Liu Ying sedikit syok setelah mengalami kejadian beberapa waktu lalu, ia berusaha mencerna dan mencari pendapat yang masuk akal.
Kenapa dia bisa memanggil pedang itu, bukankah ia belum melakukan ritual mengangkat pedang?
Lagipula Liu Ying seharusnya hanya bisa menggunakan pedang biasa, bukan pedang yang memiliki roh.
Liu Ying mencoba mengingat beberapa metode memunculkan pedang yang pernah dia baca dan pelajari. Menyebut nama, berkonsentrasi sembari membayangkan pedang yang dimaksud, dengan sedikit tenaga dalam.
"Tidak benar, kenapa nihil?" gumam Liu Ying setelah mencoba metode itu beberapa kali.
Dengan lelah, Liu Ying mendudukkan bokongnya di lantai dingin kurungannya. Persetan dengan apa yang akan terjadi, lagipula tak menimbulkan efek apa-apa di tubuh Liu Ying.
Krieeett-!!
Suara pintu di dorong membuat istirahat Liu Ying sedikit terusik. Tak lama kemudian muncul lah satu wajah yang tak asing bagi Liu Ying, siapa lagi kalau bukan Zhou Li?
Wanita itu adalah satu-satunya pihak Liu Ying yang memiliki akses khusus di dalam Klan.
"Liu'er, kau baik-baik saja? Aku sangat khawatir terjadi hal buruk padamu, aku tidak bisa menemui beberapa waktu lalu demi memenangkan kepercayaan Ketua Shen."
Dengan panik, Zhou Li memeriksa setiap jengkal tubuh Liu Ying.
"Nenek, Zhou. Aku tidak apa-apa," jawab Liu Ying sambil menampilkan senyuman khasnya.
Zhou Li menghembuskan nafas lega, "Syukurlah. Bagaimana lukamu, sudah diobati, belum?"
Liu Ying merentangkan tangannya sambil melompat-lompat kecil, membuktikan bahwa ia sehat-sehat saja. Hal itu membuat Zhou Li kembali tenang.
"Oh, iya. Jelaskan padaku, apa yang terjadi di kediaman Wali kota setelah aku pergi, kenapa instruksinya salah?"
Liu Ying langsung menyuguhkan rentetan pertanyaan kepada Zhou Li sehingga membuat wanita sepuh itu kewalahan.
"Pelan-pelan, aku akan menjawabnya secara bertahap," tukas Zhou Li menimpali.
"Malam itu, salah seorang murid jatuh sakit. Aku sebagai penanggung jawab, sudah seharusnya mengurus hal itu. Namun aku lupa dengan kembang apinya, aku menitipkan kembang api khusus itu kepada si kecil Bao dengan pesan agar tidak meledakkannya."
Sedikit informasi, Bao adalah salah seorang Junior yang usianya masih berusia sepuluh tahun. Ia diadopsi oleh sekte karena hidup terlantar dan tinggal sebatang kara.
Zhou Li menjelaskan bahwa Xi Guan juga ikut turun tangan saat itu. "Padahal aku sudah akan kembali, tapi tidak menemukan Bao sama sekali, kembang apinya juga tak ada. Saat aku sadar kalau pesta kembang api akan dimulai, aku segera mencarimu sesegera mungkin. Ternyata Ketua sudah lama curiga terhadap gerak-gerikmu, dia juga yang meledakkan kembang api."
Liu Ying mendesah kesal, rencana mereka sudah gagal. Ditambah ia harus dikurung di tempat yang paling tidak mungkin untuk dibobol itu, benar-benar sial.
"Nenek Zhou, selamatkan aku ... " rengek Liu Ying.
Zhou Li mengeluarkan sebuah kitab dari balik jubahnya dan menyerahkan buku itu kepada Liu Ying, "Ini akan berguna nanti,"
Liu Ying hendak menangis karena Zhuo Li tampaknya tidak akan menyelamatkannya kali ini.
"Nenek Zhou ... "
Zhou Li langsung pergi tanpa pamit meninggalkan Liu Ying seorang diri di ruangan gelap itu.
Liu Ying terduduk pasrah, akhirnya hari-hari menyenangkannya akan segera berakhir. Tidak ada lagi masa depan, kue osmanthus, jalan-jalan ke kota Lianhua, dan pedang-pedang dengan segala pertarungan yang selalu ia menangkan.
Liu Ying sama sekali tidak mau menjalani kehidupan semacam itu, ia tidak mau menjadi Biksuni.
Liu Ying kembali mengistirahatkan tubuhnya, berharap waktu akan berjalan lambat menjelang esok pagi.
...***...
Pagi telah terbit, Liu Ying diseret keluar dengan keadaan masih dirantai tangan dan kakinya. Pasukan elit Klan yang bertugas untuk mengawali keberangkatan Liu Ying, sudah bersiap dengan segala perlengkapannya.
