Perjuangan hidup seperti halnya saat kita menggosok ale-ale. Di janjikan dapat hadiah milyaran, akan tetapi nyatanya?Coba lagi..
Zonk!!
♠
Malam semakin larut, bias bintang semakin bersinar terang. Bersama dengan awan abu-abu yang terlukis indah serta bulan sabit yang ikut menghiasi langit gelap, seorang wanita yang sudah renta sedang mengadu keluh dan kesah tentang segala hal.
Terutama meminta kepada Sang Pencipta, agar anak-anaknya menjadi anak Soleh. Sukses dunia juga sukses akhirat. Menengadahkan kedua telapak tangannya keatas, dari balik mukenah yang dipakainya.
Beliau berharap Sang Maha Pemberi Hidup, akan senantiasa mengabulkan doanya. Dengan suara lirih seorang Ibu tengah memanjatkan doa.
“Ya Allah, lindungilah anak-anakku, jauhkanlah hati keduanya dari sifat iri dan takabur, agar senantiasa berada di jalan-Mu, mendapat keridhaan dan syafaat-Mu. Sungguh tiada daya kami terhadap ketetapan dari-Mu. Ikhlaskanlah hati kami untuk mencari ridho-Mu, agar senantiasa kami berada dalam naungan dan kasih sayang -Mu. Jodohkanlah anak-anak hamba dengan wanita-wanita calon penghuni surga. Amin.”
“Amin.” Kata Damar di ambang pintu kamar Ibunya yang tersingkap.
Ibu pun menoleh kearah pintu di sebalik punggungnya,
Damar mendekati sang Ibu, dan menyalami tangan beliau dengan lembut, “Terimakasih senantiasa berdoa untuk kami Bu,” kata Damar.
“Di belahan bumi manapun sudah sepatutnya seorang Ibu berdoa untuk anaknya,” jawab Bu Suci, Bu Suci pun beranjak dari atas sajadahnya, beliau melipat sajadah sementara Damar masih terduduk di lantai.
“Bu, kangen nggak sama Almarhum Bapak?” tanya Damar.
“Siapa yang ndak kangen sama Bapak Nak, kamu juga kangen toh sama Bapak si kumis tebal, hehe..” kekeh kecil Bu Suci terdengar ditelinga Damar sungguh memilukan.
“Kenapa Ibu nggak menikah lagi? Damar rela jika Damar mempunyai Bapak tiri, meskipun Almarhum Bapak Gusli tetap Bapak Kandung Damar,” kata Damar.
Bu Suci pun mengibaskan pelan sajadah yang di lipatnya mengenai pundak Damar, “Nggak ada yang bisa menggantikan posisi Almarhum Bapakmu cah bagus,” jawab Bu Suci, beliau pun membuka mukenah dan melipatnya rapih.
“Kenapa kamu baru pulang di jam dua pagi? Sana tidur,” tanya Bu Suci, mendapati Damar yang baru pulang.
“Jadi apa sekarang Ibu Suciati sedang mengusir putra sulungnya?” seperti biasa, Damar selalu balik bertanya.
“Kamu butuh istirahat Nak,” sanggah Ibu, Damar beranjak dan hendak kembali ke kamarnya.
“Apa urusanmu dengan Ratna sudah diselesaikan?” tanya Bu Suci.
Baru saja tiba di ambang pintu, Damar pun menghentikan langkahnya,
“Pasti Danum sudah memberitahu Ibu. Dasar anak tukang ngadu, awas kamu Num.” batin Damar, dengan menyipitkan mata.
“Nang. Ibu tanya apa kamu sudah menyelesaikan permasalahanmu dengan Ratna?” tanya Bu Suci lagi, masih menunggu jawaban Damar.
Lantas Damar berbalik badan, menatap sang Ibu yang sedang menunggu jawabannya, Damar hanya menggeleng.
Bu Suci menghela nafas, “Jangan ikuti jejak keras kepalanya Bapak mu Nak, seumur hidup Ibu. Ibu merasa bersalah telah menjauhkan Almarhum Bapakmu dengan Kakek serta Nenek kalian,” keluh Bu Suci, mengingat masa penolakan kedua orang tua Almarhum Bapak Gusli, saat orangtua suaminya menentang keras hubungannya dengan Ayah kandung kedua putranya, dua puluh enam tahun silam.
Damar mengerutkan keningnya, ia tidak tahu menahu tentang masa remaja Ibu juga Bapaknya. Karena kedua orang tuanya enggan untuk mengungkapkan masa lalu.
“Maksud Ibu?” tanya Damar.
Bu Suci memejamkan matanya, dan seperdertik kemudian ia fokus menatap putra sulungnya yang berwajah seperti Almarhum suaminya yang telah berpulang delapan tahun silam, Bu Suci duduk di tepian ranjang. Beliau pun menunduk, ada yang mengambang di kelopak matanya.
“Ibu dan juga Bapakmu menikah tanpa persetujuan dari Orangtua Bapakmu yaitu Kakek serta Nenek mu, antara Kakek maupun Almarhum Bapakmu tidak ada yang mau mengalah, keduanya sama-sama keras kepala.” jelas Bu Suci, sesekali beliau menyeka air matanya yang kian luruh di pipi keriputnya.
