Part 10

"Jadi nggak sabar, pingin cepet punya cucu," celetuk Pak Rasdan. Sontak membuat Inggit sampai tersedak makanan.

"Sayang ... kalau makan hati-hati." Biru sok perhatian. Menyodorkan minuman yang ia ambil di depannya.

Inggit benar-benar kesal, bisa serangan jantung mendadak kalau berada dalam situasi yang menegangkan seperti ini terus. Mereka bahkan tidak bersiap untuk melanjutkan pernikahan itu, apa jadinya kalau harus punya cucu? Itu pasti bukan berasal dari rahimnya, sudah jelas antara Inggit dan Biru berkomitmen tidak saling menyentuh.

Usai makan malam selesai, Inggit pikir bisa bernapas lega dan langsung pulang. Ternyata tante Diana menahannya, mereka terjebak obrolan panjang keluarga, tentu saja gadis itu hanya diam, sesekali menimpali untuk sopan santun. Bagi Inggit, tidak ada topik yang menarik untuk dibahas kalau ujung-ujungnya soal momongan.

"Kalian nggak usah pulang ya, nginep sini aja," ujar Mama Diana.

Kalau masalah menginap, keduanya langsung kompak menyeru penolakan.

"Lain kali saja Ma, kebetulan besok ada kuliah pagi." Inggit mengemukakan alasan yang cukup logis.

"Ya ... 'kan bisa bangun lebih pagi juga, ayolah sayang ... Mama masih senang nih ada temannya," pinta Mama berharap.

"Mama sayang ... katanya pingin cepet punya cucu, ya kita butuh waktu berdua dong Mah." Biru sangat berusaha mencari alasan yang paling tepat.

"Ya ... Mama tahu, Mama bahkan udah siapin kamar buat kalian berdua, sia-sia dong." Sampai segitunya usaha Mama Diana. Tentu saja membuat Inggit merasa bersalah, ia ingin segera mengakhiri semuanya, biar dirinya tidak terjebak semakin banyak drama.

"Baiklah, karena Mama cukup baik, jadi malam ini kita nginep di sini." Mama Diana sampai berjingkrak senang mendengar keputusan anaknya.

"Lo gila! Pulang atau gue bongkar sandiwara kita di sini!" bisik Inggit penuh ancaman.

Biru mematung di tempat, mencoba memahami situasi yang pastinya bakalan menguntungkan dirinya sendiri. Sama sekali tidak mengindahkan ancaman Inggit, ia bahkan mengaku punya kartu Asnya Istrinya itu, yang membuat gadis itu terdiam dan bingung.

"Ya sudah ... kalian lanjut ngobrol di kamar saja, selamat beristirahat sayang ..." ucap Mama lalu.

"Kamu tidak menghargai betapa keras usaha mereka untuk menyatukan kita, setidaknya kita mengikuti untuk menjaga perasaannya." Pria itu benar-benar otak batu. Tidak pernah memikirkan dampak dari semuanya, bahkan sedikit pun mengerti perasaan Inggit yang setiap hari tidak tenang.

"Gue nggak peduli, itu urusan lo buat ngejelasin semuanya pada Mama dan juga Papa, ayolah Biru ... kerjasamanya," nego Inggit di tengah keputusan yang pelik.

"Lo pingin semuanya cepat berakhir 'kan? Jadi ... lo harus nurut supaya Mama sama Papa yakin."

"Perasaan dari kemarin-kemarin ngomongnya itu mulu, kapan terealisasinya," protes Inggit kesal.

Mereka tengah debat kecil di ruang keluarga, sementara Mama Diana dan Papa sudah beranjak dari sana.

"Lho ... kalian kok belum tidur?" seru Papa yang kebetulan melewati mereka.

"Hmm ... iya Pah, ini baru mau tidur, ayo sayang ... ke kamar," ajak Biru sok manis. Inggit benar-benar pingin muntah mendengar mulut manis sandiwaranya.

Sesampai di kamar, benar saja, ruangan yang cukup luas untuk kamar pribadi itu di setting yang begitu apik. Mama pasti niat sekali melakukan ini.

Bruk!

Biru langsung melempar tubuhnya di atas kasur begitu memasuki kamarnya.

"Hmm ... kangen banget sama ranjang, apa kabar lo dianggurin minggu-minggu ini," gumam pria itu seraya mengusap-usap kasur dengan rentangan tangannya. Matanya terpejam, menikmati khayalannya sendiri, bahkan lupa kalau di kamar ini bukan hanya sendiri.

