O7 Belum juga berubah

Kesetiaan dan pengkhianatan adalah dua sisi pilihan yang selalu menguji hati untuk bertahan atau udahan.

Memasuki waktu Maghrib, Damar baru pulang dari pantai Parangtritis. Baru saja mematikan mesin motor Vespanya, dan turun dari motornya ketika Damar berjalan dan hendak masuk ke dalam rumah. Sudah lebih dulu dihadang oleh adiknya di balik pintu. Membuat Damar terkesiap.

“Mas Damar!” seru Danum, yang sudah memakai baju koko putih sarung hitam corak batik serta peci untuk hitam untuk sholat.

“Alamak, kaget aku Num!” seru Damar. Seraya mengelus dadanya.

Danum menyandarkan sikunya di kusen pintu, seolah ingin mencari tahu Kakaknya baru pulang dari mana? Dan bertemu dengan siapa? Wangi banget bau parfumnya.

Baru saja Danum membuka mulutnya mengaga, sudah lebih dulu tangan Damar menyuruhnya untuk tidak bersuara. “Sssstthhhh...”

“Adik cerewet ku, diem bae yah. Jangan suka kepo.” Kata Damar, ia pun meminta agar adiknya menggeser tubuhnya yang berada tepat ditengah-tengah pintu masuk rumah.

Danum berdecak kesal akan sikap acuh Kakaknya yang enggan untuk berbagi cerita tentang kelanjutan hubungan Kakaknya juga Ratna, remaja itupun membuntuti sang Kakak hingga masuk kedalam kamar.

Sampai Damar kesusahan untuk mengambil handuk yang berada di balik pintu kamar.

“Minggir nggak!” ujar Damar.

Danum hanya menggelengkan kepalanya, “Nah, tuh kan udah azan. Sana berangkat ke mushola.” kata Damar, menyuruh adiknya ke mushola yang berada tak jauh dari rumahnya.

“Tapi Mas Damar masih hutang loh,” kata Danum, mengacungkan jari telunjuknya kearah sang Kakak.

Damar melihat jari telunjuk adiknya, lalu menangkisnya. “Nggak ada hutang-hutangan. Ibu aja nggak seperti kamu, kenapa malah kamu yang cerewet dan ingin tau.”

“Ini ada apa toh?” tanya Ibu, yang sudah memakai mukenah berwarna putih yang sudah terlihat usang.

Danum dan Damar pun mengalihkan tatapannya melihat Bu Suci yang sudah berdiri di luar kamar. “Ini Bu, Mas Damar, kan baru pulang terus aku tanya dari mana? Mas Damar nggak jawab,” kata Danum, seperti biasa ia akan mengadukan perbuatan Kakaknya kepada sang Ibu tunggal.

“Ihhss.. nih anak pengen di jitak yah, dasar tukang ngadu,” seru Damar, jengah melihat betapa manjanya Danum.

“Sudah-sudah.” kata Ibu melerai keduanya putranya yang sudah menjadi remaja juga dewasa tapi kelakuan masih sama seperti anak kecil.

Apalah daya, Danum pun mengikuti ajakan Ibu untuk pergi ke mushola. Sedangkan Damar, ia baru akan membersihkan diri lalu mengambil air wudhu.

Membentangkan sajadah. Tiga rakaat shalat, ia laksanakan di dalam kamarnya. Berpasrah diri, kepada Sang Khaliq. Memanjatkan doa, berharap kehidupan yang dijalaninya lebih baik lagi kedepannya.

Semua harapan dan doa ia panjatakan, berharap dapat menemui titik terang dalam kehidupan selanjutnya, juga mengenai rasa yang ada di dalam rongga hatinya.

“Akankah benar Ratna adalah jodoh hamba, atau hanya tempat singgah sementara? Hamba pun tau tidak baik menaruh harapan besar kepada manusia, dan tidak baik pula menabur benih cinta yang berlebihan. Besarkanlah hati hamba, Ya Rabb.

Agar kelak, ketika salah satunya memang harus berpisah, tiada dendam dan amarah. Namun lagi-lagi hamba hanyalah manusia, berilah hamba petunjuk agar hamba senantiasa berjalan menuju jalan kebenaran dan menjauhi kebatilan.” doa yang Damar panjatkan.

Setelah mengadukan tentang perasaannya, ia pun mengambil kitab suci Al-Quran dan melafazkan’nya. Sampai Damar tak mendengar Danum juga Ibu baru pulang dari mushola dan mengucap salam.

