Mereka terus berjalan, kini mereka sudah berada di pinggiran kota Lianhua, tak lama lagi akan mencapai jalur rahasia kembali ke Klan.
"Liu'er, Fang Yao. Bisakah kalian berjalan lebih pelan?" Jia Li memegang lututnya dengan nafas yang tersengal-sengal.
Liu Ying dan Fang Yao melirik Jia Li, "Dasar lamban!" ucap Fang Yao dengan nada mengejek.
Jia Li memonyongkan bibirnya, "Kalian sombong sekali! Jika saja ilmu meringankan tubuhku tidak seburuk ini, aku pasti..."
"Sssssttt!" potong Fang Yao, ia menyadari ada aura jahat yang pekat di sekitar mereka.
Liu Ying juga merasakannya, ia menjadi waspada dan memperhatikan dengan jeli sekelilingnya.
"Keluar kalian!"
Dalam sekejap, udara menjadi menyesakkan. Jia Li yang paham pun merapatkan dirinya di antara Liu Ying dan Fang Yao.
Dari semak belukar tampaklah sekitar enam belas orang pria bertubuh kekar mengenakan pakaian serta penutup wajah berwarna hitam, kemungkinan mereka adalah sekelompok perampok yang biasa berada di area itu.
"Serahkan seluruh harta yang kalian miliki!" ucap salah seorang perampok.
Liu Ying dan Fang Yao bertukar pandang, sementara Jia Li meringkuk di belakang mereka.
Fang Yao sedikit maju dan merentangkan tangannya untuk memberi perlindungan kepada kedua gadis di belakangnya.
"Kami tidak memiliki apapun, terlebih kami bukan dari keluarga yang berada. Lepaskan kami jika kalian tidak ingin berada dalam masalah." tutur Fang Yao sambil menatap tajam kepada para perampok. Jujur saja ia merasa sangat takut, tapi ia berusaha untuk menutupi ketegangannya.
Para perampok itu tertawa getir, seorang diantara mereka yang merupakan pemimpinnya melipat tangannya di dada.
"Heh! Bocah yang sombong. Tapi ada benarnya juga, apa yang bisa kita dapat dari ke-tiga bocah ini? Dan juga, sepertinya mereka bukan dari keluarga terpandang, tapi ... "
Pimpinan perampok itu menyeringai, "... Kita bisa menjual mereka dan menghasilkan banyak uang,"
Pria yang merupakan pimpinan perampok itu tertawa, diikuti oleh para perampok lainnya.
Fang Yao membawa Jia Li dan Liu Ying mundur beberapa langkah dengan posisi yang sama. Liu Ying sudah bersiap-siap hendak menarik pedangnya dari sarung, pedang itu digantunggkan di punggungnya.
"Tangkap Mereka!" mendapat perintah, para perampok langsung memposisikan diri mengelilingi ketiga bocah itu, membatasi pergerakan mereka.
Liu Ying dan kedua temannya juga ikut membuat formasi, dengan posisi punggung saling menyatu membentuk lingkaran agar memperkuat pertahanan dari berbagai arah.
Tiga orang perampok itu mulai menyerang mereka, menyisakan beberapa anggotanya dengan percaya diri. Salah satu perampok melayangkan pedangnya ke arah Liu Ying secara sembarang, sepertinya ia terlalu meremehkan tiga bocah di depannya.
Liu Ying menghindari serangan itu dengan mudah, ia mengambil pedangnya. Dengan sekali sapuan, pedangnya menyambut serangan dari si perampok.
Si perampok kaget melihat Liu Ying mampu bertahan dari setiap serangan demi serangan yang ia lepaskan. Ia telah meremehkan lawan, bocah di depannya memiliki ilmu bela diri yang lumayan bagus.
Perampok itu menyerang bagian bawah lengan Liu Ying, namun berhasil ditepis oleh gadis itu dengan ujung pedangnya hingga membuat perampok itu menjadi panik. Melihat celah, Liu Ying melayangkan pedangnya ke perut pria itu dan menciptakan luka yang cukup besar pada lawannya.
Pria itu mundur beberapa langkah dan mendapati sobekan yang cukup serius pada perutnya, ia menekan lukanya dengan tangan kiri sementara tangan kanannya masih menghunuskan pedang.
Jujur saja, Liu Ying tidak pernah benar-benar berhadapan dengan seorang lawan sungguhan. Di Sekte ia hanya berhadapan dengan para murid untuk latihan, itu pun tidak untuk saling melukai dengan serius. Namun kali ia harus dihadapkan dengan lawan yang tangguh untuk mempertahankan hidup.
Mencium aroma darah, kepala Liu Ying terasa berdenyut. Telinganya berdengung serta suara bisikan tak jelas memenuhi kepalanya, ia memejamkan matanya dan menggelengkan kepala kemudian membuka kembali matanya.
