Part 6

Pagi harinya Inggit terjaga, gadis itu melirik ponsel dan melihat jam di sana. Ternyata masih lumayan pagi, tapi tak apa, gadis itu segera mandi dan bersiap ke kampus. Inggit melirik Biru yang masih terlelap damai. Pria itu pasti akan kesiangan ke kampus pagi ini.

"Rasain lo, telat deh. Hahaha." Gadis itu terkekeh puas.

Bukan hanya itu, Inggit juga menonaktifkan keran air di rumahnya, jadi praktis pria itu tidak akan bisa mandi karena airnya mati. Inggit tertawa puas, ia merasa pagi ini begitu gila, bisa bereksperimen dengan nyata, dan yang Inggit kerjain adalah suami batunya yang sudah lama Inggit benci.

Inggit dan Biru sudah saling membenci sejak lama. Kekasih sahabatnya itu memang tidak ada akur-akurnya sama sekali. Karakter Biru yang membuat Inggit muak, dan sifat Inggit yang membuat Biru males, ke duanya klop saling sengit walaupun tak pernah terucap secara langsung, dan hari ini Inggit merasa kesempatan itu berpihak padanya. Saatnya membuat pria arogan itu menikmati karma.

Inggit sudah melesat ke kampusnya dengan scoopy kesayangannya. Gadis itu melebarkan senyum ceria sepanjang jalan keberangkatan.

Lain Inggit lain juga Biru, pria itu baru saja terjaga setelah pekikan alarm menggema. Dengan malas tangan Biru menjulur ke meja nakas dan mematikannya. Sekilas samar netranya menangkap jarum jam pendek di angka sembilan lewat empat puluh lima menit siang. Pria itu terjingkat tak percaya, ia segera bergegas turun dari ranjang dan melesat ke kamar mandi.

Siang ini Biru ada kuliah pukul sepuluh siang, itu tandanya ia sudah hampir telat. Tangan pria itu memutar keran dan tidak menemukan sedikitpun air yang mengalir dari sana.

"****!! Pake acara mati segala, akhh ... telat gue!" racaunya kesal.

"Inggit, awas lo ya, nggak bangunin gue," batinnya geram. Pria itu melangkah lebar ke luar dari kamar dan tidak menemukan gadis itu di rumahnya.

"Inggit! Inggit!" teriaknya geram, melangkah ke luar dan tidak menemukan motornya. Itu artinya gadis itu telah pergi meninggalkan rumah.

"Cewek sialan, jangankan bangunin tidur, malah pergi tanpa pamitan."

Well ... kenapa juga harus pamitan, bukankah mereka hidup versi masing-masing?

Biru benar-benar kesal, ia akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah Mama. Masih dengan muka bantalnya, pria itu mengendarai motor CBRnya.

"Pagi Den?" sapa mbok Darmi ART di rumah Biru.

"Pagi mbok, Mama sama Papa udah pada berangkat ngantor ya mbok?" tanyanya clingukan demi menilik rumah yang sepi.

Kedua orang tua Biru selalu sibuk, pria itu selalu ditemani mbok Darmi sedari dulu. Pria itu masuk ke dalam kamar yang belakangan ini ia tinggalkan, rasanya begitu kangen. Tidur di rumah kecil pemberian orang tuanya sungguh merepotkan, tempatnya cukup nyaman, tapi sayangnya harus tinggal bersama orang yang Biru sendiri tidak berminat untuk bersama.

Biru segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Pria itu terpaksa pagi ini bolos, sudah terlambat juga percuma, ia akan berangkat untuk siang hari pukul 13.00.

"Mbok, tolong buatin aku sarapan ya?" pinta pria itu setelah mengambil duduk di ruang makan.

"Siap Den," ucap mbok Darmi sambil lalu.

Lima belas menit berlalu, pria itu tengah menikmati nasi goreng buatan mbok Darmi yang belakangan sangat ia rindukan. Makanan buatannya sudah melekat di lidahnya, sehingga tak heran pria itu merasa ketagihan.

"Mbok, nanti tolong jangan bilang Mama sama Papa kalau aku pagi ini ke sini, aku sedang masa percobaan di rumah baru, nanti Papa bisa murka," curhatnya merasa waswas.

"Tapi Den, simbok bohong dong," ujarnya bernego.

