Diam-Diam Married
Plak...!!!
Tamparan keras itu menggema di ruang makan. Pak Tama nampak sangat murka, Inggit menentang perjodohan yang sudah ia tetapkan, tentu saja tanpa alasan. Keluarga Pak Wiratama dan Huditomo Rasdan sudah berkawan semenjak lama dan mereka sepakat menjodohkan anak-anak mereka.
“Mas, kamu keterlaluan! Kenapa menampar Inggit, Mas!” Bu Tami nampak keberatan dengan tindakan suaminya.
Sementara Inggit hanya diam dengan muka yang merah padam, kesal, sakit dan panas. Gadis itu menyentuh pipi kanannya yang terasa memanas.
“Terus aja Bu, bela terus. Aku nggak mau tahu, pokoknya Inggit harus mau menikah dengan Biru!” tegas Pak Tama tak mau dibantah.
“Tapi Romo, aku tidak mencintainya, kita masih sama-sama terlalu muda, kenapa harus terburu-buru menikah,” protes gadis itu masih tidak terima.
“Mau sekarang, besok, atau lusa, tidak pernah ada bedanya, toh pada akhirnya kamu akan tetap menikah dengan Biru, jadi terima sajalah, Biru juga sudah setuju.”
Inggit sedikit kaget mendengar penuturan Romonya. Terakhir mereka bertemu, Inggit dan Biru sama-sama menolak perjodohan itu. Sudah sangat jelas alasan keduanya, tidak ada cinta di hati mereka pastinya, dan lagi, usia Inggit yang baru saja 20 tahun serta usia Biru yang baru 21 tahun, keduanya masih ingin menikmati masa lajangnya. Bagi Inggit, masih terlalu muda untuk menikah, sedang bagi Biru, menikah sama sekali tidak ada dalam daftar cita-citanya saat ini. Ia tidak suka terikat komitmen, hidup bebas dan bersenang-senang.
Inggit meninggalkan ruangan dengan hati bergemuruh. Teramat dongkol dengan keadannya saat ini. Menit itu juga, Inggit benci Romo yang pemaksa, gadis itu hanya bisa menangis dalam kamarnya.
Bu Tami menyusul putrinya yang terlihat begitu kesal dan marah. Wanita setengah abad itu ikut merasakan sakit hatinya mendengar pertengkaran suami dan anaknya.
“Sayang ... maafkan Romo, Nak. Romo nggak ada maksud nyakitin kamu, dia sangat sayang makanya memilih jodoh yang terbaik buat kamu.”
“Terbaik apa, Buk, terbaik menurut Romo dan Ibu?” Inggit menyusut air matanya yang membasahi pipi.
“Tolong tinggalkan Inggit, Bu. Inggit lagi pingin sendiri,” pintanya dengan nada sendu.
Bu Tami keluar dari kamar, mendekati suaminya yang masih setia duduk di meja makan.
“Nggak bisa dibujuk juga?” tanyanya menelisik istrinya.
“Sabar dong Mas, kamu itu terlalu keras. Coba jangan kaku gitu, Inggit itu sudah dewasa, Ibu yakin dia mampu berpikir untuk kebaikan dirinya sendiri.”
“Aku tidak mau tahu, mau ditaruh di mana muka Romo kalau sampai perjodohan ini dibatalkan. Persahabatan aku dan Rasdan bisa-bisa hancur berantakan, dan lagi kita banyak berhutang budi pada keluarga Rasdan. Ibu tahu sendiri betapa baiknya keluarga Rasdan, modal usaha restoran kita tetap berjalan karena Rasdan. Membiayai operasi Bapak waktu sakit juga Rasdan, kita sudah sepatutnya membalas kebaikannya, Buk."
“Aku ngerti Mas, sangat paham, cuma cara kamu ini nantinya malah akan membuat Inggit tertekan dan semakin membencimu.”
“Tidak ada cara lagi Buk, kamu tahu sendiri kita sudah dengan cara yang halus pun tak mempan, pokoknya keputusan aku sudah final, Inggit setuju nggak setuju harus mau menikah dengan Biru.”
Kalau sudah begini, Bu Tami percumah ngomong panjang lebar. Suaminya yang keras kepala itu tidak bisa dibantah. Perempuan itu malah semakin khawatir dengan kesehatan suaminya kalau banyak marah dan stress, mengingat beliau punya tekanan darah tinggi juga.
Pagi harinya Inggit terbangun dengan mata sembab, semalaman gadis itu menangis. Mungkin kalau yang di jodohkan itu bukan Biru, pria lain yang baik, tentu Inggit tidak merasa keberatan, tapi ini Biru, jelas gadis itu menolak. Bukan tanpa alasan, Inggit tahu persis sepak terjang kehidupan Biru, pria itu adalah kekasih dari sahabatnya sendiri, Hilda. Inggit dan Hilda berteman semenjak di bangku SMA. Setahu Inggit, mereka saling mencintai walaupun tidak pernah saling setia.
