Part 4

Sebuah pernikahan sederhana baru saja berlangsung setengah jam yang lalu. Hari ini Inggit telah resmi menjadi nyonya dari Albiru Rasdan, well ... itu hanya berlaku di buku nikah saja, karena mereka berdua tidak berencana menjalani rumah tangga yang sesungguhnya.

Pernikahan mereka hanya dihadiri keluarga dekat saja, atas permintaan mempelai keduanya. Orang tua mereka menurut, walaupun sejatinya keluarga Biru ingin mengadakan pesta, tetapi akhirnya baik nyonya Diana atau Pak Rasdan legowo hati menerimanya, asal putra putri mereka menikah dulu, Pak Rasdan sudah tenang, dirinya merasa memilihkan mantu yang tepat sebagai istri Biru.

Baik Pak Rasdan, dan juga Diana sama-sama mengetahui karakter dan sifat Inggit yang baik. Makanya ia yakin ketika putranya jatuh pada Inggit.

Kedua orang tua itu mengantarkan pasangan pengantin yang baru menikah tadi pagi. Hari ini Inggit dan Biru akan mulai tinggal bersama setelah sah menjadi sepasang suami istri.

"Ini adalah rumah untuk kalian, hadiah dari Papa. Kalau kalian sukses menjalankan rumah tangga kalian, Papa tidak tanggung-tanggung akan langsung menghibahkan semua milik Papa ke kamu Biru," ujar Pak Rasdan menjelaskan.

"Kita tinggal di sini? Sempit amat, ini terlalu kecil Pah, apa tidak salah memberi hadiah rumah sekecil ini?" prtotesnya tak terima.

"Tentu saja tidak, rumah ini sangat cocok untuk pasangan baru seperti kalian, di rumah ini semua sudah ada silahkan kalian nikmati fasilitasnya."

"Di sini hanya ada satu kamar, jadi silahkan nikmati bulan madu di rumah kalian," sambungnya menjelaskan.

"What!! Satu kamar?" Baik Inggit dan Biru ternganga bersama.

Tadinya Inggit sudah merasa senang walaupun tinggal di rumah kecil tapi cukup asri dan tertata rapih. Ia juga pastinya bisa mangkir dengan bebas drama rumah tangga yang akan dilakoninya tanpa harus banyak canggung dengan mertua.

Ekspektasi tidak sesuai realita, apa kabar untuk kelangsungan hidupnya apabila mereka harus berbagi ranjang? Nggak akan pernah terjadi.

Sepeninggalan orang tua mereka, Inggit dan Biru langsung mengibarkan drama permusuhan. Mereka berdua menatap sengit satu sama lain.

Inggit berlari cepat melirik daun pintu kayu berwarna coklat yang iya yakini ruang kamar. Gadis itu gesit melangkah ke sana. Tak kalah cepat Biru juga sudah melangkah dengan lebar.

"Ini kamar gue," jelasnya menyorot sengit.

"Kamar gue, enak saja lo ngalah dong lo kan cowok!" tegasnya ngeyel.

"Nggak bisa, lo aja sana yang tidur di luar, pokoknya ini kamar gue."

Mereka malah berebut kamar yang sejatinya diperuntukan untuk mereka berdua.

"Eh, Papah balik lagi? Ada yang tertinggal?" akting Inggit mengelabuhi Biru. Cowok itu menoleh dan begitu lengah, Inggit langsung sigap masuk ke dalam.

"Sialan, lo ngerjain gue? Nggit, buka nggak?!" bentaknya keras dengan gedoran pintu yang menggema.

Inggit tidak menggubris, gadis itu ingin segera mengistirahatkan tubuhnya yang terasa penat seharian mengikuti acara pernikahan mereka. Inggit sengaja menyumpal telinganya supaya ocehan Biru di luar sana tersamarkan oleh suara musik yang menemaninya.

Berbeda dengan Inggit yang mulai terlelap, Biru malah masih mengomel tidak jelas di ruang tamu. Hanya ada sofa panjang di sana, tetapi tentu saja tidur di sana bukan solusi yang tepat untuk dirinya yang terbiasa dengan fasilitas kamar mewahnya.

Tak ada kasur sofa pun jadi, pria itu mulai melangkah maju merebahkan tubuhnya di sana. Mencari kehangatan di sisa-sisa malam yang damai. Tubuh lelahnya membawa pria itu cepat terlelap ke alam mimpi.