"Nggak pa-pa cuma pagi ini aja kok mbok, tenang aja nanti dosanya aku yang tanggung." Biru terkekeh.

Sementara Inggit baru saja usai kelas, gadis itu sudah tidak ada kelas untuk siang ini. Inggit memutuskan untuk jalan bersama sahabatnya Hilda. Mereka sore nanti mau ke mall hanya untuk main dan menghilangkan penat.

"Nggit, ada yang mau dibeli?" Mereka sudah sampe di mall dan tengah melihat-lihat sepatu.

"Ini kayaknya bagus sih, gue jadi pengen?" ujar Hilda meneliti merk sepatu.

"Wao ... mehong bat," gumamnya seraya menilik merk yang lain.

"Ambil aja kalau suka." Itu suara seorang laki-laki yang tiba-tiba muncul diantara mereka.

"Om Gala? Om di sini?" tanyanya tak percaya.

"Iya, kenapa pesan Om nggak pernah di respon?"

"Emm ... maaf Om, itu ... aku lagi sedikit sibuk untuk urusan kampus, jadi ... suka lupa, iya lupa," kilahnya mencari alasan.

Inggit menoel lengan Hilda yang bersikap aneh di depan pria itu. "Siapa Da? Kok lo langsung akrab aja, saudara?" tanyanya penuh selidik.

Hilda mengangguk, namun Inggit tidak percaya begitu saja, ia menangkap kilatan genit di mata Om itu.

"Eh, Om, kenalin ini Inggit teman kuliah Hilda."

Inggit mengangguk sopan, mengabaikan uluran tangan pria itu.

"Da, pindah tempat yuk, gue nggak nyaman," keluh gadis itu.

"Bentar, gue nggak enak," bisik Hilda pelan.

"Om, aku duluan ya?" pamitnya sungkan.

"Eh, nantilah tunggu sebentar. Ini nggak jadi ambil, Om traktir?" tawarnya mengerling. "Sekalian teman kamu juga boleh?"

Inggit melirik sekilas pria dewasa tersebut, ia semakin tidak nyaman dengan tatapan laki-laki itu yang liar, meneliti tubuh Hilda dan juga tubuhnya.

"Boleh deh Om, ayo Nggit ambil aja mumpung ada yang gretongan," selorohnya senang.

"Makasih Om, tapi Inggit sedang tidak butuh barang-barang tersebut," tolaknya halus.

"Sayang sekali, padahal Om nggak papa kalau ambil banyak, bagaimana kalau kita makan dulu, ayo nanti Om traktir," ujar pria itu.

Inggit menggeleng tapi Hilda mengangguk. Bahkan Inggit merasa tidak enak dengan situasi yang ada.

"Nggit, lo jangan polos-polos amat dong, udah terima aja," Hilda baik, tapi untuk situasi sekarang Inggit benar-benar kesal. Kapan sahabatnya akan tobat, bersikap tak selayaknya sebagai seorang yang notabenenya hanya kenalan saja.

"Da, gue duluan aja deh, masih ada yang musti gue kerjain habis ini," ujar Inggit pamit.

Inggit berjalan berlainan arah dan tergesa, gadis itu tak sengaja menabrak seseorang hingga tanpa sengaja wajahnya menempel dada bidangnya.

"Aduh ... sorry, sorry nggak sengaja." Inggit gelagapan sendiri melihat pria di depannya hanya diam saja tanpa ekspresi. Pria itu bergeming, membiarkan Inggit menyamarkan liptint yang sedikit meninggalkan bercak di kemeja putihnya.

"Kamu sengaja ya?" tanyanya dingin.

Inggit menoleh menatap mata pria itu, spontan gadis itu mundur beberapa langkah untuk memberi jarak yang teramat dekat.

"Maaf, Tuan, kemeja anda kotor," ujar pria di sampingnya. Pria itu ingin membantu menghapusnya tapi Pria bertubuh tegap itu menolak.

"Biarkan nona ini bertanggung jawab," ucapnya spontan.

Terpopuler

Comments

Mebang Huyang M

Mebang Huyang M

suka2 dr awal ceritanya semoga endingnya bagus.

2023-10-17

0

Julyzee

Julyzee

bgs ngit manfaatin dulu buat cemburuin si kepala batu

2022-12-24

1

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️

selingkuhannya Hilda ini yak .. 🤔😏

2022-12-23

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!