Opik tidak tinggal diam, ia melihat kemarahan Damar semakin memuncak membuatnya berang.
Juga melihat Ratna yang menangis.
Dengan langkah yang panjang Opik menghampiri Damar dengan sekali tarikan tangan di lengan Damar. Opik meninju Damar dengan sangat keras, hingga merobek sudut bibir Damar.
BUGH
Darah segar membasahi bibir dan juga gigi gusinya. Tersungkur jatuh ke tanah, Damar mengusap sudut bibirnya yang terasa sakit dan meringis. Ia mengedarkan pandangannya, seraya tersenyum miring.
Ratna terperangah akan sikap Opik yang memukul Damar,
"Opik!” pekik Ratna.
Seketika keributan yang terjadi menarik rasa penasaran sebagian orang-orang pengunjung alun-alun kota.
Tak luput juga dari pengawasan kedua orang yang tengah mengawasi Damar dari jarak jauh, dengan memakai pakaian serba hitam, seperti seorang detektif. "Waduh! Kenapa jadi berantem Lan?” tanya rekannya kepada rekan yang sama-sama sedang mengawasi Damar.
"Diem bae Kir.!” hardik rekannya.
Orang yang di panggil Kir pun menatap rekannya, "Wulan-wulan! Kan kasihan orang yang sedang kita awasi.”
"Eh Bokir! Lo dodol banget si! Kalau kita samperin si Damar sekarang, kita bakal ketahuan, kalau kita lagi ngawasin pemuda itu! Lo kagak ingat, orang yang memberi perintah sama kita pesan apa?” rentetan pertanyaan Wulan membuat rekan mata-mata yang di utus untuk mengawasi Damar teringat akan pesan dari atasannya.
"Jangan sampai ketahuan!” jawab Bokir.
Wulan menjentikkan jarinya, "Nah tuh Lo tau! Udah diem bae disini dah!”
"Tapi kalau sampai parah?” tanya Bokir.
"Susshhh!” hardik Wulan. Kedua mata-mata itupun diam, dan kembali mengamati Damar yang tengah bersitegang.
"Cinta segitiga!” gumam Wulan. Membuat Bokir. manggut-manggut.
"Apa pun yang berlebihan akan mengurangi. Anak muda nggak mencintai cinta, tapi mencintai konsep. Hati-hati dengan cinta yang berkobar-kobar.” gumam Bokir.
Wulan melirik sekilas kepada Bokir, dan manggut-manggut, "Bener juga apa kata Lo. yah seenggaknya Lo emang udah berpengalaman, kan Lo udah kawin.”
"Lah, kamu kapan Lan?” tanya Bokir, yang jauh lebih tua dari Wulan 3 tahun.
"Tenang, gue masih 27 tahun, masih cerah hidup gue, Kir.” jawab Wulan.
"Heleh, Lo-gue, mentang-mentang dari Jakarta.” cibir Bokir.
"Lah kenapa jadi bahas gue si Lo Kir!” sewot Wulan. keduanya pun kembali mengamati Damar yang tengah bersitegang.
Damar segera beranjak dan langsung membalas pukulan Opik. BUGH
Opik Alamsyah jatuh tersungkur di atas rerumputan sintetis, dan menahan pipinya yang terasa ngilu.
"Kurangajar!” teriak Opik, sambil memegangi pipinya yang terkena tinju dari tangan Damar.
Kedua Pria yang tengah sama-sama tersulut emosi pun saling menatap dengan kebencian, "Dasar brengsek! Udik. Kampungan!” cecar Opik.
"Sudah cukup kalian menghinaku, sudah cukup atas pengkhianatan kalian, aku tidak selemah dan sebodoh yang kalian pikirkan!” murka Damar, ia lagi-lagi meninju waja Opik kali ini mengenai pelipis mata kanan Opik.
BUGH
Teman band Damar pun menghampirinya, dan melihat bibir Damar yang sudah mengeluarkan cairan merah.
"Damar.” seru Juna.
"Keparat!” teriak Opik, menahan sakit.
"Damar! Opik!” sergah Ratna, berdiri di tengah-tengah antara dua pria yang tengah di landa kemarahan.
"Sudah Mar, sudah!” seru teman Damar, menahannya agar tidak lagi berkelahi.
"Dan terlebih kamu Rat. Jangan lupa bahagia!” lanjut Damar mengacungkan jari telunjuknya kepada Ratna.
Opik ingin membalas pukulan Damar, namun Ratna lebih dulu mencegahnya. Lantas menarik paksa lengan Opik, hingga pria berjaket kulit itu, mau tidak mau menuruti langkah Ratna. Dan pergi meninggalkan Damar seraya mengacungkan telunjuk jarinya sebagai peringatan.
"Jangan lupa bahagia!” teriak Damar lagi, sesudah Ratna dan juga Opik semakin menjauh.
"Mar lambe (bibir) mu Mar.” kata Anwar teman band Damar, panik melihat bibir Damar berdarah.
Damar mengusap bibirnya yang berdarah, serta meringis menahan sakit.
"Opik jahanam!” gerutu Damar. Tidak ada lagi Damar yang pura-pura bodoh yang telah mengetahui perselingkuhan Opik dan juga Ratna.