Setelah selesai makan malam, dan menyelesaikan semua pekerjaannya dirumah.

Tepat pukul 20:00 wib, Damar pamit untuk bekerja kepada Ibunya yang sedang duduk diruang tengah sambil menikmati tontonan wajib bagi kalangan emak-emak jaman now.

“Bu, Damar berangkat kerja dulu,” ucap Damar.

“Kamu nggak mau istirahat aja Nang,” kata Bu Suci, beliau merasa kasihan melihat putra sulungnya bekerja siang dan malam demi mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

“Nanti juga Damar istirahat, tapi Damar ngamen dulu. Lumayan buat beli emas batangan, hehe.” jawab Damar, seraya memakai kaos kaki berlambang Club sepak bola.

Danum yang sedang mengerjakan tugas sekolahnya di meja belajar samping kursi ruang tengah pun menatap sang Kakak, yang duduk di sebelah Bu Suci.

“Aku ikut Mas,” pinta Danum.

Damar menoleh sekilas pada Danum, “Emang kamu besok nggak sekolah Num?” tanya Damar.

Danum menggeleng, “Kenapa nggak sekolah? Jangan bilang kamu mau bolos?” tanya Damar menerka-nerka.

“Ihhh, enak aja. Sorry, Dorry Nela kharisma ya, seorang Danum Mahesa anak bungsu Bu Suciati dan almarum Bapak Gusli, nggak pernah ya. Yang namanya bolos,” jelas Danum, panjang tidak lebar.

Damar mengangkat satu alisnya, dan mencebikkan bibirnya. “Iya, iya tau! Terus kenapa kamu nggak sekolah?”

“Besok para guru akan mengadakan rapat koordinasi untuk membuka peluang bagi siswa siswi berprestasi untuk mengikuti lomba matematika, ku dengar siswa atau pun siswi yang menang akan memperoleh beasiswa,” jelas Danum.

Damar manggut-manggut, “Setau Mas, matematika mu bagus. Kamu ikutan lomba juga kan?” tanya Damar.

“Insya Allah Mas, semoga aku terpilih di antara siswa siswi di sekolah,” jawab Danum.

“Insya Allah anak Ibu pasti bisa mengikuti lomba yang diselenggarakan di sekolah, dan semoga kamu lulus cah bagus.” Kata Bu Suci, ikut bersuara, setelah sinetron yang ditontonnya sedang berganti mode iklan.

“Amin.” jawab Danum, juga Damar. Keduanya pun tersenyum kepada sang Ibu tunggal, guratan wajahnya begitu teduh. Menandakan bahwa Bu Suci adalah wanita yang penyabar dan setia terhadap suami yang telah berpulang ke Rahmatullah delapan tahun silam.

Setelah berpamitan kepada Bu Suci, kini Damar tengah menyetir motor Vespanya, dengan Danum yang membonceng. Setelah dirasa pulang tidak terlalu larut, Damar membolehkan adiknya untuk ikut.

Damar bukan hanya mengandalkan usahanya dalam berjualan cilok, Damar masih saja mau menerima tawaran pekerjaan seadanya. Seperti halnya saat ini. Panggilan untuk bernyanyi di salah satu cafe tak jauh dari derah Bantul.

Tiga puluh menit sudah jalanan Kota ia lalui, kini Damar dan juga Danum sudah sampai di cafe tempat ia mencari rezeki, di waktu malam hari. Di depan pintu masuk cafe yang bergaya klasik, Juna sudah menunggunya.

“Mar,” ucap Juna, memanggil sahabatnya.

“Udah lama Jun?” tanya Damar.

Tatapan Juna teralihkan menatap Danum, yang berjalan di belakang Damar.

“Kok Danum ikut, emang dia nggak sekolah Mar?” tanya Juna.

“Besok aku libur Mas Juna,” jawab Danum.

Juna tampak manggut-manggut tipis,

“Ya udah ayuk masuk.” Ajak Juna, Kepada Damar dan juga Danum. Ketiga pria yang sama-sama memakai pakaian kasual itu pun memasuki cafe.

Saat memasuki cafe,

Tatapan Damar pun beralih menatap Opik, pria itu tengah menikmati minumannya dengan ditemani seorang wanita bukan Ratna. Damar berniat mendekati Opik, namun lebih dulu dihentikan oleh Juna. “Jangan ikut campur urusan dia Mar, dia anak pemilik cafe ini, bisa-bisa kita kehilangan sumber rezeki kita malam ini.” Kata Juna memperingati Damar, agar tidak ikut campur atas apa pun yang dilakukan oleh Opik.

