Dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan
“Ku terima dengan ikhlas, bahwa kesalahan ku dalam memilih orang yang ku cintai. Disebabkan karena berasal dari ketidak hati-hatian ku.” gumam Damar.
Ganteng doang tidak menjamin pasangan setia. Bila hati sudah berdusta, maka takkan ada kisah asmara berikutnya, di tambah lagi perbedaan kasta di antara Damar juga Ratna.
Damar tak menampik memang dirinya lah yang sudah terlalu jauh untuk memikirkan masa depannya bersama dengan Ratna.
Ia juga tidak menampik pula rasa kecewa dan terluka karena pengkhianatan yang diterimanya. Juga ia ingin pembalasan dendam terhadap Pak Kusumo kian menggebu.
Satu minggu sudah ia tak bertemu dan bersua dengan Ratna, meskipun via telepon genggam. Hampir semua barang kenangannya bersama dengan Ratna ia serahkan kepada anak-anak didik RLS Juna. Yang tersisa hanya topi hitam pemberian Ratna yang sedang dipakainya.
Kini Damar sedang bernyanyi mencari pundi-pundi rupiah bersama dengan grup musiknya, terdiri dalam empat orang anak jalanan yang tergabung dalam grup band yang mereka juluki MJ ‘Jalanan Musik, tak terkecuali Juna.
Itulah kelebihan yang dimiliki Damar, paling tidak meskipun terlahir sederhana. Damar masih memiliki kelebihan dalam vokal suaranya yang berciri khas seperti suara Budi Doremi. Meskipun lagu yang selalu ia bawa bertemakan lagu Jawa Ambyar.
Seperti kali ini sebuah lagu, Cidro janji Ciptaan Almarhum Didi Kempot. Menggema di tengah-tengah alun kota Jogja, dengan iringan musik live.
♪♪♪
Wis sakmestine ati iki nelangsa
[Sudah semestinya hati ini merana]
Wong sing tak tresnani mblenjani janji
[Orang yang ku sayang mengingkari janji]
Apa ora eling nalika semana?
[Apa tak ingat waktu itu?]
Kebak kembang wangi jeroning dada
[Penuh bunga wangi di dalam dada]
Kepiye maneh iki pancen nasibku
[Bagaiaman lagi, ini memang nasibku]
Kudu nandang lara kaya mengkene
[Harus tersakiti seperti ini]
Remuk ati iki yen eling janjine
[Remuk hati ini jika ingat janjinya]
Ora ngira jebul lamis wae
[Tak ku kira ternyata hanya omong kosong]
Nelangsa terbuai asmara, Damar menyayikannya dengan segenap jiwa. Hingga tanpa sadar eluhnya membasahi pelupuk bulu matanya dengan cekatan ia mengusap matanya. Tidak ingin ada orang lain yang melihatnya dan menganggapnya lemah.
Liriknya pun sangat ambyar di dengar, seolah Cidro adalah perumpamaan hatinya yang terkhianati janji, dan nelangsa akibat perbedaan cinta dan harta.
Di antara kerumunan orang-orang yang menyaksikan penampilannya, Damar tidak sengaja melihat Ratna yang datang bersama dengan Opik.
Selesai sudah Damar bernyanyi, kini ia ingin menghampiri Ratna.
Damar teringat akan salah satu teman kuliah Ratna, bernama Alda seyogyanya Ratna mendekati Damar hanya untuk sekedar ingin mengenal Opik, anak pengusaha kaya yang juga pemilik club' sepakbola di kota Gudeg.
Sebelum Damar mendekati Ratna dan Opik.
Sudah lebih dulu Opik menggandeng tangan Ratna dan berniat membawanya pergi dari sana.
“RATNA!” seru Damar, memanggil Ratna. Sungguh ia ingin tahu, semudah inikah Ratna menggantikan posisi dirinya.
Apakah Ratna memang materialis dan semua yang pernah di ucapkan Ratna hanyalah tipu-tipu untuk mempermainkan perasaannya saja.
Damar tidak ingin mengemis cinta. Hanya saja Damar sedang mencari tahu perihal Ratna telah tega mengatakan perkataan saat di depan rumahnya.
Benarkah ucapan Ratna sungguh-sungguh berasal dari hatinya, atau memang takut dengan tentangan keras kedua orangtuanya, ataukah memang hatinya sudah benar-benar milik Opik.
Meskipun Damar bisa dikatakan sangat membenci Pak Kusumo akan tetapi tidak dengan Ratna. Damar berpikir, Ratna pasti tidak tahu apa-apa karena pada saat Kusumo berbuat licik terhadap Bapaknya, ia masih kecil.
"Kenapa aku bawa Ratna kesini!” gumam Opik. Ia sangat kesal, bisa-bisanya momen romantisnya bersama dengan Ratna tidak sengaja bertemu dengan Damar.
Ratna menghentikan langkahnya, Opik pun ikut berhenti, Ratna menatap genggaman tangan yang di genggam erat oleh tangan Opik.