Xi Guan telah memperkirakan setiap pergerakan gadis itu, sehingga ia membuat pengamanan yang sangat ketat.
Sementara itu, Zhou Li sedari tadi tidak kelihatan batang hidungnya. Liu Ying hanya menemukan Fang Yao dengan Jia Li yang menemaninya beberapa waktu, untuk saling berpelukan dan mengucapkan perpisahan.
"Aku akan sangat merindukanmu, Liu'er."
Jia Li memeluk tubuh Liu Ying erat, seolah tak akan melepaskan sahabatnya itu.
Liu Ying membalas pelukan Jia Li, ia menatap Fang Yao sendu. Sedangkan pemuda bermarga Fang itu hanya diam membeku, berusaha terlihat baik-baik saja.
"Fang Yao, kau tidak mau memelukku?" Tanya Liu Ying setelah melepas pelukan Jia Li.
Fang Yao menatap Liu Ying sedih, ia meninju bahu Liu Ying pelan.
"Kau bisa jaga diri, kan?"
Liu Ying mengangguk kemudian tersenyum lebar sekali.
"Jaga dirimu untukku, untuk kami," ucap Fang Yao kemudian mendekap gadis itu dengan erat.
"Fang Yao ... Aku pasti akan sangat-sangat rindu dengan kebersamaan kita, aku harap kita bisa bertemu lagi suatu saat nanti."
"Pasti-!" potong Fang Yao, ia buru-buru melepaskan dekapannya.
Liu Ying tersenyum kecut, ia tahu betul bahwa Fang Yao tidak setenang kelihatannya, ia sangat menyayangi kedua sahabatnya.
Dari jauh, tampak Long Feiye memerhatikan mereka sedari tadi. Ia ingin ikut berpamitan, tapi ia tidak punya alasan.
"Kau bawa sebagai kenang-kenangan," Jia Li menyerahkan gelang yang dipakainya kepada Liu Ying.
Tak mau kalah, Fang Yao memberikan pedangnya kepada Liu Ying.
"Aku tahu kau suka senjata, untukmu."
Liu Ying menerima benda itu dengan terharu. Mereka menyatukan tangan, bersama-sama mengucapkan sumpah persahabatan.
"Tiga Kastanye Kecil, bersumpah akan tetap setia-!" teriak Jia Li.
Alis Liu Ying mengerut, "Kastanye?"
"Iya, Kastanye. Kastanye goreng gula, kita kan kan manis."
Fang Yao menyentil jidat Jia Li, "Bilang saja kau lapar."
Liu Ying dan Jia Li tertawa, kesedihan yang tadinya pekat seolah menguap begitu saja. Mereka bersyukur masih dapat tertawa, meski mungkin untuk yang terakhir kalinya.
Setidaknya, mereka punya kenangan bahagia yang bisa diingat dan dimiliki selamanya.
Tak lama kemudian, Xi Guan datang bersama para murid andalannya. Kakek tua itu segera memerintahkan suruhannya untuk membawa Liu Ying ke kereta.
"Jangan melirik ke belakang, tataplah ke depan-!" pesan Fang Yao dengan suara keras sehingga Liu Ying dapat mendengarnya.
Akhirnya kereta itu berjalan menjauh, Liu Ying tidak berani melihat ke belakang.
Jia Li menangis, ia ingin mengejar kereta Liu Ying namun ditahan oleh Fang Yao.
"Kau-! Kenapa kau menghalangiku?" rengek Jia Li kepada Fang Yao.
Fang Yao mendorong kepala Jia Li dari bahunya, "Relakan saja dia pergi."
"Satu lagi, kau pilek. Jangan mengelap hidungmu di bajuku," sungut Fang Yao.
Jia Li cemberut mengelap matanya yang sembab oleh air mata, ia sedikit malu.
"Kau tidak menyayangi Liu'er, kau melepaskannya begitu saja."
Fang Yao membeku, Jia Li benar. Ia adalah orang yang paling pengecut di dunia ini, yang dengan mudah melepaskan hal yang seharusnya ia genggam.
Tapi ia tidak bisa egois, ia harus belajar merelakan. Fang Yao tersenyum, kemudian mengusap pucuk kepala Jia Li.
"Sudahlah, simpan saja air matamu. Aku yakin, orang seperti Liu Ying memiliki takdir yang baik." ucap Fang Yao sambil merangkul Jia Li pergi meninggalkan gerbang.
...Nihao! Selalu Vote dan share cerita ini ke temen-temen kalian, ya. Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya, aku selalu baca komenan kalian loh. ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Florence Nightingale
:)
2021-12-04
1
miawies
smngt up nya kaka
2021-12-02
1