Namun Damar tidak mengindahkan peringatan Juna, ia mengingat tentang Ratna. Damar pun menghampiri Opik yang tengah merangkul pinggang ramping seorang wanita berambut sebahu dengan sangat sensual.

“Opik!” seru Damar, melihat Opik dengan tatapan tajam.

Opik yang semula sedang bercengkerama mesra dengan wanitanya pun melihat kearah sumber suara yang memanggilnya dengan suara meninggi. Opik melihat Damar yang berdiri di dekat meja bundar di hadapannya.

Tak terlihat wajah yang terkejut, Opik hanya memasang wajah datar.

“Mau ngapain kamu disini Mar?” tanya Opik, ia pun mengingat sang manajer cafe milik orangtuanya akan mengadakan live musik setiap hari weekend.

“Oh iya, aku lupa. Kamu kan mau ngamen di sini yah, silahkan panggung disebelah sana.” lanjut Opik, dengan suara mengejek.

Geram akan sikap Opik, Damar pun menarik kerah jaket yang dikenakan Opik, hingga pria itu sedikit terangkat.

“Gila! aku bener-bener nggak nyangka, ternyata kamu belum juga berubah!” cibir Damar.

Opik hanya tersenyum miring, “Apa urusan kamu, ikut campur urusanku. Enyahlah dari hadapan ku!” kata Opik kasar.

Merasa Damar tidak juga melepas kepalan tangan yang mencengkeram kerah jaketnya, lantas Opik memanggil satpam cafe.

“Sugeng, Yono, usir dia keluar dari cafe!” titah Opik kepada dua orang satpam.

Sugeng dan juga Yono pun menarik paksa lengan Damar. Seketika kegaduhan menarik simpati para pengunjung cafe yang menyaksikan Damar di seret secara paksa, oleh kedua satpam yang bertubuh tegap.

“Lepas!” sergah Damar, kepada kedua satpam yang menyeretnya hingga kedapan cafe, hingga membuatnya jatuh tersungkur.

“Mas Damar!” seru Danum, dan menghampiri Kakaknya.

“Mar!” seru Juna, ikut menghampirinya.

“Aih, kan aku udah bilang jangan ikut campur urusan si Opik.” pungkas Juna.

Damar pun berdiri, hatinya merasa tercabik-cabik. Bagaimana bisa ia membiarkan wanita yang dicintainya bersanding dengan Pria macam Opik.

“Jun, anterin Danum pulang. Tolong.” pinta Damar pada Juna.

“Mas Damar mau kemana?” tanya Danum.

“Iya mau kemana kamu Mar, jangan macem-macem deh!” kata Juna, lagi-lagi memperingati Damar, agar tidak bertindak gegabah.

“Aku harus menyelesaikan sesuatu.” pungkas Damar, ia pun melenggang pergi kearah parkiran motor.

“Damar, hey Damar!” teriak Juna, seolah tidak ada gunanya.

Sedangkan Danum, ia hanya menatap keseriusan dari Kakaknya. Damar pun pergi dengan mengendarai motor Vespanya.

•••

Bersambung

Terpopuler

Comments

Muhammad Pratama

Muhammad Pratama

Damar ngeyel tenan

2022-09-15

0

Ernadina 86

Ernadina 86

ngapain ikut campur sih biarin aja..Damar gak punya hp y'? tinggal video in aja ..sekarang kan jaman viral viral an

2022-03-31

0

Dini Junghuni

Dini Junghuni

hmmmmm damar damar
biarin aja napa sih, doain aja semoga mata ortunya si ratna kebuka biar tau kelakuan calon mantunya..

