Ada alasan lain, mengapa Tuhan memperlihatkan kita sakit hari ini. Karena kita akan bertemu dengan orang yang akan memberikan kita kebahagiaan di masa depan.
♠
Di dalam mobil yang di kemudikan oleh seorang sopir. Ratna kembali harus menerima segala ocehan dari Papinya yang masih nampak sangat geram atas sikap keluarga yang barusan ia temui.
"Kurangajar!” pekik Kusumo marah, sambil mengepalkan tangan.
Ratna menatap Papinya, dengan suara gemetar serta sesal yang harus ia emban, "Papi tuh udah keterlaluan!”
Kusumo membalas tatapan tajam anaknya, "Terlalu gimana? Kamu yang sudah membuat Papi marah. Papi sudah bilang jangan lagi berhubungan dengan pria tidak berguna itu, di tambah lagi dia adalah anak dari kacung itu.” cecar Kusumo.
"Kacung siapa yang Papi maksud?” tanya Ratna, heran.
Kelu, Kusumo tidak mampu berkata, bahwa memang ialah yang telah bersalah. "Akhh.. sudahlah!” bentak Kusumo.
"Ratna juga berniat memutuskan hubungan dengan dia Pi. Tapi bukan dengan cara menghinanya seperti tadi.” jawab Ratna, tujuannya datang kerumah Damar adalah untuk memutuskan hubungan. Namun kini kehadiran Kusumo secara tiba-tiba seketika memperkeruh keadaan yang seharusnya bisa di selesaikan tanpa adanya perdebatan dan permusuhan.
"Jadi kamu mau bilang. Kalau cara Papi tadi salah?!” tuduh Kusumo. Sesaat kemudian Kusumo tersenyum senang dan tertawa terbahak-bahak.
"Hahahaha .....”
Ratna heran akan sikap Papinya, hanya bisa menggelengkan kepala, "Papi tuh aneh?!” keluh Ratna.
"Papi senang. Akhirnya kamu menyadari kalau lelaki kacung itu tidak pantas untukmu.” kata Kusumo melunak, kali ini ia tak lagi marah, justru Kusumo bangga atas pengakuan Ratna.
Ratna membuang tatapannya menatap perkotaan dengan cahaya lampu-lampu dari depan pertokoan dan perumahan.
"Maaf Mar. Nyatanya memang aku nggak bisa hidup bersamamu, menjalani kehidupan yang miskin dan menderita. Aku pun nggak sabaran menunggumu sampai kapan kamu sukses hanya dengan mengandalkan berdagang cilok.” seloroh Ratna dalam hati.
• •
Bu Suci duduk di ruang tengah, menunduk lesuh. Bertemu dengan Kusumo mengingatkan kembali akan memori lama yang sudah di pedamnya. Damar dan Danum hanya bisa saling menatap satu sama lain, dan merasa heran. Ada apakah gerangan sehingga membuat Ibunya nampak murung.
"Bu.” seru Damar, membuyarkan lamunan Bu Suci.
Bu Suci mengalihkan pandangannya, beliau menatap Damar dan beralih menatap Danum. Kedua putranya nampak mengharap ada penjelasan perihal Bu Suci dan juga Pak Kusumo seolah menyimpan dendam lama.
"Kusumo adalah orang yang licik, dia sudah menjebak Bapak kalian.”
Damar dan juga Danum nampak terkejut, mendengar apa yang Bu Suci katakan. "Maksud Ibu. Licik yang bagaimana?” tanya Damar. Danum hanya mengangguk, karena pertanyaannya sudah di wakilkan Kakaknya.
"Dulu, lima belas tahun yang lalu. Bapakmu dan Kusumo bekerja dalam satu perusahaan, tapi Kusumo tidak amanah dan menggelapkan dana perusahaan....” Bu Suci menggantungkan ucapannya, hatinya sangat sakit dikala mengingat masa sulit bersama dengan Almarhum suaminya.
"Tapi kenapa Bu?” tanya Danum, semakin penasaran.
