"Mau bareng lagi nggak?" tawar Nathan perhatian. Pria itu tiba-tiba sudah standby di gerbang utama.
Inggit berpikir sejenak sebelum mengiyakan ajakan tersebut.
"Udah ... nggak usah banyak mikir, ayok naik, dibilangin nggak ada angkot juga."
"Kok lo belum pulang? Tolong anterin sampai ke bengkel aja ya? Selebihnya biar gue pulang dengan motor sendiri."
"Oke Tuan putri," jawab Nathan manis.
Motor Nathan melaju, bukan langsung ke bengkel melainkan ke sebuah butik.
"Kok ke sini?"
"Temenin gue bentar, cari gaun buat cewek, lo tolong pilihin ya?"
"Selera gue tinggi, nanti lo nggak demen gimana?"
"Ngikut aja apa yang lo pilih, kalau bisa yang paling bagus di sini, soal harga nggak masalah."
"Buat cewek lo ya? Ciri-cirinya kaya apa? Nanti gue sesuain sama warnanya."
"Kaya lo, cantik, manis, bobot tubuh pas, tingginya nggak terlalu tinggi, tapi cukup imut dan mirip banget sama lo," nilai Nathan merapal semua pada diri Inggit.
"Hmm, kaya gue? Oke deh ..." Inggit memilih satu dress yang menurutnya paling pas.
Usai dari butik, Nathan mengantar Inggit menuju bengkel.
"Thanks ya Than, udah nganterin sampai sini."
"Oke, nanti kita ketemuan ya? Bye sampai ketemu nanti malam."
Nathan langsung melajukan motornya.
"Eh, ini ketinggalan, gimana sih nih bocah."
Inggit menghubungi ponsel Nathan, gadis itu mengabari perihal tertinggalnya barang Nathan yang baru dibeli.
"Apa Nggit? Udah nggak sabar ya ... mau ketemu?" seloroh Nathan di sebrang sana.
"Ish ... apaan sih, ini barang lo ketinggalan, makannya kalau jalan diteliti dulu."
"Buat lo Nggit, nanti malam dipakai ya? Jangan lupa dandan yang cantik."
Nathan langsung menutup telphonnya sepihak, sementara Inggit sendiri jelas merasa tidak enak. Gadis itu masih bingung dengan sikap Nathan, tapi tentu saja ia tidak ingin menanggapi perihal apapun tentang dia.
Hari sudah sore ketika Inggit sampai di rumah. Terlihat motor Biru sudah terparkir rapih di halaman rumahnya. Inggit masuk rumah seperti biasa. Ia mendapati suaminya baru saja selesai mandi dan sedang mengganti kemejanya.
"Baru pulang?" sapa Biru basa-basi.
"Hmm," jawab Inggit hanya dengan gumamam. Gadis itu melirik kegiatan suaminya sekilas, baru masuk ke kamar mandi membersihkan diri.
Nathan dan Inggit telah membuat janji, mereka sepakat bertemu di suatu tempat yang telah disepakati.
Baik Inggit dan Biru sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Mereka mengabaikan peran mereka satu sama lain. Biru sibuk dengan Hilda, sementara Inggit sibuk dengan kegiatan lainnya. Biru sedang merapikan rambutnya, ketika Inggit ke luar dari kamar mandi. Gadis itu sudah berpakaian rapi, dan langsung berlalu begitu saja.
"Mau kemana lo?" tanya Biru penuh selidik, istrinya itu tumben-tumbenan berpenampilan agak beda malam ini. Dress cantik selutut membalut tubuhnya begitu pas. Jujur Biru sempat terkesiap dengan penampilan Inggit yang tak biasa.
"Kepo!" jawab Inggit datar.
"Eh, ditanya tuh di jawab, bukan malah kepo-kepo!" tukasnya sengit.
"Pergi lah ... udah jelas penampilan gue kaya gini," ujar Inggit cuek.
Biru terkekeh sinis, "Emang siapa yang mau ngajak lo jalan? Ada gitu cowok yang mau sama lo?" sarkasnya menyakitkan.
"Emang kenapa? Ada atau nggak ada, itu sama sekali bukan urusan lo." Lama-lama Inggit jengah menghadapi Biru.
"Ganti nggak? Lo tuh nggak pantes pakai gaun kaya gini, mending ganti deh," ujar Biru julid.
"Gue nggak minta pendapat lo, dan asal lo tahu gue sudah cukup muak menghadapi kelakuan lo yang songong itu. Lo pikir gue itu suka sama lo, lo itu ... nggak ... banget!!" sarkas Inggit menatap jijik.
"Heh, sini lo, lo berani nantangin gue, gue bakalan tunjukin ke elo, kalau gue nggak respek sama sekali dengan lo, dan satu lagi nggak usah sok kecakepan, karena ... mulai dari ujung rambut sampai kaki lo sedikitpun gue tidak tertarik."
"Alhamdulillah ..." jawab Inggit kalem.
