Setelah pembicaraannya dengan Tuan Ardi, kegundahan hati Al semakin bertambah. Ingin rasanya dia pergi sejauh mungkin seperti saat dulu saat dia ingin menghindari Kalisa yang selalu menempel padanya.
Flashback on
Sore itu di lapangan basket tempat Al, Kevin dan Oryza menghabiskan waktu saat hari menjelang malam terlihat seorang gadis sedang duduk sendiri menonton ketiga sahabatnya bermain basket.
Permainan itupun selesai saat senja sudah menampakkan sinarnya di ufuk barat.
"Gila Al permainanmu makin oke aja" seru Kevin
"Sepupu gue gitu lho!" sahut Oryza
"Bangga banget Za jadi sepupu es balok" cibir Kevin
"Biar jatah jajanku ditambahin sama dia" bisik Oryza dengan cekikikan.
Memang diantara mereka bertiga uang jajan Al lah yang paling besar. Namun dia selalu membaginya pada kedua sepupunya Oryza dan Aisha
Pletak
Tanpa tedeng aling-aling Al menggeplak kepala Oryza.
"Sepupu matre" sungut Al.
Oryza hanya mengelus kepalanya dengan bibir manyun lima senti.
Terlihat seorang gadis yang sedari tadi duduk di pinggir lapangan mendekati mereka yang sedang rehat di tengah lapangan basket.
Saat sampai di tengah lapangan, gadis itu pun langsung menyodorkan minuman yang dari tadi dia bawa.
"Al nih minumnya" ucap Kalisa
Al melihat ke arah Kalisa sekilas, ingin sebenarnya Al menolaknya tapi takut Kalisa menangis karena dia cengeng kalau keinginannya ditolak.
"Makasih" ucap Al seraya mengambil botol di tangan Kalisa
Kalisa langsung duduk di samping Al dan mulai menyeka keringat Al yang bercucuran.
"Lisa gak usah dielapin" tampik Al
"Gapapa Al itu keringat kamu banyak banget" kilah Kalisa
"Lisa sudah hentikan" suruh Al sambil menepis tangan Kalisa
"Kenapa sih Al gak mau aku elapin" gerutu Kalisa
"Sikap kamu itu berlebihan Lisa, aku gak suka" sahut Al
"Tapi aku ingin elapin keringat kamu Al, kenapa kamu malah marah" ucap Kalisa sendu dengan mata berkaca-kaca.
Selalu begitu setiap kali keinginan Kalisa ditolak oleh Al. Kalisa selalu akan menangis hingga lama-lama Al merasa jenuh terus ditempelin Kalisa. Ditambah lagi dengan banyak cewek-cewek yang selalu ingin menarik perhatiannya dan selalu mengiriminya hadiah membuat Al merasa kebebasannya terampas. Dan pada akhirnya Al meminta pindah sekolah ke kampung halaman pengasuhnya sedari kecil.
Flashback off
"Dulu aja aku sering dibuat pusing oleh Kalisa, bagaimana nanti kalau menikah dengannya." gumam Al
"Kenapa aku merasa kangen dengan bocah kecil itu ya, tapi hari sudah malam. Besok saja sepulang kerja aku mampir kesana"
***
Keesokan paginya saat matahari masih malu-malu menampakan sinarnya, Al sudah siap dengan kemeja kerjanya dipadukan dengan celana bahan dan tak lupa jas rancangan desain ternama ditambah sepatu pentofel yang mengkilap membuat penampilannya semakin memukau.
"Bi tolong bilang sama kakek aku sarapan di luar" ucap Al sebelum berangkat
Al yang sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Dika berencana akan ke rumah Icha sekalian menjemputnya dan mengantarkan Dika sekolah.
Sesampainya di rumah Icha, Al melihat Icha sedang memanaskan motornya sehingga Al menunggu Icha masuk barulah dia akan keluar.
"Sebaiknya aku bikin ban motornya kempes biar nanti bisa berangkat bareng"
Dengan mengendap Al masuk ke halaman rumah Icha. Setelah berhasil membuat motor Icha kempes, barulah Al mengetuk pintu.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam" terdengar ada orang yang menjawab salam Al lalu membukakan pintu depan.
"Loh Pak Al ada apa kesini" tanya Icha kaget
"Aku ingin bertemu dengan Dika" jawab Al. "Boleh aku masuk?" lanjutnya
"Iya Pak silahkan" Meski enggan Icha pun mempersilahkan Al masuk.