Baik Biru dan juga Hilda menjalin hubungan tanpa komitmen. Hilda yang royal dan butuh uang, serta Biru yang suka gonta ganti pasangan. Inggit tahu itu semua dari Hilda, tapi anehnya perempuan itu tetap bertahan karena alasan cinta. Ia rela menjadi selir, dan kekasih dari Biru Rasdan. Itulah mengapa Inggit sangat membencinya, karena menurut Inggit, Biru bukanlah pria yang tepat untuk di cintai, tapi hari ini mendadak Romonya, menginginkan dirinya menikah dengan pria itu, Inggit benci keadaan ini.
“Sayang ini susu coklatnya, sarapan yang banyak.” Bu Tami seperti biasa, menyiapkan sarapan untuk keluarganya.
“Gimana ndok? Apa sudah mendapatkan jawaban yang tepat untuk Romo?” tanya Pak Tama meminta kepastian putrinya.
Inggit mengangguk lemah, tidak ada daya dan upaya untuk menolak, sekeras apapun dia memberontak, Inggit hanya dapat kesal dan lelah, pada akhirnya tetap harus nurut sama Romonya.
“Berangkat dulu Buk, Romo?” Inggit menyalami kedua orang tuanya dan berlalu. Menuju halaman rumahnya, scoopy coklat ia stater sebagai teman dalam perjalanan menuju kampusnya.
Baik Inggit dan Biru masih sama-sama kuliah semester enam. Mereka sudah sama tahu tapi tidak saling dekat. Inggit tahu pria itu karena laki-laki itu pacar sahabatnya. Walau begitu, Inggit tidak pernah suka sejak lama jika Hilda berpacaran dengan Biru, makanya mereka akan selalu bersitegang bila bertemu. Biar begitu, ia baru tahu kalau dirinya di jodohkan dengan Biru yang terkenal playboy.
Biru terancam dikeluarkan dari KK dan dicoret dari daftar warisan apabila menentang perjodohan yang telah disepakati orang tuanya.
Ini adalah alasan mengapa pria itu setuju untuk menikah dengan Inggit. Sudah jelas bukan cinta, tapi kebebasan yang diinginkan oleh Biru dan kedudukan hak warisnya. Ia tidak ingin ada sebuah ikatan yang mengikatnya. Apalagi yang di jodohkan dengannya adalah Inggit sahabat dari Hilda yang Biru benci, karena menurutnya gadis itu sama sekali bukan tipenya.
Inggit masuk seperti biasa, gadis itu duduk dengan tenang memasuki kelasnya. Jarum jam terus berjalan, Inggit fokus mengikuti makul hingga kelas usai.
Inggit masih duduk anteng di dalam kelas ketika seseorang mengejutkannya. Dosen baru saja ke luar dan di dalam ruangan masih ada beberapa anak yang memergoki mereka.
“Ikut gw!” titah Biru menarik tangan inggit yang sedang bermain dengan bolpointnya.
“Apaan sih, nggak mau!” tolaknya tegas.
“Lo mau semua orang di sini tahu, ikut sekarang!” tegasnya maksa.
Gadis itu pun menurut, mengekori pria di depannya yang tengah menarik tangannya. Biru membawa Inggit ke gedung belakang kampus.
“Maksud kamu apa? Berani menolak perjodohan ini?!” sarkasnya marah. “Jangan coba-coba bertingkah, pakai sok mau bilang ke Papa segala, kamu bosan hidup tenang?!” tandanya murka.
“Gila lo ya, awas aja kalau berani. Gue nggak bakalan bikin hidup lo tenang!” sambungnya masih dengan nada kesal.
“Lo yang GILA! Jelas-jelas elo tuh pacarnya Hilda, kenapa nikahnya harus sama gue? Lo mau membuat hubungan persahabatan gue hancur?”
“Diam!! Nggak usah banyak drama, lo tahu 'kan, gue tidak suka di bantah!” tegasnya marah.
“Jangan ngomong apa-apa tentang Hilda, apalagi sampe papa tahu, tamat riwayat lo!” ancamnya marah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Yeni Atik Munawaroh
lagi kangen karya kak asri yang di sini huhu
mau nostalgiaan ama Inggit dan Birru🤭
2024-05-07
0
🔵ᴹᴿˢ᭄Ney Maniez●⑅⃝ᷟ◌ͩ ⍣⃝ꉣꉣ
aku mampir
2024-03-22
0
Queen Mother
Nama suaminya Tama, nama istrinya Tami 👏🏻👏🏻👏🏻 matching juga 😃
2023-10-15
1