Hari minggu...
Salah satu andalan wisata Kota Yogyakarta adalah Pantai Parangtritis. Tepatnya Pantai Parangtritis berada di Kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pantai ini terletak sekitar 27 km arah selatan Yogyakarta.
Pemandangan Pantai Parangtritis sangat memesona. Di sebelah kiri, terlihat tebing yang sangat tinggi. Di sebelah kanan, bisa dilihat batu karang besar yang seolah-olah siap menjaga gempuran ombak yang datang setiap saat. Pantai bersih dengan buih-buih putih bergradasi abu-abu dan kombinasi hijau sungguh elok.
Kemolekan pantai serasa sempurna di sore hari. Di sore hari, juga bisa dilihat matahari terbenam yang merupakan saat sangat istimewa. Lukisan alam yang sungguh memesona.
Semburat warna merah keemasan di langit dengan kemilau air pantai yang tertimpa matahari sore menjadi pemandangan memukau. Rasa hangat berbaur dengan lembutnya hembusan angin sore, melingkupi seluruh tubuh. Seakan tersihir siapapun urban yang sedang menyaksikan secara perlahan matahari seolah-olah masuk ke dalam hamparan air laut.
Banyaknya wisatawan yang selalu mengunjungi Pantai Parangtritis ini membuat pantai ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Di Pantai Parangtritis ini bisa juga menyaksikan kerumunan anak-anak bermain pasir.
Tua muda menikmati embusan segar angin laut. Siapa saja juga bisa naik kuda atau angkutan sejenis andong yang bisa membawa wisatawan ke area karang laut yang sungguh sangat indah.
Tiga hari berlalu, dan kini hari minggu. Hari dimana Ratna ingin menemui Damar, pacar yang sudah satu tahun di jalaninya secara sembunyi-sembunyi. Damar sudah menawarkan untuk menjemputnya, namun Ratna menolak, dengan alasan takut orang tuanya terkhusus sang Ayah akan mengetahui jika ia masih menjalin kasih dengan pria yang jelas-jelas sudah di tentangnya.
23 tahun Ratna Monalisa hidup sebagai putri seorang juragan tanah yang sangat kaya, ia juga berkuliah di salah satu universitas bergengsi dalam naungan atas nama Ayah yang di panggilnya Papi. Ratna hidup bagaikan dalam sangkar emas, semua keinginannya terwujud hanya dengan mengatakan pada sang Ibu, yang ia panggil Mami.
Namun, suatu saat gadis yang hidupnya serba ada, serba terpenuhi keinginannya. Bertemu dengan seorang pemuda yang sudah menolongnya saat ia berenang di pantai Parangtritis ini.
Ratna saat ini tengah berdiri di bibir pantai, mengingat kembali kenangan lama.
Kenangan saat Damar menyelamatkannya, sejak saat itu pula. Damar dan Ratna saling bertukar nomor telepon. Hingga membuat hatinya luluh akan sikap manis Damar padanya. Semilir angin sore di pantai Parangtritis, juga deburan ombak yang tenang menghanyutkan pikirannya dalam angan dan khayal.
Ratna menyukai Damar, menurutnya Damar adalah Pria yang pendiam namun sangat romantis dan baik. Dan membuat hatinya melumer. Menurutnya Damar adalah sosok pemuda yang jujur. Entah ada perasaan lain juga tentang Damar, antara cinta atau hanya sekedar kasihan.
Namun, kini seolah perasaan Ratna benar-benar diuji. Atas perjodohannya dengan Opik, yang tidak lain Ratna kenal sebagai teman Damar juga.
Ratna sangat dilema, apakah memang rasanya hanya sekedar kasihan kepada Damar. Apakah ia harus memupus angan-angan dan janji yang pernah terucap bersama Damar. Semuanya, rasa yang telah tercipta antara dirinya dan juga Damar tidak mungkin bertahan lama.
“Ratna!!” suara Damar membuyarkan lamunannya.