"Dia sudah menuduh Bapakmu untuk menutupi korupsinya dan mengalihkan data atas nama Gusli Wijaya. Hingga dari perkara itu, Bapak kalian harus menerima resiko di penjara dan di denda.” ungkap Bu Suci. Inilah awal muasal keluarganya jatuh terperosok ke jurang kemiskinan. Akibat ulah dari manusia tidak amanah.
"Hah!” Damar dan juga Danum terkejut mendengar ungkapan Ibunya. Selicik itukah, ternyata Kusumo.
Belum juga usai masalah yang satu, kini telah hadir masalah yang lain. Damar seolah mendapatkan sebuah bongkahan meteor hitam yang membuatnya berpikir tentang hal untuk membuat Kusumo bertanggung jawab atas perbuatannya dahulu.
••
Di dalam kamar, Damar masih tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Ratna. Di tambah lagi atas pengakuan Ibunya. Ia menatap dinding kamar bercat biru laut yang sebagian dari catnya sudah terkelupas, mengedarkan pandangannya menatap boneka beruang putih di atas lemari kecil.
Damar pun beranjak dari pembaringan, dan berjalan kearah meja setinggi pusarnya. Ia mengambil boneka beruang dan menjatuhkannya kelantai, lalu mengambil barang-barang kenangan bersama dengan Ratna.
Dari mulai jam tangan cople, baju cople dan juga topi cople yang ia belikan untuk Ratna. Meskipun bukan harga yang mahal, namun Damar membelinya dari hasil jeri payahnya.
Semuanya sia-sia saja, tidak ada yang tersisa. Janji yang diingkari, cinta tulus yang ternodai oleh kebohongan yang menyakiti hati.
Apakah terlalu cepat Damar mengambil kesimpulan untuk membuang semua kenangan manisnya bersama Ratna? Ataukah memang hati Damar sudah tidak tahan untuk semakin terluka? Ataukah Damar memang ingin mengubur semua kenangan manis dan hanya akan ia kenang saja? Entahlah, terkadang hidup memang suka bercanda. Mencintai dan dicintai adalah dua perbandingan dalam kisah asmara.
Danum masuk ke dalam kamar, dan melihat Damar tengah mengumpulkan barang-barang yang sebelumnya Damar simpan, bahkan dulu Danum saja tidak di izinkan menyentuh barang kenangan Damar bersama dengan Ratna.
"Perlu aku bantuin Mas?” tawar Danum.
Damar melihat Danum yang berdiri di dekat pintu.
"Ambilkan kardus, akan ku buang semua barang-barang ini.” titah Damar.
Tanpa basa-basi, Danum meluncur ke belakang mencari kardus atau wadah apa pun. Bu Suci yang melihat Danum tengah celingukan pun bertanya, "Cari apa Nang?”
Hanya sekilas Danum melihat Ibunya yang tengah menggoreng tempe untuk makan malam. "Cari kardus Bu,”
"Buat apa?” tanya Bu Suci heran.
"Ada kardus nggak Bu?” tanya Danum, tidak menjawab pertanyaan Ibunya.
Heran bercampur bingung, namun Bu Suci tidak bertanya lebih lanjut untuk apa Danum memerlukan kardus, "Kan biasanya Mas mu yang taruh di gudang.”
Danum segera berjalan ke samping rumah, dan benar saja seperti yang diucapkan oleh Ibunya. Danum mengambil kardus bekas berukuran sedang yang sudah terlibat rapih. Danum segera membawanya keruang tengah, lalu mencari lakban di meja belajarnya.
Menutup bagian bawah kardus, dan langsung memberikannya kepada Damar yang juga sudah menunggunya untuk membuang semua barang-barang yang sebelumnya menjadi barang berharga. Namun seolah kini barang kenangan bersama dengan Ratna ingin sekali Damar musnahkan.
Tiba-tiba saat berkemas, seseorang mengucap salam.
"Assalamualaikum...”
