Bella terbangun dari tidur siangnya, mencari kesekeliling. Tidak ada sosok Brian dikamar itu.
Beranjak dari tempat tidurnya dan menuju kelantai bawah.
Dilihatnya Mama mertuanya tengah sibuk merangkai bunga diruang tengah.
"Eh...Bella kamu sudah bangun nak?"
"Iya Ma!"
"Kamu mencari Brian ya? Brian pergi sebentar untuk menemui Sahabatnya!"
"Oh...iya Ma!" Mendekati Mama mertuanya.
"Wah...ternyata Mama sangat pandai ya merangkai bunga!"
"Kamu mau mencobanya?"
"Bolehkah?"
"Tentu, sini sayang! Duduk disebelah Mama!"
Dengan lembut Mama Brian mengajarkan sedikit tips untuk Bella.
"Wanita yang sempurna! Cantik, sabar, ramah, penyayang, pandai memasak dan sangat teliti!" Gunam Bella.
"Wah....ternyata kamu jauh lebih ahli dari Mama sayang!" Pujian Mama mertuanya sungguh membuat Bella tersanjung.
"Ini tidak sebagus hasil buatan Mama!"
"Menurut Mama itu sangat bagus! Kamu bisa menaruhnya dikamar nanti, ini bisa bertahan hingga satu minggu jika kamu mengganti airnya setiap hari sayang!"
"Bella boleh menaruh ini di kamar?"
"Tentu!"
***
Disisi lain seorang lelaki tampan tengah begelut dalam peluh disiang hari yang begitu terik, suhu ruangan yang dingin tidak mampu mencegah keringatnya.
Bulir-bulir jatuh beriringan dengan hentakan-hentakan kerasnya.
Sedang seorang wanita yang menjadi lawan mainnya terdengar m*ngerang dengan wajah yang sangat menggoda.
Pertarungan sengit yang m*nggairahkan, dan berakhir dengan d*esahan panjang dalam pelukan.
"Aku mencintaimu!" Bisik wanita cantik dalam pelukan lelaki itu.
Dengan mata terpejam "Aku juga mencintaimu sayang!"
"Kenapa kamu baru muncul? Aku sangat merindukanmu!"
"Maaf sayang!" Hanya kata-kata itu yang mampu keluar dari bibirnya.
"Aku takut kehilanganmu! Aku takut kamu pergi dariku dan datang padanya, malam-malamku dipenuhi dengan mimpi-mimpi buruk yang menakutkan sayang!"
Dengan lembut lelaki itu membelai wajah wanitanya "Hatiku hanya untukmu...dia hanya sebuah alat bagiku, agar masa depan kita berjalan dengan baik! Kuharap kamu mau mengerti dan sedikitlah bersabar, kamu mengerti?" Seraya mencium kening wanitanya dan hanya dijawab dengan sebuah anggukan.
***
Sore sekitar pukul 16.30 sebuah mobil Lamborghini Aventador S berwarna biru terlihat memasuki sebuah halaman rumah mewah.
Seorang ajudan membuka pintu mobil dan keluarlah seorang lelaki tampan dengan setelan denimnya.
Sang ajudan membungkuk "Maaf Tuan muda, Tuan besar ingin bertemu dengan anda diruang kerjanya!"
Tanpa menjawab Brian langsung memasuki rumah mewah itu.
Suara perempuan setengah baya menyambutnya "Kamu kenapa baru pulang?"
"Maaf Mama...Brian lupa waktu!"
"Temuilah istrimu!"
"Iya Ma!" Sahut Brian, lelaki itu tidak lantas menemui istrinya, tetapi malah memasuki ruangan kerja Ayahnya.
Mengetuk pintu "Masuk!" Terdengar suara sahutan dari dalam bernada keras.
Brian membuka pintu dan menghampiri Ayahnya.
"Duduklah!" Perintah Ayahnya seraya menyalakan cerutu dan menghisap dalam-dalam sebelum akhirnya terciptalah sebuah percakapan yang menegangkan.
"Kamu dari mana Brian?" Kata Ayahnya dengan mata tetap fokus melihat sebuah lukisan surialisme yang terpasang di dinding ruang kerjanya.
"Brian baru saja menemui teman-teman Papa?" Menjawab dengan suara yang sedikit bergetar.
"Dimana? Dengan siapa saja?"
"Ditempat biasa, ada apa Pa?"
"Kemarilah!" Berbicara dengan suara lebih lembut.
Brian mendekat, dipandanginya wajah putra didepannya, putra kebanggaanya meskipun sebenarnya tidak selalu membanggakan.
Dipindahkannya cerutu ditangan kirinya dan...
"Plak!!!" Sebuah tamparan keras mendarat dipipi Brian.
"Kamu kira Papa bodoh Brian? Kenapa kamu masih menemui wanita ****** itu lagi? Hah??? Apa Bella tidak cukup menggetarkan hatimu??"
Brian hanya menunduk tanpa berkata apapun.