Ia berbalik badan, melihat damar yang baru tiba.
Damar sudah berdiri di samping Ratna, ia mengatur nafasnya karena habis berlari kecil, setelah beberapa saat dapat menetralisir deru nafasnya, Damar berujar. “Maaf Na aku telat. Tadi aku habis nganter pesanan dulu, karena satu arah,”
Ratna tersenyum simpul, ia memahami Damar menjadi tumpuan keluarganya.
“Nggak pa-pa, aku ngerti kok,”
“Kamu udah lama Na?” tanya Damar.
Ratna kembali melihat birunya air laut yang kemilau dengan sorot cahaya jingga kemerahan.
“Belum terlalu lama juga,”
“Kita duduk yuk, biar ngobrolnya enak,” ajak Damar, ia sedikit membungkukkan punggungnya. Namun belum sempurna ia hendak duduk di atas pasir, Ratna sudah lebih dulu menaruh kepalanya di pundak Damar.
Damar pun terhenyak, ia melingkarkan tangannya memeluk pundak Ratna. Sayu-sayu Damar mendengar Ratna menangis, membuatnya merasa sedih. Namun tidak ada suara yang keluar dari bibir Damar, Pria berkemeja flannel ini membiarkan pujaan hatinya melampiaskan tangisnya.
Setelah lebih tenang, perlahan Damar membawa Ratna untuk duduk di atas pasir pantai.
“Aku harus gimana Damar?” suara parau Ratna, masih menunduk.
“Gimana apanya?” tanya Damar, yang belum mengerti akan maksud yang di ungkapkan gadis berambut panjang ini.
“Maafin aku Mar,” ujar Ratna, lirih Ratna bersuara diselingi dengan deburan ombak tapi masih bisa di dengar oleh Damar.
“Maaf? Kamu salah apa?” tanya Damar, ingatannya kembali mengingatkan saat di depan gerbang rumah orang tua Ratna. “Apa maaf soal kamu sama Opik?” imbuh Damar.
“Aku nggak bisa ninggalin kamu ataupun dia, aku cinta sama kamu. Tapi Opik pilihan kedua orang tuaku,” ungkap Ratna.
Ungkapan Ratna, membuat jantung Damar berdetak lebih cepat. Ia ingin menuli, dengan ucapan yang baru saja keluar dari bibir gadis berbaju marun lengan panjang, serta jins sebatas betis.
Damar masih diam, ia bergeming seolah ada deburan ombak menghantam relung hatinya.
“Aku harus bagaimana Damar, aku nggak bisa memilih salah satu diantara kamu dan juga Opik.” lagi Ratna mercacau dengan segala kegundahan hatinya.
Kenapa rasanya sakit Na? Aku lebih suka jika kamu harus memilih salah satunya. Kenapa kamu bisa seegois ini? batin Damar meratap.
“Jawabannya gampang Na,” suara Damar menguar, meskipun kelu yang ia rasakan, tatapannya fokus menatap deburan ombak. Damar dapat melihat dari ekor matanya, Ratna sedang menatap dirinya.
“Sebenarnya kamu tinggal pilih aku atau dia,” ujar Damar, Ratna masih diam.
Beralih menatap Ratna.
“Tapi malah kamu pilih kedua- duanya, nggak bisa! Kamu harus pilih salah satunya, dia atau aku yang selalu setia.” ungkap Damar, membuat pilihan untuk Ratna. Menatap dalam manik mata gadis berambut panjang yang sedang menatapnya pula.
“Apa kamu cinta sama aku Mar?” tanya Ratna menahan isak tangisnya.
Hati Damar semakin larut dalam dilema, mendengar pertanyaan Ratna, Ratna beranjak dari duduknya di atas pasir abu-abu, “Apa kamu rela jika aku bersanding dengannya,” lanjut Ratna.
Damar memegang kedua pipinya yang sudah basah karena Ratna semakin larut dalam derai air mata.
