10 Astaghfirullah

Layaknya sebuah perahu kecil yang terombang-ambing di samudera lepas. Ingin menyerah tapi takut mati, tetap berjuang tapi hati ingin menyerah.

Kartu AS

Subuh, dengan segala rutinitas sehari-hari. Tidak seperti biasanya Damar akan segera beranjak dari pembaringan, ia enggan seolah ada yang menahan tubuhnya untuk beranjak.

Danum yang sudah bangun terlebih dulu pun menengok keadaan sang Kakak yang tidak biasanya ia akan bangun saat mendengarkan kumandang azan subuh.

“Mas Damar!” seru Danum membangunkan Kakaknya yang tidak juga membuka mata.

Danum memeriksa kening Damar, suhu tubuhnya panas, disertai menggigil. Danum panik, “Astaghfirllah, Mas Damar badannya panas.”

Remaja yang masih memakai sarung itu pun segera berlari keluar kamar, dan mencari keberadaan Ibunya. Sekejap ia menunggu, karena sang Ibu tengah melaksanakan sholat subuh.

Lantas Danum berjalan kearah dapur, dan mengambil wadah di almari dapur lalu berjalan menuju meja dan membuka termos air panas, lalu mengisi wadah yang diambilnya dengan air panas, lalu menambahkan sedikit air dingin.

Berjalan dengan tergesa-gesa, hingga ia menabrak Ibunya yang baru memasuki ruang dapur, air yang di bawa Danum pun tumpah ruah di lantai dapur. “Astaghfirllah, Nang. Kalau jalan mbok yo hati-hati.” Kata Ibu.

“Maaf Bu, maaf. I—itu Mas Damar Bu,” kata Danum, tergagap.

“Mas mu kenapa?” tanya Bu Suci, yang ikut merasakan kepanikan mendengar anak bungsunya berbicara tergagap.

“Mas Damar sakit Bu,” ujar Danum.

Tertegun akan ucapan Danum, Ibu pun segera berbalik badan dan berjalan menuju kamar kedua putranya. Karena rumah yang tinggalinya hanya mempunyai dua kamar.

Bu Suci pun duduk di tepian ranjang kayu, dengan kasur busa tipis. Memeriksa kondisi putra sulungnya,

“Ya Allah, badanmu panas Nang, kamu demam.” kata Bu Suci, dan beralih menatap Danum yang juga sudah duduk di tepian ranjang samping Damar yang masih memejamkan matanya sambil menggigil.

“Danum, tolong ambilkan air hangat untuk mengompres Mas mu,” pinta Ibu, pada Danum.

Danum pun mengangguk dan beranjak menuju dapur, menyiapkan wadah yang sempat ia pakai untuk diisi kembali dengan air hangat. Lalu kembali lagi ke kamar, dan membuka almari pakaian lantas mengambil handuk kecil untuk mengompres kening Damar.

Ibu pun mengompres Damar, lalu beranjak. “Tolong kompres Mas mu Nang, Ibu mau buat bubur,” pinta Ibu.

“Iya Bu.” Sahut Danum, Bu Suci pun beranjak dan berjalan menuju dapur.

Danum masih setia memijit lengan Kakaknya, menatap nanar tulang punggung keluarga yang menggantikan sang Almarhum Bapak Gusli. Meskipun hampir setiap hari selalu saja ada perdebatan di antara keduanya. Namun tidak dipungkiri Danum sangat sedih jika sesuatu yang tidak dinginkan terjadi pada sang Kakak.

“Mas, cepet sembuh Mas Damar, jangan buat adikmu yang ganteng ini khawatir.” Seloroh Danum.

Damar masih saja menggigil, dan berhalusinasi. Bahwa tangan Danum adalah Ratna, Damar pun mengusap tangan Danum yang sedang memijit lengannya.

