Berbagi Cinta : Penyesalan
Bella berdiri didepan sebuah bangunan bergaya modern klasik, dengan tatapan yang berbinar. Akhirnya dia mampu berdiri sendiri tanpa bayang-bayang keluarga besarnya. Lulus dari salah satu universitas terkemuka dikotanya, dan mulai memberanikan diri membuka sebuah butik dengan koleksi-koleksi baju yang didesainnya sendiri. Keputusannya untuk keluar dari bisnis keluarga dan membangun usaha sendiri jelas tidak mendapat persetujuan dari orang tuanya. Bagaimana tidak, Bella adalah anak semata wayang mereka, dan anak semata wayang itu menolak untuk meneruskan bisnis keluarganya.
***
"Apa? Mendirikan sebuah butik? Bukankah kamu berjanji untuk bekerja dengan Ayah ketika kamu lulus kuliah? Dan apa ini Bella? Kamu membuat Ayah kecewa!" Dengan marah Arnold berbicara panjang lebar kepada Bella.
Dan lagi-lagi Bella hanya mampu menundukkan kepalanya.
"Maaf Ayah!" Ucap Bella dengan suara lirih.
"Baiklah! Lakukan semua keinginanmu!" Dengan putus asa akhirnya Alnold menyetujui permintaan Bella.
"Sungguh Ayah?" Menatap Alnord dengan pandangan mata berbinar.
"Tapi ada saatnya nanti kamu harus mendengarkan Ayah dan tidak bisa menolak permintaan Ayah!"
"Baik!" Ucap Bella dengan sesungging senyum dibibirnya.
***
"Ada apa dengan wajahmu?" Tiba-tiba suara Dera mengagetkannya, membuatnya kembali tersadar dari lamunan.
"Aku hanya sangat bahagia!" Kata Bella sambil tersenyum manis.
"Ayo masuk!"
"Iya!"
Dan dua sahabat itu kembali kedalam butik, Terlihat dekorasi ruangan yang didominasi warna hitam putih dan abu-abu. Dengan rak-rak yang yang dipenuhi baju-baju yang tersusun rapi sesuai warna, ada dua buah lukisan abstrak yang dipajang di dinding, terdapat satu sofa panjang dengan warna hitam dengan bantal-bantal kecil berwarna putih, kontras sekali dengan warna sofanya dan sebuah meja kaca dengan keempat kakinya yang berwarna keemasan. Ruang ganti disudut ruangan. Beberapa menekin yang dipajang di sana.
"Kamu sudah mencari pegawai?" Dera bertanya kepada sahabatnya.
"Belum!"
Menatap heran "Bukankah besok acara launchingnya, kenapa belum ada pegawai?"
"Aku belum menemukannya!"
"Apa kamu terlalu pemilih?"
Tertawa "Sedikit!"
"Astaga! Aku hanya akan membantumu sampai besok! Selebihnya aku tidak bisa, banyak hal yang harus aku selesaikan!"
"Terimakasih kamu yang terbaik!" Menatap Dera penuh cinta kasih.
"Jangan menatapku seperti itu!"
"Apa ini kelemahanmu?" Bertanya sambil tertawa.
"Ha...ha...ha...ya!"
"Ayo! Aku akan mentraktirmu makanan mewah!"
"Aku kamu sedang merayuku?"
"Ya!"
Dua sahabat itu menunggangi sebuah mobil Ferrari 250 GT SWB California milik Bella dan sampailah mereka di lahan parkir sebuah restoran mewah.
Dera melihat orang-orang di sekitar memperhatikan mereka, atau lebih tepatnya mobil yang mereka bawa.
"Orang-orang pasti mengira kita adalah wanita tua dengan selera kuno!" Ucap Dera memecah keheningan. Dan hanya dibalas dengan lirikan mata oleh Bella.
"Ayo turun!"
Sampai didalam mereka memesan satu spicy tuna dengan caviar, satu spaghetti with truffle, dua chicken pot pie dan dua blood orange mojitos.
Tidak berselang lama pesanan mereka datang.
"Selamat menikmati!" Kata pelayan di restoran itu.
"Terimakasih makanannya!" Kata Bella dan Dera hampir bersamaan.
Dera mulai menikmati chicken pot pienya sedang Bella sendari tadi sibuk mengawasi seseorang yang duduk persis di meja depannya . Seorang pria tampan berkulit putih dengan setelan kemeja putih, celana hijau tua dan outer berwarna senada. Rambut sedikit berwarna coklat tua, hidung yang menukik tajam, bibir tipis dengan warna merah muda dan sedikit glossy, sepertinya dia mengoleskan pelembab bibir di sana. Alis tebal yang menambahkan kesan maskulin. Dan tatapan matanya...ah...Bella sungguh menginginkannya.
