Biru klimpungan sendiri mencari Inggit. Ia cukup lega karena berita korban pelecehan yang berakhir pembunuhan semalam bukan istrinya. Namun, ia masih bingung sendiri kenapa Inggit tidak pulang, dan kemana perginya. Entah mengapa, hati Biru tak tenang.
Sementara Hilda marah-marah tak terima dengan dibatalkannya liburan mereka. Perempuan itu ngambek, ekspektasinya tak sesuai realita yang tersusun rapi.
"Lo pikir cowok cuma lo doang, dasar pria b*doh!" umpat Hilda kesal. Perempuan itu tetap berjalan sesuai keinginannya. Mungkin bagi Hilda, Biru hanya selingan, yang mana masih bisa dipertahankan sebagai ATM berjalan.
Biru ingin sekali bertanya pada Hilda tentang keberadaan Inggit mengingat mereka sahabat karib. Tetapi pria itu tidak sampai hati bertanya, takut-takut perempuan itu salah paham atas dasar urusan apa, terlebih kekasihnya itu sedang ngambek. Biru berjanji mengirimkan sejumlah uang saja untuk membuat perempuan itu kembali ceria, menghabiskan waktu yang seharusnya di habiskan berdua.
Bagi Biru hubungannya dengan Hilda itu sejenis simbiosis mutualisme, sama-sama diuntungkan. Biru butuh kepuasan sesaat dan Hilda tentu saja butuh uang. Walaupun akhir-akhir ini pria itu sudah absen cukup lama. Biru pikir setelah menikah masalah akan berangsur menghilang karena orang tuanya menaruh harapan dan kepercayaan yang besar. Tapi justru semenjak menikah dengan Inggit, Biru mendapati masalah yang tak berkesudahan, jadi praktis sejak saat itu Biru jarang sekali menghabiskan waktu sedikit lebih lama dengan kekasihnya itu.
Liburan yang digadang-gadang menjadi moment paling romantis ke duanya pun ambyar gagal total dengan menghilangnya Inggit semalam. Tentu saja Biru tidak tenang, bagaimana kalau orang tuanya tiba-tiba datang, atau bahkan Papa sama Mamanya berkunjung ke rumah mereka dan ingin bertemu dengan menantu kesayangannya itu, terancam masalah besar untuk Biru.
"Lo ada lihat Inggit nggak?" tanya Biru pada sahabatnya yang semalam mengajak ke acara pesta. Nathan dan Biru sedang menghabiskan waktu di basecamp.
"Nggak, aku juga sudah menghubungi berkali-kali tapi tidak diangkat, Inggit kemana ya, kok gue ngerasa nggak enak, terakhir malam pergi bareng gue, sayangnya dia misah dan tiba-tiba pamit pulang melalui pesan, gue langsung keluar gedung nyariin, eh Inggit udah nggak ada, semoga dia nggak kenapa-kenapa?" jelas Nathan panjang. Pria itu cukup mengkhawatirkan gadis itu.
"Lo tumben, nanyaiin Inggit? Setahu gue ... bukannya lo anti sama dia, atau jangan-jangan lo juga mulai ngelirik dia nih," tuduhnya tanpa basa-basi.
"Enak aja, gue anti lah sama cewek modelan kaya gitu, cuma nanyain aja disuruh Hilda, dia kan sahabatnya tuh, jadi dia juga merasa kehilangan, karena nomor Inggit tidak bisa dihubungi, dan lo adalah orang terakhir yang ngajak Inggit jalan, siapa tahu lo ada sama dia, atau mungkin tahu posisi dia."
"Owh ... bener nih ..., kok tiba-tiba aneh kalau lo peduli, setahu gue nih ya ... Albiru Rasdan tidak pernah peduli dengan siapapun, bahkan dengan Hilda sekalipun yang notabene kekasih lo mana pernah lo perhatian, lo cuma pakai, habis itu entahlah ... "
"Sialan lo, kalau ngomong jangan terlalu jujur, gue emang brengsek tapi setidaknya kita sama-sama mau dan tidak ada unsur pemaksaan," kilahya cepat.
"Gue sih big no, apalagi penjajakan wanita yang kelas random. Masih aku pantau, tapi kalau sama Inggit kalau dia mau boleh juga, aku yakin dia masih bersegel."
Biru sampai tersedak minumannya sendiri mendengar penuturan sahabatnya. Entah mengapa dia merasa tidak rela, Inggit di jamah pria lain selain dirinya.
"Hari gini mana ada cewek segel, yang ada juga seribu satu."