Danum merasa heran, akan sikap sang Kakak. Ia pun menaruh tangan Damar di atas perut Damar yang tertutupi kaos dan selimut. Namun lagi-lagi Damar menurunkan tangannya, dan kembali memegang tangan Danum seraya mengusapnya lembut.

Membuat Danum risih dan merasa geli, ia pun kembali menaruh tangan Damar di atas perutnya. Dan terjadi secara berulang-ulang, kini Damar membuka matanya dan seolah Danum berubah menjadi seorang gadis yang di cintainya.

Damar melihat seolah Danum sedang tersenyum simpul kearah Damar yang tengah berhalusinasi bahwa menganggap adiknya adalah Ratna. Lain dengan khayalan Damar.

Danum justru merasakan geli akan sikap Kakaknya. Perlahan tangan Damar terangkat dan hendak mengusap pipi Danum, namun segera di halau oleh tangan Danum.

“Ra—tna...” lirih Damar bergumam.

“Mbak Ratna udah mati Mas!” celetuk Danum.

Seolah suara Danum menariknya secara paksa dari rasa halu, yang menganggap Danum adalah Ratna. Damar pun membuka matanya lebar-lebar.

“Magnum!” seru Damar, membulatkan matanya menatap Danum yang merasa kesal akan tingkah laku Kakaknya. Yang sudah seperti orang gila, pikirnya.

“Aku bukan Mbak Ratna toh yo, aku ini adikmu Danum Mahesa, cowok paling ganteng sekelurahan!” celoteh Danum.

“Jangan nyumpahim hidup orang Magnum!” sahut Damar dengan suara lemah.

Danum mengerucutkan bibirnya, dan mencebik kesal. “Ck. Aku nggak nyumpahim, habis aku kesal sama dia Mas, Mas Damar kenapa sih nggak putus aja sama dia? Emang nggak ada cewek lain di Jogja selain Mbak Ratna?” cecar Danum dengan berbagai pertanyaan.

Damar hanya diam, ia enggan untuk menanggapinya. Damar lebih memilih memejamkan matanya kembali. Melihat sikap Kakaknya yang acuh, membuat Danum berdecak sesal.

“Di omongi ngene yo (di bilangin gini yah) Nanti kalau sakit hati, terus sampai gantung diri. Jangan jadi hantu gentayangan loh! Awas nanti.” umpat Danum.

Bu Suci yang baru selesai membuat bubur untuk Damar pun mengerutkan keningnya, mendengar celotehan putra bungsunya, sedangkan Damar masih memejamkan mata.

“Le cah bagus, kamu bicara sama siapa?” tanya Bu Suci, membawa semangkuk bubur putih.

“Ini Mas Damar, ngaco! Masa Danum lagi ngomongin supaya ninggalin Mbak Ratna malah acuh banget Bu!” sesal Danum.

Bu Suci mengulum senyum, dan duduk di tepian ranjang. “Sebenarnya siapa yang ngaco?”

“Mar, Damar ayok bangun Nak, makan bubur dulu nanti baru minum obat,” kata Bu Suci, mencoba membangunkan Damar.

Damar pun membuka matanya, dan melihat wajah Danum yang manyun. Sedangkan Danum melenggang pergi keluar kamar, “Mending aku ngasih makan ayam-ayam ku, hehh.”

Damar pun beranjak dari pembaringan, dan bersandar pada sandaran ranjang. Ketika Ibu hendak menyuapkan bubur, Damar berujar “Damar bisa makan sendiri Bu.”

Bu Suci mengerti akan sikap anak sulungnya yang sudah terbiasa mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain, beliau pun memberikan mangkuk berisikan bubur dan telur yang dimasak orak-arik.

Setelah usai, Ibu pun memberikan obat parasetamol untuk Damar. “Makasih Bu.” Ucap Damar setelah memakan bubur buatan Ibunya juga meminum obat yang diberikannya.

••

Mentari pagi kian meninggi, mengitari rotasi bumi. Bias cahaya fajar membelah di antara dedaunan yang rindang. Sejumput bunga-bunga bermekaran di pekarangan rumah yang sangat sederhana.