Liu Ying menyeringai melihat lawannya terluka, ia mengambil kesempatan tersebut dengan mengayunkan pedangnya secara bertubi-tubi kepada lawannya dengan gerakan acak yang sulit dibaca.
Dengan beberapa kali tebasan, kepala perampok itu telah berpisah dari tubuhnya dan memuncratkan darah ke berbagai arah hingga mengotori baju Liu Ying.
Para perampok lainnya yang sedari tadi hanya menonton menjadi panik dan segera meningkatkan kewaspadaan mereka bersiap menyerang. Pemimpin perampok itu tampak murka melihat anak buahnya dikalahkan oleh beberapa bocah yang tampaknya tidak berbahaya.
Fang Yao dan Jia Li yang melihat kejadian singkat itu ikut melongo tidak percaya. Namun anehnya, Liu Ying tetap santai. Ia nampak berbeda dari tatapannya.
Bagaimana seorang gadis yang masih berusia cukup muda mampu membunuh seorang pendekar kelas menengah di tingkat pendekar Perunggu dengan keji tanpa rasa takut?
Bahkan Fang Yao yang sudah beberapa kali ikut perburuan malam melawan kelompok pembunuh Serigala Besi pun tidak pernah melakukan hal itu pada lawan tarungnya.
Setau Fang Yao, Liu Ying tidak pernah bertarung menggunakan ilmu pedang seperti itu. Entah mengapa, rasanya Liu Ying seperti berubah menjadi orang lain.
Fang Yao kembali sibuk dengan lawannya, ia tak punya waktu untuk lengah. Para perampok itu mulai kehilangan separuh dari nyalinya setelah melihat mayat teman mereka tergeletak di tanah.
Liu Ying beralih kepada perampok lain dan kembali menyeringai dengan lebar, ia melayangkan pukulan serta tebasan kepada mereka dengan santai tanpa rasa takut.
Nanar mata Liu Ying menjadi kosong dan kaku, membuat para perampok bergidik ngeri, namun mau tak mau tetap menyerangnya.
Empat orang perampok mengepung Liu Ying dari segala arah, mereka menyerang secara bersamaan tanpa celah sedikitpun.
Sangat sigap Liu Ying mengayunkan pedangnya dengan gerakan memutar, membuat empat perampok itu memundurkan langkahnya.
Gerakannya tangan Liu Ying sangat lincah dan cepat sehingga sebelum para perampok itu menyadari, kepala mereka sudah tak lagi berada di tempatnya.
Melihat lima mayat tergeletak di sekeliling Liu Ying, pimpinan perampok itu mengepalkan tangannya dengan marah. Para pengikutnya telah mati dan hanya tinggal beberapa orang lagi.
Fang Yao sudah membunuh setidaknya tiga orang dari lawannya, sementara Jia Li masih berkutat dengan satu perampok yang sedari tadi menjadi lawan yang imbang dengannya.
Melihat Jia Li tak memiliki perkembangan, Fang Yao mengambil alih dengan menghempaskan sebuah pukulan telak di rahang pria itu dan membuatnya tidak sadarkan diri.
Pimpinan perampok itu menggeram kemudian bergumam seolah berbicara dengan dirinya sendiri, "Bocah ini berbahaya, aku merasakan aura jiwa yang aneh. Tidak jelas namun sangat mendominasi."
Liu Ying berpaling lalu menatap pimpinan perampok itu dengan tajam seolah mendengar perkataannya tadi. Ia bergidik ngeri ketika manik matanya bertemu langsung dengan mata Liu Ying.
"Tidak benar, Gadis ini memiliki aura Jiwa buruk yang aneh dan sangat pekat," gumam pimpinan perampok itu lagi sambil menarik pedangnya, bagaimana pun ia merupakan pendekar tingkat tinggi kelas pendekar Bumi.
Sontak ia mengeluarkan aura jiwa membunuhnya dan membuat suasana semakin mencekam. Fang Yao segera menarik Jia Li menjauh dari Liu Ying sambil menghadapi sisa perampok lainnya, sementara Jia Li sudah memucat dan mulai muntah-muntah melihat begitu banyak mayat bergelimpangan dengan kondisi yang mengenaskan.
"Akulah lawan yang sebanding denganmu! Aku telah salah meremehkan orang rupanya," teriak pimpinan perampok dengan hawa nafsu membunuh yang berapi-api.
...Nihao! Selalu Vote dan share cerita ini ke temen-temen kalian, ya. Jangan lupa komen sebanyak-banyaknya, aku selalu baca komenan kalian loh....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Yizhan
Qiu Ying sikopet
2021-11-15
1