Biru keluar dari rumah dengan sedikit membanting pintu. Entah mengapa pria itu kesal sendiri melihat tingkah Inggit yang semakin berani.
Inggit mendatangi tempat janjian antara dirinya dan Nathan, yang ternyata pria itu sudah stay di sana dari setengah jam yang lalu.
"Hai ... sorry telat," sesal Inggit.
"Dikit doang, nggak pa-pa sih yang penting datang."
"Cantik banget sih pacar siapa?" seloroh Nathan tiba-tiba.
"Hmm ... ngegombal nih ceritanya. Emang kita mau ke mana?"
"Ada lah pokoknya, kerabat gue ada yang sedang nikahan dan lo wajib temenin gue malam ini."
"Kondangan kah? Hmm ... oke deh, malam ini gue temenin lo."
"Nggit, kalau gue ngajak jalan lo kaya gini, ada yang marah nggak?"
"Nggak kok, santai saja."
Mereka menuju lokasi pesta. Inggit menemani Nathan sebagai tamu undangan. Acara di sana sangat meriah dan dihadiri banyak tamu undangan dari berbagai kalangan. Nathan lebih pertama menuju panggung pengantin memberi selamat sebelum akhirnya menikmati hidangan di sana.
"Nggit ayo ... nanti gue kenalin di sana," ujar Nathan menuntun Inggit.
"Malu Than, gue tunggu di sini aja deh," tolaknya sopan.
"Hmm ... apaan sih, orang malam ini lo tuh cantik banget, masa ngebiarin gue yang ganteng ini jalan sendirian." Nathan mengulurkan tangannya.
"Ayo ..." Nathan membawa Inggit dan hendak mengenalkan pada teman-temannya di sana. Tiba-tiba netra Inggit menatap bayangan suaminya yang tengah berbincang asyik di antara golongan manusia seumurannya. Tentu saja pria itu berpasangan dengan Hilda.
Inggit menghentikan langkahnya, dan hendak berbalik. Dirinya sungguh tidak nyaman berada dalam satu tempat bersama pria yang berstatus suaminya itu.
"Lo itu kan Inggit!" tunjuk Hilda, perempuan itu menyerukan namannya.
Mampus gue
"Mau ke mana? Itu dipanggil." Nathan ikut menyeru.
"Than, gue ke kamar mandi dulu ya," ujar Inggit lalu.
"Oke, bisa sendiri atau mau dianter?"
"Sendiri aja, tahu kok."
Inggit di kamar mandi cukup lama, gadis itu malas sekali sebenarnya kalau harus bertemu dengan Biru. Alih-alih refresing untuk melupakan bayangan pria menyebalkan itu, dirinya malah harus bertemu di tempat pesta.
Inggit ke luar dari toilet dan terpekik kaget begitu mendapati seorang pria yang berdiri tepat di depan pintu toilet wanita.
"Lo? Di sini juga? Dunia selebar daun kelor," seloroh Inggit lalu.
"Kenapa, kaget ya lihat cowok ganteng?" Pria ini percaya diri sekali.
"Ish ..." Inggit mencebik. "Minggir, gue mau lewat!" tukas Inggit galak.
"Lo datang sama Nathan, dia cowok lo?" tanyanya penasaran.
"Bukan," jawab gadis itu datar. Inggit meninggalkan Ares yang menyorotnya tajam. Gadis itu bergabung kembali dengan teman lainnya.
"Kalian datang barengan?" tanya Hilda menyorot ke duanya.
"Iya lah, emang kenapa cocok nggak?" seloroh Nathan dengan percaya dirinya.
Biru menyorot Inggit tak suka, pria itu tanpa menyapa langsung berpaling begitu saja.
"Gue kira lo nggak datang, denger-denger mau liburan bareng?"
"Iya, baru besok kita berangkat. Gue usahain dulu lah ... masa' ke acara penting gini nggak datang."
"Iya sih, bener-bener."
Inggit dan Hilda langsung bergabung, mereka malah sedikit mengabaikan golongan cowok yang lebih mendominasi.
"Lo pacaran sama Nathan?" tanya Hilda mesem-mesem.
"Apaan sih Da, nggak ada ya, kita cuma temenan aja."
"Lebih juga nggak pa-pa kali Nggi, Nathan boleh juga," seloroh Hilda mengerling.
Kali ini Inggit hanya menanggapi dengan senyuman simpul.
"Ayo sayang ... di sini auranya kurang bagus," seru Biru tiba-tiba nimbrung diantara dua perempuan itu.
"Bentar dong ... lagi asyik nih, kamu ngobrol aja sana sama temen cowok kamu," ujar Hilda abay.
Biru kesal sendiri, Hilda lupa dirinya kalau sudah bertemu dengan sahabatnya sendiri.
"Inggit, kamu di sini? Biru mana?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Nur fadillah
Wadidawwe...😲😲
2023-02-16
0
Cucu Ulpah
nah loh siapa yg dateng jangan sampai ketahuan
2022-12-29
0
Julyzee
parah parah
2022-12-24
1