Menyadari sahabatnya tengah memperhatikan sesuatu, Dera menoleh kearah tatapan mata Bella. Dera jelas mengenal lelaki yang sedari tadi mencuri jiwa sahabatnya, Lelaki tersebut adalah Nicholas Brian, anak seorang pengusaha yang paling berpengaruh di kota ini, tentu saja sahabat yang tengah duduk didepannya juga anak seorang milyader tapi jauh berbeda dari Brian, Bella ingin menikmati hidup mandiri tanpa embel-embel keluarga besarnya.
"Ada apa denganmu?"
"Ah....tidak!"
"Kamu jelas bukan tipenya, berhenti memandangnya dan lekas habiskan makananmu!"
"Siapa juga yang menginginkannya?"
"Itu terlihat jelas di wajahmu Bella!
Dengan malu akhirnya Bella mengakhiri perjamuan indra penglihatannya dan mulai menikmati makanan yang tadi dipesannya.
***
Usai mengantar Dera, Bella kembali ke istana megah milik keluarganya. Hening...malam belum begitu larut tapi semua lampu sudah dipadamkan. Dengan pelan Bella membuka pintu dan memasuki rumah, sebuah ruang tamu bergaya klasik terpampang dihadapannya. Sedikit horor jika melihat ruangan sebesar ini hanya diterangi sebuah Standing Lamp.
Bella berjalan perlahan, sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara. Terasa gagu jika dia harus bertemu dengan Ayahnya dan bingung harus berbicara apa.
Bella menaiki tangga menuju lantai dua, di sanalah kamarnya berada.
Sampai dikamar Bella membuka jendela kamarnya, bulan tua tampak bertengger dengan malas di atas sana. Seolah tengah mengadu pada setiap orang yang memandangnya "Kenapa aku harus ada disini selarut ini?" Bella tersenyum dengan pikiran konyolnya.
Kini pikirannya teralih pada sosok pria tampan yang dia jumpai di restoran sore tadi.
Tapi kembali kata-kata Dera menusuk sanubarinya "Kamu jelas bukan tipenya!" Jika dipikir-pikir Dera sangat kejam. Bagaimana mungkin dia bisa berkata kasar seperti itu.
Bukankah Dera paham betul ini pertama kalinya dia memperhatikan pria sedalam itu.
Udara mulai terasa dingin, dan Bella kembali menutup jendelanya dan pergi untuk membersihkan diri, berganti pakaian dan beranjak keperaduan.
Sudah hampir 30 menit Bella merebahkan diri di ranjang tetapi matanya belum juga mampu terpejam, dilihatnya langit-langit kamarnya...sebuah dekorasi serupa langit malam. Ayahnya yang mendesain kamar Bella, dengan tangan sendiri. Dia menginginkan segala kesempurnaan untuk putri semata wayangnya sebagai wujud cinta kasih yang tak berujung. Dan kini putri kecil yang amat dikasihaninya itu malah membuatnya meradang.
"Maafkan Bella Ayah!" Ucapnya lirih "Bella berjanji akan memenuhi keinginan Ayah di masa yang akan datang!" Kemudian memejamkan mata dan tidur terlelap.
Dengan mimpi aneh yang membuatnya merinding nantinya. Dia melihat dirinya sendiri dan pria yang tadi dia temui di restoran mengenakan pakaian pengantin dan berjalan beriringan, tapi dia tidak melihat senyuman di wajah lelaki itu. Dia hanya melihat duka...duka...duka....dan duka. Seseorang perempuan berwajah campuran melihat dengan tatapan sayu penuh kebencian kemudian dilihatnya wanita itu berlari kencang kearahnya dan menikamkan sebilah pisau tepat di dadanya. Darah merah mengalir di gaun putihnya, suara jeritan orang-orang disekelilingnya dan pandangan matanya yang mulai memudar, kemudian jatuh tergulai dilantai. Tapi dilihatnya lelaki itu hanya diam saja melihatnya jatuh bersimbah darah.
Hingga akhirnya mimpi berakhir saat bunyi alarm berdentang keras, waktu menunjukkan pukul 05.00 dini hari.
Dengan tubuh penuh dengan peluh Bella terduduk lemas di atas tempat tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Marhamah Nurbadriah
😍😍😍
2021-12-08
1