“Ibu juga berpikir dulu akan meninggalkan Almarhum Bapakmu, dari pada Ibu harus hadir di tengah-tengah keluarga Bapakmu yang jelas-jelas menentang hubungan kami. Sangat lama Ibu berpikir untuk sadar, bahwa mungkin kehidupan dan kepergian Almarhum, adalah karma yang sedang Ibu jalani, dan bisa saja berimbas padamu juga Danum, Nak,” ungkap Ibu, membuat Damar linglung.
“Jadi, dulu Ibu pun menikah tanpa persetujuan dari kedua orang tua Bapak?” benak Damar, ia pun duduk di samping sang Ibu.
Damar mengambil tangan Ibunya, dan mengusapnya perlahan. “Sudahlah Bu, jangan di ingat lagi masa lalu yang hanya akan membuat Ibu sedih. Aku bahagia Bu, juga Danum. Jangan menganggap bahwa ini karma.” kata Damar.
Hening...
Damar pun mengusap air mata Ibunya yang kian meleleh di pelupuk mata yang sudah kendur akibat tergerus waktu,
“Ehm, Bu.” suara Damar menguar, namun ia menjeda bilamana salah dalam pertanyaannya.
“Apa yang ingin kamu ketahui dan kamu tanyakan Nak?” Bu suci bertanya tatkala mendapati anaknya menahan pertanyaan.
Dengan wajah yang menunduk, serta memilin jari-jarinya, Damar pun bertanya
“Boleh, Damar tau siapa nama Kakek dan Nenek Damar?”
Bu Suci mengulum senyum, tangannya ia ayunkan ke atas lalu membelai kepala putra sulungnya,
“Kakek mu bernama Wijaya, dan Nenek mu Ayudia Sriningsih.” ungkap Bu Suci, sekilas mengingatkan kembali wajah mertuanya yang menentang keras hubungannya dengan Almarhum suaminya, Gusli Wijaya.
Entah mengapa Damar mengingat, Kakek Bagaskara yang pernah di tolongnya. Akan tetapi, ia berpikir mungkin hanya perasaannya saja. Damar hanya diam.
Melihat Damar hanya diam, setelah mendengar nama Kakek dan Nenek nya, Bu Suci pun meminta agar Damar beristirahat. “Nak, ber-istirahat lah.” pinta Bu Suci.
Damar pun manggut-manggut,
“Baiklah Bu, Ibu juga istirahat.” ucap Damar, ia pun beranjak dan berjalan kearah bilik kamarnya.
“Entah kenapa aku merasa ada sesuatu yang mengganjal mengenai Kakek yang kemarin, kenapa juga dia bisa tau nama lengkap Bapak? hem..” gumamnya lirih, memikirkan hal yang membuat pikirannya bingung. “Mungkin aja sebuah kebetulan, Kakek itu bisa tau.” pungkasnya lagi. Mencoba mengenyahkan pikirannya yang hanya berujung pada kebuntuan.
Sampai di kamar, Damar melihat Danum tidur dengan posisi terlentang, serta mulut yang menganga, Damar berpikir untuk mencari hiburan. Ia pun mengambil kaus kaki adiknya yang belum di cuci.
Dengan tingkah konyolnya, Damar memungut kaus kaki yang bau bak lelehan terasi, dengan dua jemari yang di apit seperti sumpit, lalu mengibaskan-ngibaskan kaus kaki di atas hidung Danum dengan tangannya.
Damar menahan kekehan geli, sesekali Danum mengendus-enduskan indra penciumannya. Dan bersin-bersin secara berulang,
Haciiiiiihhhh
Haciiiiiihhhh
Danum pun terbangun, limbung melihat Damar yang tergelak tawa. “Hahahaha, ”
Danum belum menyadari apa yang membuat Kakaknya tertawa terbahak-bahak. Sampai ia mengucek matanya dan melihat kaus kaki yang di pegang Damar adalah miliknya. Sudah tiga hari tak ia cuci,
“Mas Damaaaaaaar!” teriak Danum, lagi-lagi ia mendapat keisengan Kakaknya.
Masih tertawa terbahak-bahak, “Hahaha.... Maaf Num, maaf Magnum, abis Mas kan udah bilang kalau kaos kaki abis di pakai itu ya mbok di cuci. Jadi baunya ndak kaya terasi begini.” seloroh Damar, ia pun berbaring telungkup di samping Danum yang masih nampak kesal dengan ulah Kakaknya.
BUGH
Danum memukul Damar menggunakan bantal, dan mengenai punggung Damar. “Lagi Num, lagi, empuk kok.” kata Damar, rasa kantuk pun mendera matanya, dan seketika ia terjun di alam mimpi.
Kasihan sekaligus haru atas kegigihan Kakaknya, Danum saat ini melihat punggung Damar dengan tatapan sendu.
“Mas, pasti Mas Damar capek, siangnya dagang cilok. Malam pun Mas Damar kerja di cafe. Tidak akan sia-sia semua perjuangan mu Mas,“ gumam Danum, bangga dengan perjuangan Kakaknya.
"Dan sekarang Mas Damar harus merasakan kisah asmara yang rumit.”
•••
Bersambung
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
AUTHORnya orang JOGJA ya🤔
2022-10-28
0
Almeera Fatkhurrohman
gw suka Quot ini hahha
2022-10-24
2
ċḧäńďäńï qʳᶠ
oh jangan² bpknya damar orang kaya, si kakek misterius itu kakeknya
2022-04-10
0