2022-03-29

0

lihat semua
Episodes
1 01 •Sepenggal Kisah•
2 02 •Kakek misterius•
3 03 •Persetan•
4 04 •Orang Ketiga•
5 05 •Tega Menikung Teman•
6 06 •Kamu Sangat Egois•
7 O7 Belum juga berubah
8 08 Jangan Edan
9 09 Asmara yang Rumit
10 10 Astaghfirullah
11 11 Dusta
12 12 Cam kan itu!
13 13 Nyewa Tuyul
14 14 Hati sekeras baja
15 15 Saya manusia bukan malaikat
16 16 Alias berakhir
17 17 Cidro
18 18 Dasar BUCIN
19 19 Anjay memang
20 20 Buaya darat
21 21 Cilok
22 22 Tulang punggung keluarga
23 23 Sad boy
24 24 Berpikir rasional
25 25 Cucak Rowo
26 26 Move on
27 27 Memulai kerjasama
28 28 Pengemis tua
29 29 Mencium wanita asing
30 30 Macannya Intel
31 31 Cokelat meleleh
32 32 Nawang Wulan
33 33 Singkong rebus
34 34 Kali pertama
35 35 Demo karyawan
36 36 Kucing-kucingan
37 37 Beliau menangis
38 38 Tamak
39 39 Kartu AS
40 40 Berlian dalam lumpur
41 41 Otot kawat tulang besi
42 42 Marilah Sukses bersamaku
43 43 Motor butut
44 44 Kesederhanaan yang disyukuri
45 45 Tentang masa silam
46 46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47 47 Kamu cantik hari ini
48 48 Sawang sinawang
49 49 Senyumlah syukuri hidupmu
50 50 Doa orang tua
51 51 Bibirmu berdarah
52 52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53 53 Harapan besar menanti kita
54 54 Sandal jepit
55 55 Kebaikan tidak pernah bohong
56 56 Istri dan juga selingkuhan
57 57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58 58 Bento
59 59 Simpan saja air matamu
60 60 Pesawat tempur
61 61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62 62 Penyesalan yang tidak berarti
63 63 Landasan kekufuran
64 64 Kesopanan dan akal budi
65 65 Ethical Hacking
66 66 Musuh dalam selimut
67 67 Pemenang sejati
68 68 Hati itu wajahnya jiwa
69 69 Lebih baik banyak bersyukur
70 70 Permulaan permainan
71 71 Tergelincir dan jatuh
72 72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73 73 Menghubungkan silahturahmi
74 74 Jangan mudah berburuk sangka
75 75 Kebakaran jenggot
76 76 Ribuan kunang-kunang
77 77 Percaya kepada takdir
78 78 Mimpi mengerikan
79 79 Mendekatkan yang jauh
80 80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81 81 Krisis
82 82 Sikap tegas
83 83 Teman dan sahabat
84 84 Indahnya pengendalian
85 85 Inikah rasanya cemburu
86 86 Segelas kopi
87 87 Mati satu tumbuh seribu
88 88 Tiada ampun lagi
89 89 Menikmati kejutannya
90 90 Membongkar kejahatan
91 91 Keberanian separuh dari kemenangan
92 92 Cinta segitiga
93 93 Cintai apapun sewajarnya
94 94 Ungkapan hati
95 95 Emoji red heart
96 96 Keteguhan iman dan hati
97 97 Diam-diam menghanyutkan
98 98 Sang Jutawan
99 99 Cinta menghadirkan dua sisi
100 100 Wanita penghebatku
101 101 Kembang gula
102 102 Cinta itu sederhana
103 103 Permintaan seorang Ibu
104 104 Kini hanya tentangmu
105 105 Kardus misterius
106 106 Kaca mata kuda
107 107 Persidangan
108 108 Fatamorgana
109 109 Tak pernah terduga
110 110 Ikrar ijab Kabul
111 111 DamarWulan
112 112 Penyatuan dua insan
113 113 Semoga Istikomah
114 114 Kehidupan terus berputar
115 115 Arti kehidupan
116 116 Kamulah sejarahku
117 117 Mood booster
118 118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119 119 Inilah yang aku harapkan
120 120 Mesra yang tak tertahan
121 121 Jangan ganggu
122 122 Rumah legendaris
123 123 Tugu Pal Putih
124 124 Menemukanmu
125 125 Jangan pernah melupakanku
126 126 Jangan pernah menyerah
127 127 Mencari pelaku
128 128 Radiologi diagnostik
129 129 Penggerebekkan
130 130 Isteri Damar Mangkulangit!
131 131 Antara lega dan cemas
132 132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133 Pengumuman
134 133 Season 2: Kita lewati bersama
135 134 Season 2; Juragan cilor
136 135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137 136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138 137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139 138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140 139 Season 2; Perhatian karena sayang
141 140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142 141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143 Promosi karya baru
144 Pengumuman [promosi]
145 Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"
Episodes

