" Inggit sudah tidak tahan terjebak dalam pernikahan semu.

"Secepatnya, tapi kalau lo mau lebih cepat kenapa lo nggak protes saja sama Papa."

"Baiklah, karena lo sudah tidak sabar menjadi janda Albiru Rasdan, mungkin dalam waktu dekat ini gue harus bilang ke Papa agar mempercepat pengesahan hak waris gue." Biru memang sengaja bersikap sedingin itu, ia ingin Inggit menyerah dan merengek meminta pisah darinya.

"Gue tunggu kabar baiknya," ucap gadis itu datar, berlalu meninggalkan meja makan dan kembali ke kamarnya.

Hari sudah menjelang sore, Biru berencana menghadap orang tuanya. Tentu saja pria itu harus berakting manis dan membawa Inggit ke sana. Mama Diana bahkan sangat antusias menanti menantu kesayangannya datang dengan suka cita.

Biru masuk ke kamar, melirik Inggit sekilas dan langsung menuju kamar mandi. Pria itu memang tidak tahu aturan, bisa-bisanya mengabaikan adab kesopanan. Ya mungkin kalau rumah tangga wajarnya semua itu tidak masalah, tapi untuk rumah tangga mereka yang hanya setingan tentu kamar adalah ranah privasi untuk dirinya, jadi ... sudah barang tentu gadis itu merasa tidak nyaman dengan karakter pria itu yang keluar masuk tanpa ketuk pintu.

"Nggit! Inggit!" teriak Biru dari celah pintu kamar mandi.

Inggit bergeming, mengabaikan panggilan Biru yang mampir di indera pendengarannya.

"Inggit ...!!" teriak pria itu menambah satu oktaf.

Inggit mengalihkan pandangannya pada layar laptop, lalu menyorot suaminya yang berisik itu.

"Apa!?" jawabnya santai.

"Ambilin handuk, gue lupa!" titah pria itu seenaknya.

"Lo pikir lo itu siapa, nyuruh-nyuruh gue mulu kerjaan lo dari tadi," jawab Inggit kesal, mengabaikan perintah Biru begitu saja.

"Gue lupa, nggak mungkin kan gue keluar dari sini tanpa sehelai benang pun," ancam pria itu.

Mendengar penuturan Biru, Inggit langsung bangkit dari kasur sekaligus membawa laptopnya, mengayunkan langkahnya ke luar.

"Sialan tuh cewek, nggak ada hari tanpa bikin kesel," celetuk pria itu syarat akan kebencian yang haqiqi.

Inggit tidak menggubris gerutuan Biru sedikit pun, gadis itu bersikap bodo amat, merasa lebih nyaman pindah haluan tanpa gangguan.

"Ganti baju lo, temenin gue ke rumah Mama," ucap pria itu.

"Lo aja sendiri, gue ogah!" tolaknya tegas.

"Inggit! Dari tadi gue udah nahan sabar ya, jangan sampe kesabaran gue habis karena lo susah buat diajak kerja sama."

"Kerja sama apa? Lo kalau mau pulang, sana pulang! Gue si ogah nemenin lo ke rumah Tante Diana, entar ujung-ujungnya bohong banyak drama, udah cukup dosa gue karena main-main dengan pernikahan yang nggak jelas kaya gini."

"Justru itu, gue sekarang mau baik-baikin Mama sama Papa supaya mereka percaya hubungan pernikahan kita semakin harmonis, setelah semua apa yang gue mau didapat, gue janji bakalan langsung ngelepasin ikatan kita," jelasnya yakin.

Inggit menimbang-nimbang perkataan Biru, gadis itu bingung tapi pada akhirnya mengiyakan perkataan Biru. Lebih cepat lebih baik, begitu pikiran yang ditangkap Inggit.

"Oke deh gue mau, tunggu sebentar gue ganti baju dulu," ujar wanita itu berlalu.

Kurang lebih berkendara tujuh belas menit empat puluh lima detik, motor Biru menyambangi rumah orang tuanya. Sampai di sana, Tante Diana begitu antusias menyambut kedatangan mereka.

"Sayang ... masuk." Sambut Mama Diana ramah. Kedua anak tersebut menyalami kedua orang tuanya dengan takzim.

Biru tengah mengobrol bersama papanya, sementara Inggit sibuk di dapur bersama Mama Diana. Inggit ikut membantu memasak, untuk makan malam. Keakraban langsung terjadi di antara mereka. Inggit sangat disayang oleh Mama Diana, sementara Biru menatap iri terhadap istrinya yang kelihatannya sangat disayangi kedua orang tuanya itu.

"Seneng banget lihat kalian akur gini, kompak," celetuk Mama Diana senang. Mereka tengah makan malam bersama.

Inggit dan Biru hanya menanggapi dengan senyuman tipis.

"Jadi, kapan kalian akan bulan madu?"

"Minggu depan Pah," jawab Biru semangat.

"Aww ... " desis Biru mendapat injakan sengit dari Inggit. "Sayang ... kita sudah obrolin ini lho sebelumnya, iya 'kan sayang?" Inggit mendelik dengan panggilan Biru untuk dirinya yang memuakan itu.

Papa Rasdan dan Mama Diana saling melirik terus tersenyum melihat tingkah kedua anaknya. Mereka pikir keduanya malu-malu dan kelihatan sangat imut di mata orang tua mereka. Apalagi tangan Biru yang sok-sokan merengkuh Inggit tentu saja menambah nilai plus keyakinan hubungan mereka.

"Tangan lo, kondisikan Al," bisik Inggit sengit penuh penekanan.

"Bentar doang, kalau nggak gini, nyokap mana percaya. Atau gue cium aja gimana?" ucap pria itu lirih, menaik turunkan alisnya.

"Kalian manis sekali, bisikin apa sih?" kepo Mama Diana.

"Jadi nggak sabar, pingin cepet punya cucu," celetuk Pak Rasdan. Sontak membuat Inggit sampe tersedak makanan.

Terpopuler

Comments

Julyzee

Julyzee

hhhhhh kebayang ga si liat biru makan cabe sekilo😂😂

2022-12-24

0

Lilisdayanti

Lilisdayanti

nah loh biru,,mau ngomong apa loh,, Bokap sudah minta cucu2 🤭🤭

2022-11-30

0

Aisyah Septiyasa

Aisyah Septiyasa

Bikin gereget aja nih

2022-11-06

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!