Menghirup sang embun basah mengisi paru-parunya dengan udara pagi hari. “Selamat pagi jiwa-jiwa optimistis, kesulitan yang dihadapi hari ini akan membantumu sukses di masa depan.” gumam Damar, di teras rumahnya.

Setelah di rasa lebih baik, Damar akan berdagang cilok seperti biasanya, dengan tiga rekan kerjanya. Biasa Damar sebut Kang Karso, Kang Didit dan Mang Jamal. Ketiga orang yang lebih tua darinya, namun Damar sama sekali tidak beranggapan ia adalah atasannya.

“Saya berangkat dulu Mas Damar, Kang Didit Mang Jamal,” kata Kang Karso berpamitan.

Kang Didit, Mang Jamal dan Damar pun mengangguk, “Iya Kang, semoga habis jualannya,” kata Mang Jamal.

“Amin.” Sahut Kang Karso, dan mendorong gerobak cilok.

“Hati-hati Kang.” Seru Damar.

“Iya.” Teriak Kang Karso yang sudah berjalan semakin jauh.

Disusul Kang Didit dan Mang Jamal, “Kita juga berangkat Mas Damar, ” kata Mang Jamal.

“Iya, Mang Jamal.” Jawab Damar.

Kedua orang yang sudah berumur empat puluhan itupun meninggalkan halaman rumah Damar. Bu Suci keluar dari dalam rumah, dan melihat Damar yang sedang bersiap-siap untuk berjualan cilok.

“Damar, kamu yakin udah sehat Nak, istirahat dulu aja, nanti kalau udah benar-benar sembuh baru jualan lagi.” Kata Bu Suci yang sudah berdiri di teras rumah.

Damar yang sedang mengelap gerobak ciloknya pun menoleh kearah Ibunya, “Damar udah sehat Bu, lagian kalau Cuma berdiam diri di rumah hanya akan membuat Damar jadi semakin lesuh,” ujar Damar.

“Pancen anggel lan keras kepala bocah iki (Memang susah dan keras kepala anak ini)” gerutu Bu Suci.

Damar hanya terkekeh geli, “Kan keras kepala Damar menuruni sifat Bapak, hehe.” balas Damar.

Bu Suci pun membantu menyiapkan keperluan anaknya untuk berjualan. Juga menyiapkan keperluan Danum,

“Bu, Danum berangkat dulu, doakan Danum supaya jualannya ludes terjual,” kata Danum.

“Amin, insya Allah Nak, semoga Allah mengabulkan doa anak-anak Soleh Ibu,” balas Bu Suci.

Danum pun beralih menatap Damar yang tengah berdiri di sampingnya. “Mas Damar yakin udah sembuh?” tanya Danum memastikan, bahwa Kakaknya sudah benar-benar pulih dari demamnya.

“Alhamdulillah, Num. Makasih yah udah mencemaskan keadaan Mas mu ini,” jawab Damar.

“Kan aku adik yang Soleh, jadi harus senantiasa berdoa untuk kesembuhan dan keselamatan Mas ku,” ucap Danum, lalu beralih menatap Bu Suci yang sedang menatap kedua putranya dengan tatapan teduh.

Danum pun mengalami tangan Bu Suci, dan menaruhnya di keningnya. “Damar pamit Bu,” kata Danum.

“Iya, hati-hati Nak.” Jawab Bu Suci, mengusap lembut kepala putra bungsunya.

Setelah Danum, kini giliran Damar.

“Damar juga Bu,” kata Damar, lalu menyalami tangan Ibunya.

“Hati-hati. Kalau pas di jalan kamu masih merasa sakit, lebih baik langsung pulang ya Nang.” Kata Bu Suci.

Damar pun mengangguki’nya,

“Iya Bu.”