Seolah Opik takut jikalau melepas genggaman tangannya, Ratna akan kembali bersama dengan Damar.
“Ku mohon Pik, hanya sebentar. Aku ingin menyelesaikan permasalahan ku dengan dia.” mohon Ratna.
Terpaksa Opik melepaskan genggaman tangannya, Ratna mulai berbalik badan. Ia melihat Damar tengah berdiri dengan memakai topi yang dulu Ratna berikan.
“Damar.” gumamnya.
Damar mulai berjalan kearah Ratna. Antara rasa kecewa, benci dan cinta menjadi perpaduan di dalam hatinya. Ia seolah semakin menggebu ingin sekali memeluknya erat lalu menghajarnya. Namun apalah daya bukan itu tujuannya.
Keduanya menepi dari keramaian, masih dengan pantauan Opik yang melihat dengan ketidaksukaan. Ingin rasa egonya segera menarik Ratna dan membawanya menjauhi Damar.
Tidak ada yang memulai membuka suara, entah itu Damar maupun Ratna. Keduanya sama-sama terdiam, menunduk sesekali mengangkat wajahnya. Mengedarkan pandangan melihat keramaian orang-orang yang berlalu lalang di sekitaran alun-alun.
“Maaf!” ucap Ratna.
Mereka sama-sama tertegun, menatap satu sama lain. Kemudian Ratna lah yang memilih memutuskan kontak pandangannya secara sepihak. Ratna menunduk.
“Kamu bener Mar, aku nggak bisa hidup tanpa harta orangtua, dugaanmu juga benar. Kalau aku memang lebih memilih dia,” ungkap Ratna.
Damar masih terdiam, ia tengah menyusun rasa sesak yang serasa berat untuk menerima kenyataan, bahwa inilah akhir dari kisah asmaranya. Damar tersenyum getir.
“Oke! Kamu pilih dia dan tinggalkan aku, semua janji yang pernah kamu ucapkan di pantai Parangtritis waktu itu hanya palsu ....” jeda beberapa detik Damar mengedarkan pandangannya. Dan kembali bersuara.
"Sudah berapa lama, kamu menjalin hubungan dengan Opik? Apa karena mentang-mentang aku orang miskin langsung kamu sakiti seperti ini Rat? Hahaha... Dusta Rat, semuanya hanya dusta!”
Cecar Damar mengeluarkan isi hatinya dan menertawakan dirinya yang sudah bersikap bodoh telah berjuang tapi nyatanya zong! Ia hanyalah kekasih yang tidak di anggap.
“Maafin aku Damar.” hanya itu yang dapat Ratna katakan, nyatanya memang bukan dari perjodohan Ratna dan Opik dekat. Mereka sudah lebih dulu berselingkuh persisnya lima bulan yang lalu.
Damar semakin geram akan sikap Ratna yang plinpan, ia pun berjalan menjauhi Ratna dan kemudian berbalik mendekati Ratna lantas mencengkeram kuat lengan Ratna. Hingga gadis di hadapannya meringis sakit.
"Kata maaf mu, nggak akan bisa menyembuhkan luka yang sudah kamu gores, Ratna!”
"Hiks...” Ratna mulai menangis.
Damar melepaskan genggaman tangannya di lengan Ratna yang di balut sweater.
"Please Na, jangan menangis. Simpan saja air matamu nanti. Apabila cowok yang kamu pilih nantinya akan mengkhianati mu juga,”
Ratna terhenyak atas ucapan Damar,
"Maafin aku Damar. kesalahanku padamu sudah terlalu besar,”
"Aku juga tidak bisa hidup dalam jurang kemiskinan denganmu.” benak Ratna, namun ia tak ingin mengungkapkan alasan yang sesungguhnya.
Damar melepas topi yang dikenakannya, lalu membuangnya ke sembarang arah dan terhempas di atas rerumputan sintetis alun-alun. Ratna melihat topi yang pernah ia berikan untuk Damar, yang sebenarnya topi itu untuk Opik.
‘Kalau aku mau, aku bisa membuat kamu sakit melebihi rasa sakit yang ada di hatiku ini, Ratna!' geram Damar dalam gelora batinnya.
"Lihat saja nanti Na, orang yang kamu sakiti dan kamu khianati ini. Akan berjaya dan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dan setia dari kamu.”
Cecar Damar dengan segala rasa amarah yang semakin memuncak. Damar bisa saja menerima kenyataan bahwasannya ia harus menerima semua penghinaan orangtua Ratna, tapi yang lebih menyakitkan. Mengapa telah tega Ratna berselingkuh dengan teman yang di anggap Damar baik ternyata telah tega menikungnya.
•••
Bersambung...
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Siti Nurjanah
dasar cewek plin plan. semangat damar
2022-04-12
0
Managarab Butar Butar
balas kejahatan kusumo damar melalui ratna
2022-04-11
0
Ernadina 86
sudah sudah sudah berakhir...ayo berjuang lagi perjalanan hidup masih panjang
2022-03-31
0