Keesokan paginya, Inggit terjaga dan langsung membersihkan diri. Gadis itu tidur begitu nyenyak tanpa gangguan yang berarti.

Berbeda dengan Biru yang mengeluh sana sini karena pegal tidak bisa tidur dengan leluasa.

Inggit sudah siap sedia dengan setelan kampusnya. Gadis itu tengah menikmati sarapan yang baru saja ia beli dari sebrang jalan. Sedang Biru sendiri baru saja selesai mandi, pria itu melirik sengit istrinya yang tengah sarapan dengan santainya.

"Kenapa? Mau?" tawarnya sinis.

"Ogah," jawab pria itu cuek.

"Bagus lah, orang gue cuma beli satu."

Inggit langsung berjalan ke luar setelah merampungkan sarapan dengan cepat. Gadis itu siap berangkat ke kampus. Baik Biru maupun Inggit sama-sama bawa motor sendiri. Mereka mengantongi satu kunci rumah masing-masing.

Sesampainya di kampus, Inggit memarkirkan motornya di parkiran biasa, ia sedikit lebih awas dengan memperhatikan orang sekitarnya. Kemarin bannya kempes, ia berharap hari ini tidak ada orang yang jail padanya.

"Nggit, lo ke mana? Kenapa kemarin nggak masuk?" tanya sahabatnya Hilda.

Biasanya Inggit selalu memberi kabar perihal dirinya mangkir dari kampus, baik absen atau sekedar izin padanya. Tapi kemarin mendadak gadis itu menghilang tanpa kabar, Hilda pikir dirinya marah karena pertemuan yang telah dijanjikan kemarin Hilda tidak datang.

"Lo marah? Sorry, kemarin capek banget gue ketiduran?" ucapnya menyayangkan.

"Its oke Da, nggak pa-pa, ayok ah kelas."

"Eh, tapi tunggu dulu, hal penting apa yang membuat lo sampe nyuruh gue datang ke tempat tujuan."

Inggit mendadak bingung harus menjelaskan apa? Perempuan itu tidak mungkin menjelaskan semuanya perihal pernikahan mereka kemarin karena itu pasti akan menyakiti Hilda.

"Nggak ada yang penting kok, udah lewat," pasrah Inggit berkilah.

"Beneran, ya udah deh, lega gue dengernya."

Mereka berjalan menyusuri kelas bersama, Inggit dan Hilda satu jurusan, sementara Biru beda jurusan.

Setelah kelas usai, Inggit dan Hilda tengah menghabiskan waktu di kantin untuk mengisi perutnya yang terasa lapar.

"Lo mau pesen apa?"

"Gue bakso aja, samain ya?"

"Siap lah," jawab Inggit seraya mengayunkan langkah yang menuju Ibu penjaga kantin.

Bakso Pak Min kantin kampus ini cukup rekomended buat mengisi perut kosong karena belum di isi hingga siang ini.

"Hai beb, ngantin juga?" sapa Biru menghampiri Hilda yang tengah menunggu.

"Ngebakso, laper gue," jawabnya tersenyum.

"Sendirian Da, pasangan lo mana?" tanya Nathan mengambil duduk di seberang Hilda.

"Ini," tunjuk Hilda pada Biru.

"Ya elah, itu sih seantero kampus juga tahu, si manis Inggit?" ucapnya mengerling.

"Owh ... Inggit, tuh lagi pesen," tunjuk Hilda mengarahkan netranya.

Nathan menyapu pandangan ke stand bakso, dan melihat Inggit sedang mengantri di sana. Sementara Biru sendiri menanggapi dengan cuek sahabatnya yang menanyakan istrinya.

"Pesen juga ah, kayaknya enak nih." Nathan bangkit dari tempat duduknya.

"Gue sekalian dong," ujar Devan yang sedari tadi hanya diam, duduk dengan anteng di sebelah pria itu.

"Wokeh, lo ngebakso juga nggak Al," tawar Nathan mengarah Biru. Laki-laki itu masih ngobrol ringan dengan kekasihnya.

"Boleh deh, pesenin sekalian."

"Nggit, masih?" tanyanya setelah mendekati stand.

"Masih," jawab gadis itu sambil lalu, berjalan kembali ke bangku kantin, menemukan meja yang sudah terisi dengan dua laki-laki.