“Lalu apa kamu rela meninggalkan orangtuamu, dan hidup seadanya denganku? Sampai waktunya aku sukses nanti.” Damar balik bertanya, sanggupkah jika gadis yang sudah biasa hidup dalam sangkar emas, mau hidup susah bersama dengannya.
Tidak mendapat jawaban, membuat Damar menyimpulkan bahwa memang rasa cinta Ratna tidak setulus yang diharapkan. “Aku sudah tau apa jawaban mu Na?”
“Beri aku waktu Mar,” jawab Ratna, menyela prasangka Damar.
Matahari kian tenggelam di ufuk barat, rona merah telah tergantikan dengan semburat ke abu-abuan. Diam membisu tiada yang membuka suara diantara Damar maupun Ratna. Keduanya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing.
Berdiri mematung menghadap laut, dengan menyadarkan kepalanya di bahu Damar. Ratna berharap keputusannya nanti tidak akan menyakiti perasaan siapa pun.
Sementara Damar gamang, ia dilema. Perasaannya sudah semakin dalam kepada gadis yang kini tengah menyandarkan kepalanya.
“Rat, sedalam apa perasaan mu padaku?” tanya Damar memecahkan keheningan, Damar masih menatap riak gelombang air laut yang cukup tenang.
“Sedalam lautan!” celetuk Ratna. Membuat Damar mengulum senyum.
“Mungkinkah jawabanmu sungguh-sungguh Na, jangan buat aku berharap dengan ucapan mu itu. Sekalipun keputusan yang kamu ambil lebih memilihnya, jikalau nanti kamu tak bahagia jangan pernah ingatkan aku akan semua janji palsu mu,” kata Damar. Ia kembali teringat akan rencana Opik menikahi Ratna hanya untuk hartanya saja, namun Damar tak ingin mengadu karena tentu saja Ratna tidak akan percaya begitu saja dengan ucapannya.
Ratna menjauhkan kepalanya dari pundak Damar, ia juga tidak tahu seperti apa sebenarnya hatinya untuk Damar. Kenapa seolah hati dan mulutnya sangat berbeda, ia ingin berkata manis dihadapan Damar.
Akan tetapi, hatinya tidak ingin lebih merasa bersalah pada laki-laki yang telah menolongnya.
“Kalau aku melakukan itu, maka kamu boleh menghinaku semau mu, Damar.” ucap Ratna, ia tidak ingin lebih membuat Damar berharap padanya, juga tidak bisa melepas Damar begitu saja.
“Kamu sangat egois Na.” benak Damar bermonolog, entah kenapa meskipun hatinya sudah merasakan sakit akibat keegoisan Ratna, namun hatinya seolah terikat kepada gadis ini.
"Cinta ini membodohi ku, menutup akal sehatku untuk mengikuti kemauan mu Na,” ujar Damar, masih menatap deburan ombak yang semakin menghanyutkan pikiran.
Dari ekor matanya, Damar dapat melihat Ratna sedang menatapnya.
"Bersabarlah Damar,” ujar Ratna.
Damar menyunggingkan senyuman getir..
"Sampai kapan kamu akan menguji hatiku Na?” perlahan Damar membuang tatapan muka menatap deburan ombak, dan menatap kepada Ratna.
Ratna tidak dapat menjawab pertanyaan Damar. Sepenuhnya Ratna menyadari bahwa dirinya memang egois..
•••
Bersambung...
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
dementor
cari cewek lain saja damar.. jangan mau jadi orang tolol.. wanita banyak bro.. come on bro!!!
2022-11-10
1
ċḧäńďäńï qʳᶠ
wes Mar tinggalen wae wedokan koyok ngono
2022-04-10
0
Ernadina 86
tinggalin aja jangan membuat dirimu susah...hidup aja sudah susah jangan dibikin susah lagi kasian ibumu Damar nanti terkena imbasnya
2022-03-31
1