Part 2

"Permainan macam apa ini? Lo pikir gue mau menikah dengan lo, dasar sinting!" omel Inggit sendiri setelah Biru berlalu.

Gadis itu kembali ke dalam kelas dan menyambar tasnya yang tertinggal. Melesat ke luar dengan muka kesal. Masih ada satu lagi makul yang harus ia ikuti, namun karena moodnya yang cukup buruk membuat ia tidak minat untuk mengikuti.

Perlahan ia ayunkan langkahnya menuju parkiran, mendekat ke arah motor yang terparkir miliknya. Hatinya bertambah dongkol menemui fakta kenaasan dirinya.

"****!! siapa yang ngelakuin ini sih?" Inggit menendang ban motornya yang mendadak kempes padahal baru kemarin sore gadis itu ganti ban motor.

"Awas aja sampe gue tahu siapa pelakunya, habis lo sama gue," ancamnya sengit, sarat akan dendam yang menyala.

"Nggit, kenapa lo? Bannya kempes?" Hilda menghampiri dengan muka prihatin.

"Iya nih, kayaknya ada yang sengaja ngelakuin ini ke gue deh," curhatnya gusar.

"Sabar ya Nggit, gue bantu dorong ke bengkel depan yok?" tawarnya penuh dengan persahabatan. Inggit mengangguk setuju.

Dengan semangat Inggit mendorong motor kesayangannya.

"Da, ngapain?" Tiba-tiba Biru muncul dengan gaya congkaknya. Motor gede yang ia bawa sengaja ia gas kenceng-kenceng menimbulkan suara yang tidak ramah lingkungan.

"Hai, beb. Ini lho, kempes," curhatnya menunjuk prihatin. Spontan Inggit dan Hilda berhenti sejenak karena Biru yang menghalangi jalan.

"Ayo cabut, kamu lupa kita punya janji?" ajaknya pada Hilda, sekilas melirik Inggit acuh penuh dengan permusuhan.

"Tapi beb, gue mau nganter Inggit dulu, kasihan."

"Nggak pa-pa Da, tinggal aja, udah deket kok," jawabnya kalem. Membalas lirikan Biru tak kalah sengit.

"Sorry ya Nggit, gue tinggal," sesal Hilda dengan tatapan memelas.

Inggit menatap kepergian mereka dengan biasa saja, entah itu sebuah karma atau apa? Tapi kalau sampe Inggit menikah dengan Biru, ia menikah dengan orang yang sama sekali tidak ada dalam list kriterianya.

Mampus lo

Batin Biru berteriak, menatap puas atas ulahnya sendiri. Meninggalkan Inggit tak berperasaan.

Inggit meneruskan kegiatannya, ia menganggap hari ini mungkin sedang tidak seberuntung hari kemarin. Antrian panjang di bengkel membuat gadis itu tertahan.

"Mas masih lama ya? Ngantri berapa?"

"Lumayan, lima mbak."

"Oalah ... lama juga ya, kalau saya tinggal dulu gimana Mas, saya masih ada kelas soalnya," tukasnya lugas.

"Oh, bisa mbak."

Sepertinya bolos memang tidak cocok untuk passion Inggit, terbukti ingin mangkir dari kelas pun, Tuhan sudah tidak meridhoi. Terbukti dengan kejadian ini, dari pada Inggit menunggu terlalu lama, sudah barang tentu lebih bermanfaat ia ikuti kuliah selanjutnya.

Hampir sesorean gadis itu sampe di depan pekarangan rumahnya. Sayup-sayup terdengar tawa pecah orang mengobrol, Inggit yang masuk rumah tak lupa memberi salam.

"Ini nih yang di tunggu-tunggu pulang juga," seloroh Tante Diana.

Inggit tersenyum simpul, menyalami kedua orang tuanya dan orang tua Biru dengan takzim.

"Sayang ... kamu makin cantik aja," pujinya jujur.

"Makasih Tante," jawab Inggit sopan, karena lelah dan juga penat, Inggit memutuskan untuk pamit ke belakang.

Inggit mengenal baik-baik kedua orang tua Biru, mereka sering berkunjung ke rumahnya sedari Inggit tidak tahu mau di jodohkan dengan anaknya. Gadis itu sempat mengemukakan rasa sungkannya atas perjodohan ini, hingga membuat Romo dan juga Biru murka.

"Bagaimana kalau tunangan dulu aja jeng?" Itu suara Tante Diana.

"Saya sih terserah baiknya gimana, sepertinya anak kita juga sudah kenal walaupun belum dekat."