"Papa benar-benar tidak mengerti jalan pikiran kamu!!! Berhenti menemui wanita itu! Berhenti!!! Apa itu tidak cukup jelas untuk kamu???"
"Sanggupkah kamu melihat wanita sebaik Bella terluka?"
"Berhentilah memalukan Papa Brian!"
"Papa sudah cukup tua untuk mengurusi semua kekacauan yang kamu timbulkan! Bukankah kamu juga merasakan pukulan Papa sudah tidak sekeras dulu?"
Brian hanya menunduk tanpa menjawab sepatah katapun.
Otaknya berfikir keras, bagaimana bisa Papanya tahu? Apa diam-diam beliau mengawasinya.
"Papa akan menganggap hal ini tidak pernah terjadi! Tapi jika ini terulang kembali, kamu harus menerima segala resikonya!"
"Keluar!"
Brian membungkuk dan kemudian berlalu dari hadapan Papanya tanpa berkata sepatah katapun.
***
Diruang tengah terlihat Mamanya tengah duduk santai menikmati segelas minuman hangat.
"Kamu baru saja menemui Papamu?"
"Iya Ma!"
"Ada masalah apa Brian!"
"Tidak ada masalah Ma, Papa hanya menanyakan sesuatu kepada Brian!"
"Oooo....!"
"Bella dimana Ma?"
"Sepertinya Bella ada diruang baca!"
Brian melangkah menuju perpustakaan pribadi keluarga Nicholas, dilihatnya istrinya tengah duduk dengan serius dengan buku ditangannya.
Hatinya sedikit merasa bersalah.
Bella menyadari kedatangan Brian "Kamu sudah pulang?"
"Iya!"
"Kamu mau menempati rumah dari Papa, atau mau membeli rumah baru sesuai keinginanmu?"
Menatap kearah Brian "Terserah! Kalau bisa lakukan dengan cepat, aku harus kembali bekerja!"
"Iya!"
***
"Kamu masih disini?" Tanya Brian, karena dilihatnya istrinya masih asik membaca, tanpa memperdulikan jam.
"Hemmmm!"
Tersenyum "Ayo kita makan dahulu! Papa dan Mama sudah menunggu di meja makan!"
Melirik jam besar yang terpasang disalah satu sisi dinding "Iya!" Seraya mengembalikan buku ke raknya.
"Kamu bisa membawanya!"
Tersenyum "Bolehkah?"
Lantas Brian mengambil buku yang baru saja ditaruh oleh Bella "Ayo!"
Mereka berdua berjalan beriringan menuju meja makan.
Brian mengira suasana akan menjadi sangat canggung karena peristiwa sore tadi, tapi ternyata tidak, suasana begitu cair. Dengan Bella yang mendominasi pembicaraan bahkan membuat Papahnya terkekeh berkali-kali.
"Pa! Brian dan Bella akan memilih untuk tinggal berdua!" Kata Brian mengawali obrolan serius dengan Papanya.
Melirik anaknya dengan pandangan penuh kecurigaan "Tidak! Kalian akan tinggal disini sampai Bella hamil!"
Deg...sampai Bella hamil!!! Kata-kata itu jelas membuat bulu kuduk Bella merinding...bagaimana mungkin menunggu sampai hamil, hubungan ini hanyalah sebuah kepalsuan.
"Tidak....tidak....tidak boleh seperti ini!" Gunam Bella.
"Papa...ini keputusan kami bersama, sebenarnya berpindah dari rumah dan mencoba hidup baru tanpa Ibu dan Ayah sangat berat bagi Bella. Tapi Bella rasa itu bukan keputusan yang buruk, Bella dan Brian adalah dua orang yang dipersatukan begitu saja, bisa dipastikan Brian belum sepenuhnya mengenal Bella atau bahkan Brian juga belum tentu mencintai Bella dengan sepenuh hati!"
"Apa yang kamu ucapkan Bella!" Kata Brian menyanggah perkataan Bella.
Memegang jemari Brian dan meremasnya "Maaf...karena mengatakan ini Brian...tapi aku juga merasakan hal seperti itu terhadapmu!" Memandang wajah suaminya dengan tatapan lembut.
"Papa dan Mama tidak perlu merasa cemas! Kami akan mencoba untuk saling mencintai dan berbagi kebahagiaan bersama. Akan lebih baik bagi Bella ataupun Brian untuk mencoba saling mengenal satu sama lain jika kami tinggal berdua. Jadi Bella mohon ijinkan kami untuk memulainya!"
Papa dan Mama Brian saling berpandangan "Papa ijinkan saja mereka tinggal berdua!" Kata Mama Brian dengan lembut.
"Jadi kalian ingin mencari rumah baru atau tinggal di rumah yang sudah Papa pilihkan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Dea Kurnia
klo udh bucin tw rasa ntar si brian..udh nikah masih ajj gituan sm cwe lain..org nya coba buka hati bwt istri dlu..
2021-11-24
2
Dea Kurnia
duh brian😡😡😡
2021-11-24
1