Damar dan juga Danum pun berjalan, mendorong gerobak ciloknya. Keduanya sama-sama menjajakan dagangannya berharap mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan Danum, ia lebih fokus untuk menabung agar bisa melanjutkan pendidikannya, supaya bisa meringankan beban yang di pikul Kakaknya. Sekiranya, ia ingin menjadi anak sekaligus adik yang bisa membanggakan Kakak juga Ibunya.

Di depan gang menuju jalan raya, Danum dan Damar pun berpisah.

“Dah Mas Damar,” seru Danum.

Damar mengembangkan kedua sudut bibirnya, “Hati-hati.” Balas Damar, dan mendapat anggukan dari Danum.

••

Cuaca tidak dapat di prediksi hanya dengan mata telanjang, saat pagi cuacanya masih cerah. Namun saat siang hari mendung ke abu-abuan menutupi sinar panas sang surya. Kini jumpatan awan hitam bergelayut pada sang mega yang mendung temaram.

Damar sedang menyusuri jalanan dan mencari tempat untuk berteduh karena rintik hujan turun semakin lebat. Membasahi seluruh apa pun yang terkena hujan, dan menggenangi jalanan yang berlubang.

Pandangan Damar jatuh pada sebuah halte bus, ia pun jalan dengan tergesa-gesa mendorong gerobak ciloknya menuju halte bus yang berjarak 15 meter dari tempatnya berdiri. Namun, sebuah mobil yang melaju kencang seperti sengaja melintas di genangan air membuat Damar serta gerobaknya basah kuyup.

Damar menoleh kebelakang, melihat mobil yang sudah semakin jauh dan membuat sekujur badannya kotor karena terkena cipratan air dari genangan jalanan yang berwarna kecokelatan.

“Astaghfirllah!” seru Damar.

•••

Bersambung...