"Lebay," celetuk Inggit berlalu, menuju sofa yang terletak di samping ranjang. Gadis itu duduk dengan tenang, mengabaikan Biru yang sama sekali tidak penting baginya.

Inggit lebih memilih bersibuk ria dengan benda pipih kesayangan sejuta umat itu. Tentu saja untuk membunuh rasa jenuh dan hiburan di kala penat, seperti sekarang ini.

Tiba-tiba satu buah notifikasi pesan masuk dari email tertera di sana. Inggit mengeryit bingung, menyorot layar ponselnya dengan hati bertanya- tanya?

[Bisa tolong kembalikan kemeja saya, besok!]~Ares

Kemarin Ares sempat meninggalkan nomor handphone dan alamat rumahnya. Tapi, gadis itu belum menghubungi kembali sama sekali, ia bahkan belum mencuci, baru merendamnya.

Kok ini orang bisa tahu alamat email gue

Inggit dibuat penasaran sepanjang malamnya, gadis itu tidak berniat membalas pesannya, tetapi merasa perlu klarifikasi.

"Woi ... lo belum tidur?" suara bass Biru tiba-tiba mampir di telinganya. Pria tersebut mendatangi lemari dan mengambil selimut bersih di sana.

"Nih, buat lo ... tidur di sofa ya? Awas aja sampai pindah ke ranjang, gue kelonin nanti," ucap pria itu mengerikan, melempar selimut ke tubuh Inggit.

Inggit menyorot tajam pria batu di depannya, dan kembali tenggelam dalam ponselnya.

"Ya elah ... nggak usah liatin gue kaya gitu kalee, gue lagi kangen pingin tidur di kasur empuk gue yang nyaman ini, jangan resek lo ya, apalagi sampai berani ngerjain gue, habis lo besok pagi," ancamnya penuh penekanan.

Sayangnya Inggit sama sekali tidak merespon perkataan Biru dengan Baik. Ia lebih tertarik berbalas email dengan pria di sebrang sana. Mengacuhkan Biru dan bersikap cuek bebek.

"Asyik banget sich ... chat sama siapa?" Biru merampas ponsel di tangan Inggit.

"Eh, handphone gue ... balikin enggak!" bentak Inggit kesal.

"Hukuman buat lo, karena mengabaikan omongan gue," cecar Biru.

"Rese' banget jadi orang, balikin!" Inggit masih bersusah payah merebutnya.

Biru naik ke atas ranjang, dan berusaha mengangkat tinggi-tinggi ponsel gadis itu. Karena kesal, Inggit sampai menarik kaus Biru dan terjadilah pergulatan sengit di antara mereka, yang seketika samar-samar terdengar gaduh dari luar.

"Ambil aja kalau bisa!" Biru melempar ponsel Inggit ke atas lemari.

Inggit benar-benar kesal setengah mati, dirinya sudah berusaha menanam sabar belakangan ini, tetapi kali ini Biru benar-benar keterlaluan.

"Ambilin! Atau ..."

"Atau apa? Bilang ke Mama sama Papa? Silahkan ... tapi, lo perlu lihat ini dulu, gue yakin lo orang yang cukup menjaga image," sergahnya cukup percaya diri.

"Maksud lo?"

Biru menampilkan gambar Inggit yang tidak senonoh dengan dirinya yang tengah berada dalam satu ranjang di ponselnya. Tentu saja tampilan muka pria itu di cat, dan itu terlihat Inggit seperti cewek murahan yang tengah ngamar.

"Lo!" Inggit jelas marah, menyorot Biru penuh dengan kilatan emosi yang menyala.

"Hapus nggak! Gue nggak pernah ngerecokin hidup lo, tapi kenapa lo jahat sama gue!" bentak Inggit murka.

Biru malah cengengesan tidak jelas, benar-benar tidak berperasaan.

"Udah lah, nggak usah marah-marah, kalau lo pingin gambar-gambar ini aman, tidak sampe tersebar ke seantero kampus, ya lo nurut aja! PAHAM!" sarkasnya sinis.

Terpopuler

Comments

Nur fadillah

Nur fadillah

Ternyata Biru yaa...

2023-02-15

0

Julyzee

Julyzee

ikh ikh ikh... keknya si biru uda mulai ada percik percikkan nyaman deh

2022-12-24

0

Julyzee

Julyzee

😂😂😂

2022-12-24

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!