Imam salah satu dari teman band Damar menepuk pundak Damar, mencoba memberinya kekuatan. "Sabar bro.”
"Aku pulang dulu guys.” ujar Damar, ia pun berjalan sambil menunduk menahan sakit akibat pukulan berat yang ia terima dari tangan Opik yang lebih dulu sudah meninggalkan alun-alun bersama Ratna.
Kedua orang yang di utus untuk memata-matai Damar pun tersenyum senang. Mereka sudah siap memberikan laporan kepada sang Tuan yang menyuruhnya untuk melakukan misi rahasia untuk terus mematai Damar.
"Sebenernya siapa Damar ini Lan? Kenapa kita disuruh buat mengawasi Damar?” tanya Bokir, pria yang berumur 30 tahun dan di tugaskan memata-matai Damar namun ia tidak tahu untuk apa misi dan visinya ini.
Wulan melirik tajam kearah rekannya, Wanita yang pernah bekerja sebagai pegawai intelejen itupun mencebikkan bibirnya, "Ck. Kita hanya ditugaskan untuk mengawasi si pemuda itu!” hardik Wulan.
"Leh. Di tanya gitu aja ketus banget jawabnya!” keluh Bokir, pria berkepala pelontos.
"Dasar judes!” cibir Bokir, mendapat pelototan tajam mantan pegawai intelejen yang secara khusus di tarik dari kerjaannya untuk mengawasi Damar.
"Lah serah gue!” celetuk Wulan, sambil berjalan Wulan tidak sadar ia menabrak seseorang, yang sedang berjalan dengan tergesa-gesa.
BUGH
Keduanya sama-sama terpental di atas rerumputan sintetis, Wulan memegangi pantatnya, serta mengumpat kesal, "Kalau jalan tuh pakai mata dong, ishh...”
Wulan pun menatap seorang pria yang sudah menabraknya sama-sama terjatuh di atas rumput.
"Da--mar!” pekik Wulan. Tertegun.
Damar mengerutkan keningnya mendengar wanita yang tidak ia kenal menyebut namanya. Damar menahan pantatnya yang sakit akibat terjatuh di atas rumput sintetis, juga memegangi bibir atasnya yang mulai membengkak.
Bokir yang berdiri tak jauh dari Wulan dan juga Damar tercengang dengan keduanya yang sama-sama terjatuh.
"Aih.. si Wulan mah kalau jalan sembrono!” gumam Bokir.
Damar berdiri dan mengulurkan tangannya di hadapan Wulan. Wulan tersadar ia sudah menabrak seseorang yang sedang dalam pengawasannya, gadis yang baru seminggu memotong rambut cokelatnya sebatas bahu ini, lantas melihat tangan Damar yang terulur ke hadapannya.
"Eh... Romantis bat dah tuh si Damar!” gumam Bokir lagi, melihat Damar mengulurkan tangannya di hadapan rekannya.
Dasar Wulan dingin, ia seolah tidak membutuhkan bantuan. Gadis yang lebih pantas di sebut wanita berusia 27 tahun ini mengacuhkan uluran tangan Damar. Dan berdiri dengan sendirinya.
Baginya rasa sakitnya tidak seberapa, di bandingkan pelatihan saat ia mengikuti pelatihan sebagai pegawai intelejen yang khusus di latih agar menjadi seorang Intel yang mumpuni. Melirik sekilas kearah Damar, Wulan melenggang pergi begitu saja.
Bukan hanya melenggang, Wulan juga mengumpati Damar, "Dasar BUCIN!” celetukan Wulan, saat melewati Damar yang masih termangu akan sikap aneh wanita yang di temuinya ini.
"Hey...” seru Damar memanggil Wulan, Damar berbalik badan melihat punggung wanita yang tidak di kenalnya. Ia ingin tahu apa maksud dari wanita ini mengatakan dengan jelas bahwa Damar seorang ‘Budak Cinta.
Namun seolah seruan Damar bagaikan seekor nyamuk. Wulan tidak mengindahkan suara Damar. Ia malah mencebikkan bibirnya, dingin menanggapinya.
"Dasar gadis angkuh!” gumam Bokir, melihat Wulan yang acuh terhadap bantuan Damar. Lantas pria berkepala pelontos ini pun menyusul langkah Wulan yang semakin menjauhi tempat Damar berdiri.
"Dasar wanita aneh!” gerutu Damar. Kilasan ingatannya memutar saat ia pernah menolong seorang Kakek tua yang pernah di tolongnya saat di depan jalanan kampus, tidak sengaja pula Damar bertemu dengan wanita angkuh yang sama persis dengan wanita yang memanggil Pria tua yang di tolongnya. Dengan menyebut ‘Kakek.
"Ah sebodoh amat!” lanjut Damar dan berjalan menuju parkiran motornya.
•••
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Surtinah Tina
apa Wulan jodohnya damar.,
2022-04-15
0
Isrhay
waah. jgn" itu mata" kakeknya damar kayanya damar bakal di aku sbg cucunya & diksh jabatan
2022-04-12
0
Managarab Butar Butar
buat Ratna nyesal mar
2022-04-11
0