Terpopuler

Comments

gue kasian sm damar tunggulh bgi yg hina damar bkal dpat karma

2023-02-24

1

maulana ya_manna

maulana ya_manna

pastu ulahnya ortunya ratna nih🤔

2022-10-28

0

Hartin Marlin ahmad

Hartin Marlin ahmad

sabar ya mas damar

2022-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 01 •Sepenggal Kisah•
2 02 •Kakek misterius•
3 03 •Persetan•
4 04 •Orang Ketiga•
5 05 •Tega Menikung Teman•
6 06 •Kamu Sangat Egois•
7 O7 Belum juga berubah
8 08 Jangan Edan
9 09 Asmara yang Rumit
10 10 Astaghfirullah
11 11 Dusta
12 12 Cam kan itu!
13 13 Nyewa Tuyul
14 14 Hati sekeras baja
15 15 Saya manusia bukan malaikat
16 16 Alias berakhir
17 17 Cidro
18 18 Dasar BUCIN
19 19 Anjay memang
20 20 Buaya darat
21 21 Cilok
22 22 Tulang punggung keluarga
23 23 Sad boy
24 24 Berpikir rasional
25 25 Cucak Rowo
26 26 Move on
27 27 Memulai kerjasama
28 28 Pengemis tua
29 29 Mencium wanita asing
30 30 Macannya Intel
31 31 Cokelat meleleh
32 32 Nawang Wulan
33 33 Singkong rebus
34 34 Kali pertama
35 35 Demo karyawan
36 36 Kucing-kucingan
37 37 Beliau menangis
38 38 Tamak
39 39 Kartu AS
40 40 Berlian dalam lumpur
41 41 Otot kawat tulang besi
42 42 Marilah Sukses bersamaku
43 43 Motor butut
44 44 Kesederhanaan yang disyukuri
45 45 Tentang masa silam
46 46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47 47 Kamu cantik hari ini
48 48 Sawang sinawang
49 49 Senyumlah syukuri hidupmu
50 50 Doa orang tua
51 51 Bibirmu berdarah
52 52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53 53 Harapan besar menanti kita
54 54 Sandal jepit
55 55 Kebaikan tidak pernah bohong
56 56 Istri dan juga selingkuhan
57 57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58 58 Bento
59 59 Simpan saja air matamu
60 60 Pesawat tempur
61 61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62 62 Penyesalan yang tidak berarti
63 63 Landasan kekufuran
64 64 Kesopanan dan akal budi
65 65 Ethical Hacking
66 66 Musuh dalam selimut
67 67 Pemenang sejati
68 68 Hati itu wajahnya jiwa
69 69 Lebih baik banyak bersyukur
70 70 Permulaan permainan
71 71 Tergelincir dan jatuh
72 72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73 73 Menghubungkan silahturahmi
74 74 Jangan mudah berburuk sangka
75 75 Kebakaran jenggot
76 76 Ribuan kunang-kunang
77 77 Percaya kepada takdir
78 78 Mimpi mengerikan
79 79 Mendekatkan yang jauh
80 80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81 81 Krisis
82 82 Sikap tegas
83 83 Teman dan sahabat
84 84 Indahnya pengendalian
85 85 Inikah rasanya cemburu
86 86 Segelas kopi
87 87 Mati satu tumbuh seribu
88 88 Tiada ampun lagi
89 89 Menikmati kejutannya
90 90 Membongkar kejahatan
91 91 Keberanian separuh dari kemenangan
92 92 Cinta segitiga
93 93 Cintai apapun sewajarnya
94 94 Ungkapan hati
95 95 Emoji red heart
96 96 Keteguhan iman dan hati
97 97 Diam-diam menghanyutkan
98 98 Sang Jutawan
99 99 Cinta menghadirkan dua sisi
100 100 Wanita penghebatku
101 101 Kembang gula
102 102 Cinta itu sederhana
103 103 Permintaan seorang Ibu
104 104 Kini hanya tentangmu
105 105 Kardus misterius
106 106 Kaca mata kuda
107 107 Persidangan
108 108 Fatamorgana
109 109 Tak pernah terduga
110 110 Ikrar ijab Kabul
111 111 DamarWulan
112 112 Penyatuan dua insan
113 113 Semoga Istikomah
114 114 Kehidupan terus berputar
115 115 Arti kehidupan
116 116 Kamulah sejarahku
117 117 Mood booster
118 118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119 119 Inilah yang aku harapkan
120 120 Mesra yang tak tertahan
121 121 Jangan ganggu
122 122 Rumah legendaris
123 123 Tugu Pal Putih
124 124 Menemukanmu
125 125 Jangan pernah melupakanku
126 126 Jangan pernah menyerah
127 127 Mencari pelaku
128 128 Radiologi diagnostik
129 129 Penggerebekkan
130 130 Isteri Damar Mangkulangit!
131 131 Antara lega dan cemas
132 132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133 Pengumuman
134 133 Season 2: Kita lewati bersama
135 134 Season 2; Juragan cilor
136 135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137 136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138 137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139 138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140 139 Season 2; Perhatian karena sayang
141 140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142 141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143 Promosi karya baru
144 Pengumuman [promosi]
145 Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"
Episodes