Updated 145 Episodes

1
01 •Sepenggal Kisah•
2
02 •Kakek misterius•
3
03 •Persetan•
4
04 •Orang Ketiga•
5
05 •Tega Menikung Teman•
6
06 •Kamu Sangat Egois•
7
O7 Belum juga berubah
8
08 Jangan Edan
9
09 Asmara yang Rumit
10
10 Astaghfirullah
11
11 Dusta
12
12 Cam kan itu!
13
13 Nyewa Tuyul
14
14 Hati sekeras baja
15
15 Saya manusia bukan malaikat
16
16 Alias berakhir
17
17 Cidro
18
18 Dasar BUCIN
19
19 Anjay memang
20
20 Buaya darat
21
21 Cilok
22
22 Tulang punggung keluarga
23
23 Sad boy
24
24 Berpikir rasional
25
25 Cucak Rowo
26
26 Move on
27
27 Memulai kerjasama
28
28 Pengemis tua
29
29 Mencium wanita asing
30
30 Macannya Intel
31
31 Cokelat meleleh
32
32 Nawang Wulan
33
33 Singkong rebus
34
34 Kali pertama
35
35 Demo karyawan
36
36 Kucing-kucingan
37
37 Beliau menangis
38
38 Tamak
39
39 Kartu AS
40
40 Berlian dalam lumpur
41
41 Otot kawat tulang besi
42
42 Marilah Sukses bersamaku
43
43 Motor butut
44
44 Kesederhanaan yang disyukuri
45
45 Tentang masa silam
46
46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47
47 Kamu cantik hari ini
48
48 Sawang sinawang
49
49 Senyumlah syukuri hidupmu
50
50 Doa orang tua
51
51 Bibirmu berdarah
52
52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53
53 Harapan besar menanti kita
54
54 Sandal jepit
55
55 Kebaikan tidak pernah bohong
56
56 Istri dan juga selingkuhan
57
57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58
58 Bento
59
59 Simpan saja air matamu
60
60 Pesawat tempur
61
61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62
62 Penyesalan yang tidak berarti
63
63 Landasan kekufuran
64
64 Kesopanan dan akal budi
65
65 Ethical Hacking
66
66 Musuh dalam selimut
67
67 Pemenang sejati
68
68 Hati itu wajahnya jiwa
69
69 Lebih baik banyak bersyukur
70
70 Permulaan permainan
71
71 Tergelincir dan jatuh
72
72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73
73 Menghubungkan silahturahmi
74
74 Jangan mudah berburuk sangka
75
75 Kebakaran jenggot
76
76 Ribuan kunang-kunang
77
77 Percaya kepada takdir
78
78 Mimpi mengerikan
79
79 Mendekatkan yang jauh
80
80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81
81 Krisis
82
82 Sikap tegas
83
83 Teman dan sahabat
84
84 Indahnya pengendalian
85
85 Inikah rasanya cemburu
86
86 Segelas kopi
87
87 Mati satu tumbuh seribu
88
88 Tiada ampun lagi
89
89 Menikmati kejutannya
90
90 Membongkar kejahatan
91
91 Keberanian separuh dari kemenangan
92
92 Cinta segitiga
93
93 Cintai apapun sewajarnya
94
94 Ungkapan hati
95
95 Emoji red heart
96
96 Keteguhan iman dan hati
97
97 Diam-diam menghanyutkan
98
98 Sang Jutawan
99
99 Cinta menghadirkan dua sisi
100
100 Wanita penghebatku
101
101 Kembang gula
102
102 Cinta itu sederhana
103
103 Permintaan seorang Ibu
104
104 Kini hanya tentangmu
105
105 Kardus misterius
106
106 Kaca mata kuda
107
107 Persidangan
108
108 Fatamorgana
109
109 Tak pernah terduga
110
110 Ikrar ijab Kabul
111
111 DamarWulan
112
112 Penyatuan dua insan
113
113 Semoga Istikomah
114
114 Kehidupan terus berputar
115
115 Arti kehidupan
116
116 Kamulah sejarahku
117
117 Mood booster
118
118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119
119 Inilah yang aku harapkan
120
120 Mesra yang tak tertahan
121
121 Jangan ganggu
122
122 Rumah legendaris
123
123 Tugu Pal Putih
124
124 Menemukanmu
125
125 Jangan pernah melupakanku
126
126 Jangan pernah menyerah
127
127 Mencari pelaku
128
128 Radiologi diagnostik
129
129 Penggerebekkan
130
130 Isteri Damar Mangkulangit!
131
131 Antara lega dan cemas
132
132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133
Pengumuman
134
133 Season 2: Kita lewati bersama
135
134 Season 2; Juragan cilor
136
135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137
136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138
137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139
138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140
139 Season 2; Perhatian karena sayang
141
140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142
141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143
Promosi karya baru
144
Pengumuman [promosi]
145
Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!