"Langsung menikah saja Ma, Biru sudah setuju kok," usul Pak Rasdan yang langsung diangguki Pak Tama.

Inggit yang menangkap obrolan mereka dari ruang tengah mendengar dengan gusar, apa jadinya kalau sampai pernikahan itu nyata, bukankah sudah pasti Inggit tak akan menjalani dengan mudah.

Hari berikutnya pertemuan kedua keluarga pun dilakukan. Ini adalah lamaran yang di nanti-nantikan keluarga Pak Tama dan Pak Rasdan, karena sebentar lagi mereka akan menjadi besan.

Inggit duduk diantara segerombol orang yang tak lain adalah keluarganya. Gadis itu menatap lurus ke depan, segaris dengan Biru yang duduk di pojokan. Mata mereka bertabrakan, sudah jelas menatap dalam mode permusuhan.

Tante Diana baru saja menyematkan cincin ke jari manis Inggit sebagai tanda bahwa gadis itu telah terikat pertunangan dengan Biru. Acara berlangsung cukup hikmad, hanya keluarga inti dan kerabat dekat saja.

Yang membuat Inggit syok, pernikahan mereka bahkan akan dilangsungkan dua minggu dari sekarang. Tak bisa protes, apalagi menentang kesepakatan yang telah dibuat, baik Biru dan Inggit sama-sama terdiam dan mengikuti dengan tenang.

Suasana keakraban masih terasa di antara kedua keluarga tersebut. Biru menghampiri Inggit yang tengah duduk menyamping, sedikit menepi dari segerombolan orang yang tengah berbahagia versi mereka.

"Ehem," Biru berdehem duduk di sampingnya dengan muka datar.

"Gimana perasaan lo, Nggi, seharusnya lo bangga 'kan? Karena sebentar lagi bakalan jadi nyonya Rasdan," bisiknya dengan nada mengejek.

"Ngapain lo, sana pergi nggak usah sok care," jawabnya ketus.

"Well, nikmati saja alurmu yang tenang," ucapnya sarkas dengan nada penuh penekanan.

"Gue mau bilang ke Hilda," ucap Inggit menghentikan gerakan Biru yang hendak beranjak. Pria itu kembali duduk dan menatap tajam ke arah Inggit.

"Gue nggak sanggup bohongin dia, dia sahabat gue sedari dulu, dan lo tiba-tiba datang mengacaukan semuanya," adunya dramatis.

"Sebaiknya tak usah repot-repot girl, karena pernikahan kita hanya sementara dan sebagai formalitas saja, gue pastikan akan bercerai setelah apa yang gue mau dapat," jawabnya lugas, meluncur tanpa beban.

Oh ya ampun ... ayolah nggit, berfikir dari sekarang, masih ada harapan untuk menggagalkan pernikahan konyol ini.

Inggit bergeming, menatap punggung Biru yang berjalan menjauh. Entah apa yang salah dalam dirinya, kenapa harus menjalani ikatan yang menyedihkan begini.

Ia menatap sendu cincin yang melingkar di jari manisnya. Gadis itu sudah kembali ke kamarnya dengan pikiran yang menerawang, lengkap dengan background kegalauan yang teramat nyata. Dirinya bahkan tak diberikan kesempatan untuk berkelit sejenak saja, atau setidaknya sama-sama menjelaskan ke Hilda, yang notabene sebagai kekasih dari calon suaminya dan juga sahabat akrabnya.

Inggit menatap sendu, akan sebenci apa Hilda padanya kalau sampe ia tahu atas kebohongan semua ini. Walaupun percintaan mereka terkesan cuek dan bebas, tapi mereka saling terikat kuat tanpa enggan terpisah.

Biru sendiri bahkan sudah tidak pernah bermain dengan banyak wanita semenjak mengenal Hilda. Hubungan mereka yang terlampau jauh, kontras membuat Inggit semakin ingin keluar dari ikatan yang seakan menjeratnya.

Pokoknya gue harus bisa membatalkan pernikahan ini. tekad Inggit yakin.

Gadis itu mengirim pesan singkat pada sahabatnya dan mengajak ketemuan bersama.

Terpopuler

Comments

Ney maniez

Ney maniez

geli ma cowo kyk gt🤦🏻‍♀️

2024-03-22

0

Lilisdayanti

Lilisdayanti

aqu tunggu bucin mu biru,,

2022-11-30

1

Aisyah Septiyasa

Aisyah Septiyasa

Pernikan cuma sementara tp ujung2nya akan menjadi pernikahan selamanya sampai menua bersama

2022-11-06

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!