Danum juga Damar yang sedang mengeksekusi barang-barang kedalam kardus pun terkesiap saat dan saling melempar tatapan, "Itu suara Juna, Num.” ujar Damar.
"Mau apa Mas Juna kemari Mas?” tanya Danum.
Damar mengangkat bahunya, tanda ia juga tidak mengetahui kedatangan Juna. Damar hendak berdiri karena semula ia berjongkok.
"Biar Danum aja Mas, Mas Damar lanjutin mengeksekusi barang-barang ini aja.” tawar Danum, remaja berkaos oblong dan bercelana pendek itupun berjalan kearah pintu luar.
"Wa'alaikumussalam,” jawab salam Danum, lalu membuka pintu.
"Num, Damar ada?” tanya Juna, masih di depan pintu.
"Ada.” jawab Danum, mereka pun masuk dengan Juna berjalan lebih dulu.
Juna langsung menuju kamar Danar, dan melihat Damar sedang memasukan barang terakhir ke dalam kardus. Yaitu, boneka beruang putih. Juna bingung, untuk apa semua barang-barang itu?
"Eh.. Jun.” sapa Damar, melihat Juna sudah berdiri di dekat pintu kamarnya.
Juna perlahan mendekati Damar yang masih nampak ragu untuk memasukkan boneka beruang putih ke dalam kardus. "Mau buat apa nih barang?”
"Buang.” celetuk Damar.
"Loh kenapa di buang?” tanya Juna heran.
"Udah nggak di pakai.” jawab Damar sekenanya.
"Kalau kamu mau pakai, pakai aja nih.” tawar Damar, hendak menutup kardus dengan lakban.
Juna pun menemukan ide, "Eh, jangan Mar. Mending kita kasih aja ke murid ku aja, RLS, lagian barang ini aja masih bagus kok.” tawar Juna.
Sejenak Damar menghentikan aktivitas tangannya, "Apa itu RLS?”
"Ruang Langit Senja, itu murid-murid les privat yang non bayar itu,” jawab Juna.
"Oh, yang kamu sebutkan waktu itu, membantu memberikan mata pelajaran bagi anak-anak yang nggak mampu,”
"Yap.”
"Ngomong-ngomong, emang tuh kardus barangnya siapa si?” tanya Juna.
Damar terlihat enggan untuk membahasnya, namun Danum duduk di ruang tengah yang mendengar pertanyaan Juna pun menjelaskan, "Itu, barangnya Mas Damar sama Mbak Ratna, Mas Jun.”
Juna pun keluar dari kamar Damar, lalu menyusul Danum duduk disebelahnya. "Kok bisa tuh barang mau di buang Num?”
Damar pun menyusul duduk tak jauh dari Juna dan Danum yang tengah membaca buku pelajaran. "Asmara Mbak Ratna sama Mas Damar udah end. Alias berakhir!” seloroh Danum.
Juna terperanjat mendengar jawaban Danum, Lantas Juna melihat Damar dan mendapat anggukan. "Hah! Serius? Kapan?” tanya Juna.
Damar hanya mengangkat bahunya... Tiada kejelasan dan tiada kata putus dari Damar maupun dari Ratna. Seolah mengambang bagaikan buih di lautan. ‘Kalau cara meninggalkan aku itu cara yang terbaik, mungkin aku yang harus belajar lupain kamu.' benak Damar bermonolog.
•••
Bersambung...
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Managarab Butar Butar
kapan kaya sidamar, biar balas kejahatan kusumo
2022-04-11
0
💖Chacha~Q®F💖
ya ya ya liat nanti Ratna saatt damar sukses mungkin kamu cuma dianggap angin lalu😏😏
2022-04-10
0
Kinan Rosa
ayolah damar kamu harus bisa melupakan Ratna yan sudah menyakiti mu dan ingatlah omongan ibu mu bahwa ayah nya Ratna itu musuh ayah mu...😱.
jangan kamu menyakiti hati ibu mu mar semangat ya 💪
2022-03-11
0