"Inggit itu beda, aku pernah denger dia berhubungan sama kating kita, Banyu Wijaya, lo tahu kan cowok itu tipe kaya apa, idola pada masanya, tapi denger-denger Inggit putus dari dia demi tetap menjaga kesuciannya, dan gue tahu itu tentu saja dari Hilda. Jujur belakangan ini gue banyak mencari tahu tentang Inggit, mulai dari masa lalunya, silsilah keluarganya, dan fiks gue tertarik cewek modelan kaya dia cocok banget buat gue jadiin istri."
Lagi-lagi Biru tersedak minumannya sendiri, pria itu sampai terbatuk-batuk air mata. Nathan yang duduk di sebelahnya pun sampai membantu memenangkan pria itu.
"Lo kalau minum pelan-pelan dong, nyampe segitunya. Minum dulu bro, pelan-pelan lah, nggak bakalan ada yang minta."
"Nggak pa-pa makasih, sepertinya gue udah harus pulang," ujarnya bangkit dari duduk, dan meninggalkan kafe dengan hati gusar. Mendadak Biru terngiang-ngiang perkataan Nathan. Dirinya bahkan belum pernah merasakan jenis perawan mana pun, rasanya mustahil dan tidak mungkin mendapatkan istri yang masih segelan.
Biru tidak pernah mempermasalahkan hal itu, bahkan rasa serius dengan seorang wanita pun masih enggan, tapi lagi-lagi perkataan Nathan membuat pria itu halu sendiri. Nathan bahkan dengan gamblang menerangkan kekagumannya pada Inggit yang notabene adalah istrinya. Mendadak Biru kepikiran hal itu sepanjang malamnya.
Hingga malam menyambangi bumi, Inggit masih belum kembali, dan ini malam ke dua kalinya istrinya itu tidak pulang ke rumah. Dua hari pula Hilda mendadak tidak bisa dihubungi. Padahal pria itu lagi kangen dan pingin ngobrol, tapi sayang kekasihnya itu tidak merespon. Mendadak ikut menghilang tanpa kabar.
***
Sementara Inggit masih betah di apartemen Ares. Gadis itu tadinya sudah mau pergi pamit keesokan harinya, setelah gadis itu sudah mendapati dirinya baik-baik saja.
"Sebaiknya kamu tinggal di sini dulu Nggit, atau kamu boleh tinggal di sini sesuai yang kamu mau," ujar Ares menerangkan.
Inggit benar-benar merasa tidak enak, jatuhnya perempuan itu merasa tidak enak terhadap pria baik hati di depannya.
"Maaf, aku jadi merepotkan," jawab Inggit sungkan. Inggit baru saja selesai mandi dan sarapan. Ares membantu Inggit selama dua hari ini, dan itu benar-benar membuat Inggit canggung.
"Nggit, sorry kalau aku ikut campur urusan kamu, sebenarnya ada hubungan apa kamu sama Nathan, dan juga ... Biru? Mengapa dalam satu waktu pria itu nampak dekat denganmu?"
Inggit terdiam beberapa saat sebelum akhirnya membuka mulutnya yang kelu.
"Teman, kami berteman baik," jawab Inggit lirih.
"Dengan?"
Inggit memejamkan matanya sebentar, gadis itu harus berhati-hati dalam mengambil sikap, salah-salah Ares benar-benar mengintrogasinya.
"Mereka," jawabnya mengalihkan tatapan wajahnya.
"Kamu datang dengan Nathan, tapi kamu pulang dengan Biru, apa kamu sedekat itu? Kenapa harus berakhir di jalanan?"
Skak mat! Kali ini Inggit benar-benar bingung memilih padanan kata yang pas menggambarkan status dirinya dengan Biru.
"Nggit, kenapa nggak jawab, sorry bukannya lancang, tapi ke dua pria itu terus menghubungi ponselmu semenjak hari itu," jelas Ares. Pria itu memergoki ponsel Inggit berkerlip beberapa kali ketika gadis itu tertidur. Ares hanya memantau tanpa mengangkatnya, walaupun sesungguhnya pria itu kepo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Cucu Ulpah
jujur aj git am ares siapa tahu dia bisa nolongin kamu keluar dari masalah kamu
2022-12-29
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
pasti Hilda lagi sama cem2an nya ...
kesiyan deh Biru ... 🤪
2022-12-23
0
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
diiiih .... Nathan aja sampe tau kalo Hilda gampang dipake ... 🤮
2022-12-23
0