Baik Biru maupun Inggit hanya saling melirik cuek, keduanya duduk dengan tenang tanpa mau tahu urusan masing-masing. Inggit sudah terbiasa melihat kedekatan Hilda dan Biru, jadi kali ini pun Inggit biasa saja.

Terpopuler

Comments

Nur fadillah

Nur fadillah

Heem...heem...

2023-02-15

0

Cucu Ulpah

Cucu Ulpah

hati hati biru nanti kamu bakal cemburu liatin inggit d godain banyak laki laki biar tahu rasa kamu

2022-12-29

0

Lilisdayanti

Lilisdayanti

kayanya biru makan hati duluan deh 😂😂😂 karna inggit selalu di kawal cogan,,

2022-11-30

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1
2 Part 2
3 Part 3
4 Part 4
5 Part 5
6 Part 6
7 Part 7
8 Part 8
9 Part 9
10 Part 10
11 Part 11
12 Part 12
13 Part 13
14 Part 14
15 Part 15
16 Part 16
17 Part 17
18 Part 18
19 Part 19
20 Part 20
21 Part 21
22 Part 22
23 Part 23
24 Part 24
25 Part 25
26 Part 26
27 Part 27
28 Part 28
29 Part 29
30 Part 30
31 Part 31
32 Part 32
33 part 33
34 Part 34
35 Part 35
36 Part 36
37 Part 37
38 Part 38
39 Part 39
40 Part 40
41 Part 41
42 Part 42
43 Part 43
44 Part 44
45 Part 45
46 Part 46
47 part 47
48 Part 48
49 Part 49
50 Part 50
51 Part 51
52 Part 52
53 Part 53
54 Part 54
55 Part 55
56 Part 56
57 Bab 57
58 Part 58
59 Part 59
60 Part 60
61 Part 61
62 Part 62
63 Part 63
64 Part 64
65 Part 65
66 Part 66
67 Part 67
68 Part 68
69 Part 69
70 Part 70
71 Part 71
72 Part 72
73 Part 73
74 Part 74
75 Part 75
76 Part 76
77 Part 77
78 Part 78
79 Part 79
80 Part 80
81 Part 81
82 Part 82
83 Part 83
84 Part 84
85 Part 85
86 Part 86
87 Part 87
88 Part 88
89 Part 89
90 Part 90
91 Part 91
92 Part 92
93 Part 93
94 Part 94
95 Part 95
96 Part 96
97 Part 97
98 Part 98
99 Part 99
100 Part 100
101 Part 101
102 Part 102
103 Part 103
104 Part 104
Episodes

Updated 104 Episodes

1
Part 1
2
Part 2
3
Part 3
4
Part 4
5
Part 5
6
Part 6
7
Part 7
8
Part 8
9
Part 9
10
Part 10
11
Part 11
12
Part 12
13
Part 13
14
Part 14
15
Part 15
16
Part 16
17
Part 17
18
Part 18
19
Part 19
20
Part 20
21
Part 21
22
Part 22
23
Part 23
24
Part 24
25
Part 25
26
Part 26
27
Part 27
28
Part 28
29
Part 29
30
Part 30
31
Part 31
32
Part 32
33
part 33
34
Part 34
35
Part 35
36
Part 36
37
Part 37
38
Part 38
39
Part 39
40
Part 40
41
Part 41
42
Part 42
43
Part 43
44
Part 44
45
Part 45
46
Part 46
47
part 47
48
Part 48
49
Part 49
50
Part 50
51
Part 51
52
Part 52
53
Part 53
54
Part 54
55
Part 55
56
Part 56
57
Bab 57
58
Part 58
59
Part 59
60
Part 60
61
Part 61
62
Part 62
63
Part 63
64
Part 64
65
Part 65
66
Part 66
67
Part 67
68
Part 68
69
Part 69
70
Part 70
71
Part 71
72
Part 72
73
Part 73
74
Part 74
75
Part 75
76
Part 76
77
Part 77
78
Part 78
79
Part 79
80
Part 80
81
Part 81
82
Part 82
83
Part 83
84
Part 84
85
Part 85
86
Part 86
87
Part 87
88
Part 88
89
Part 89
90
Part 90
91
Part 91
92
Part 92
93
Part 93
94
Part 94
95
Part 95
96
Part 96
97
Part 97
98
Part 98
99
Part 99
100
Part 100
101
Part 101
102
Part 102
103
Part 103
104
Part 104

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!