"Sebentar Pak saya panggilkan Dikanya dulu" ucap Icha dengan nada formal.
Tak lama Dika pun keluar lengkap dengan seragam TK nya.
"Wah ganteng banget nih Dika, persis kaya Om dulu waktu masih kecil" ucap Al tanpa sadar
Deg
Icha yang mendengar ucapan Al langsung terkaget.
"Jangan sampai si culun tahu kalau Dika anaknya"
"Masa Om? memang om mirip Dika?" tanya Dika
Icha langsung memotong pembicaraan mereka karena dia takut tidak sengaja rahasianya terbongkar.
"Sarapan dulu yuk dek! Pak Al mau sarapan juga disini"
"Boleh" tanpa malu Al pun ikut nimbrung sarapan di rumah Icha
Hati Al menghangat berada ditengah-tengah keluarga Icha. Kerinduannya pada papa dan mamanya seakan terobati saat makan bersama Pak Bagas dan Bu Mira.
"Jadi nak Al ini bosnya Icha di kantor" tanya Pak Bagas
"Iya Om"
"Apa sebelumnya kalian sudah saling kenal" selidik Pak Bagas
"Iya Om"
"Tidak Om"
Al dan Icha memberikan jawaban yang berbeda membuat kecurigaan Bu Mira semakin membuncah.
"Elah... yang benar yang mana Cha, gak usah malu sama Om dan Tante" sela Bu Mira
"Kami sebenarnya teman waktu SMU" jelas Al
"Apa-apaan sih culun pake bilang segala, awas aja kalau bilang mantan pacarku"
Icha mendelik ke arah Al tidak suka dengan jawaban Al.
"Oh pantesan aja kalian cepat akrab" tutur Bu Mira yang tidak ingin memperlihatkan kecurigaannya.
Setelah selesai sarapan, Icha pun pamit akan berangkat ke kantor diikuti oleh Al.
"Berangkat bareng aja Cha" tawar Al
"Gak usah, aku bawa motor" tolak Icha
Al hanya tersenyum miring menanggapi jawaban Icha.
"Silahkan saja kalau bannya masih utuh"
Icha mendengus kesal saat mendapati ban motornya kempes padahal tadi waktu dia memanaskan motor bannya masih baik-baik saja.
"Kakak ikut Om Al aja yuk, biar Dika tidak kesiangan" ajak Dika
"Kita ikut sama papa aja ya!"
"Udah Cha bareng sama aku aja berangkatnya, yuk dek!" Al langsung menggandeng tangan Dika dan memasukkannya ke dalam mobilnya.
Dengan wajah ditekuk akhirnya Icha ikut naik ke mobil Al.
Ingin rasanya Al tertawa melihat ekspresi Icha namun sebisa mungkin dia menahannya.
Setelah terlebih dahulu mengantar Dika, kini Al hanya berdua dengan Icha di dalam mobil.
"Pindah depan Cha" suruh Al
"Gak usah Pak biar saya disini saja" tolak Icha
"Aku bilang pindah ke depan Cha, aku bukan supir kamu. Atau kamu lebih suka dipaksa"
"Iya Tuan Pemaksa, cerewet" gerutu Icha
Icha pun berpindah ke samping kemudi karena tadi dia duduknya di belakang.
"Seatbeltnya Cha, atau mau kupasangin"
"Nggak! aku aja sendiri" Icha pun dengan terburu-buru memasang seatbelt.
"Cha boleh aku nanya sesuatu?"
"Tanya aja"
"Kamu benci sama aku?"
"Menurutmu?"
"Iya, kamu ketus terus sama aku padahal aku ingin baikan sama kamu"
"Lebih baik kita tidak saling mengenal lagi" Icha menundukkan kepalanya dengan meremat jari jemarinya
"Aku gak bisa!"
"Kenapa? bukankah kamu yang ingin kita jalan masing-masing"
"Maaf, aku cabut ucapanku dulu"
...*****...
...Selalu dukung author ya dengan like comment vote rate dan masukin juga ke favorite....
...Terima kasih...
👉Next part
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 191 Episodes
Comments
SaifulLuhken 109
8cha ingat biar mcm mna pun Al ..ayah dri Dikq anak mu
2021-12-04
3
Adit Jambi
sakarep much lah Al 😃
2021-12-01
2
@Secrets_Cha
Semangka Thatya... eeeh... Semangaaaat !!!
2021-11-27
1