Updated 145 Episodes

1
01 •Sepenggal Kisah•
2
02 •Kakek misterius•
3
03 •Persetan•
4
04 •Orang Ketiga•
5
05 •Tega Menikung Teman•
6
06 •Kamu Sangat Egois•
7
O7 Belum juga berubah
8
08 Jangan Edan
9
09 Asmara yang Rumit
10
10 Astaghfirullah
11
11 Dusta
12
12 Cam kan itu!
13
13 Nyewa Tuyul
14
14 Hati sekeras baja
15
15 Saya manusia bukan malaikat
16
16 Alias berakhir
17
17 Cidro
18
18 Dasar BUCIN
19
19 Anjay memang
20
20 Buaya darat
21
21 Cilok
22
22 Tulang punggung keluarga
23
23 Sad boy
24
24 Berpikir rasional
25
25 Cucak Rowo
26
26 Move on
27
27 Memulai kerjasama
28
28 Pengemis tua
29
29 Mencium wanita asing
30
30 Macannya Intel
31
31 Cokelat meleleh
32
32 Nawang Wulan
33
33 Singkong rebus
34
34 Kali pertama
35
35 Demo karyawan
36
36 Kucing-kucingan
37
37 Beliau menangis
38
38 Tamak
39
39 Kartu AS
40
40 Berlian dalam lumpur
41
41 Otot kawat tulang besi
42
42 Marilah Sukses bersamaku
43
43 Motor butut
44
44 Kesederhanaan yang disyukuri
45
45 Tentang masa silam
46
46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47
47 Kamu cantik hari ini
48
48 Sawang sinawang
49
49 Senyumlah syukuri hidupmu
50
50 Doa orang tua
51
51 Bibirmu berdarah
52
52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53
53 Harapan besar menanti kita
54
54 Sandal jepit
55
55 Kebaikan tidak pernah bohong
56
56 Istri dan juga selingkuhan
57
57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58
58 Bento
59
59 Simpan saja air matamu
60
60 Pesawat tempur
61
61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62
62 Penyesalan yang tidak berarti
63
63 Landasan kekufuran
64
64 Kesopanan dan akal budi
65
65 Ethical Hacking
66
66 Musuh dalam selimut
67
67 Pemenang sejati
68
68 Hati itu wajahnya jiwa
69
69 Lebih baik banyak bersyukur
70
70 Permulaan permainan
71
71 Tergelincir dan jatuh
72
72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73
73 Menghubungkan silahturahmi
74
74 Jangan mudah berburuk sangka
75
75 Kebakaran jenggot
76
76 Ribuan kunang-kunang
77
77 Percaya kepada takdir
78
78 Mimpi mengerikan
79
79 Mendekatkan yang jauh
80
80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81
81 Krisis
82
82 Sikap tegas
83
83 Teman dan sahabat
84
84 Indahnya pengendalian
85
85 Inikah rasanya cemburu
86
86 Segelas kopi
87
87 Mati satu tumbuh seribu
88
88 Tiada ampun lagi
89
89 Menikmati kejutannya
90
90 Membongkar kejahatan
91
91 Keberanian separuh dari kemenangan
92
92 Cinta segitiga
93
93 Cintai apapun sewajarnya
94
94 Ungkapan hati
95
95 Emoji red heart
96
96 Keteguhan iman dan hati
97
97 Diam-diam menghanyutkan
98
98 Sang Jutawan
99
99 Cinta menghadirkan dua sisi
100
100 Wanita penghebatku
101
101 Kembang gula
102
102 Cinta itu sederhana
103
103 Permintaan seorang Ibu
104
104 Kini hanya tentangmu
105
105 Kardus misterius
106
106 Kaca mata kuda
107
107 Persidangan
108
108 Fatamorgana
109
109 Tak pernah terduga
110
110 Ikrar ijab Kabul
111
111 DamarWulan
112
112 Penyatuan dua insan
113
113 Semoga Istikomah
114
114 Kehidupan terus berputar
115
115 Arti kehidupan
116
116 Kamulah sejarahku
117
117 Mood booster
118
118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119
119 Inilah yang aku harapkan
120
120 Mesra yang tak tertahan
121
121 Jangan ganggu
122
122 Rumah legendaris
123
123 Tugu Pal Putih
124
124 Menemukanmu
125
125 Jangan pernah melupakanku
126
126 Jangan pernah menyerah
127
127 Mencari pelaku
128
128 Radiologi diagnostik
129
129 Penggerebekkan
130
130 Isteri Damar Mangkulangit!
131
131 Antara lega dan cemas
132
132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133
Pengumuman
134
133 Season 2: Kita lewati bersama
135
134 Season 2; Juragan cilor
136
135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137
136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138
137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139
138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140
139 Season 2; Perhatian karena sayang
141
140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142
141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143
Promosi karya baru
144
Pengumuman [promosi]
145
Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!