03 •Persetan•

Lihatlah segala sesuatu di belakang biarpun kita di fitnah, marah, dan dihina. Tetapi ada alasan Tuhan untuk menjadikan kita lebih didekatkan terhadap orang-orang baik.

So, always positif thinking

Sampai suara seseorang menyadarkan lamunannya.

“Mar, hey Damar!”

Damar pun menghentikan langkahnya, dan menoleh ke belakang, tepat dimana Ibunya memanggilnya.

“Mau kemana kamu, Mar?” tanya Ibu.

Damar nampak limbung, ia lantas memutar arah gerobaknya menuju halaman rumah, rumah yang sangat sederhana juga tidak terlalu besar. “Kenapa bisa Damar ngelewatin rumah sendiri ya Bu?” kata Damar malah balik bertanya. Membuat sang Ibu heran akan putra sulungnya.

Ibu melihat kening putra sulungnya terluka,

“Kamu kenapa Mar?” tanya Bu Suci, nama Ibu dari Damar.

“Oh ini tadi terbentur Bu,” jawab Damar, ia pun masuk kedalam rumah, dan disusul oleh Bu Suci.

“Kok bisa kamu terbentur sampai kaya gini sih Mar?” tanya Bu Suci panik.

Damar duduk di sofa yang sudah usang di ruang tamu. Bu Suci lantas berjalan kearah almari kecil tak jauh dari ruang tengah, lalu mengambil kotak obat.

Bu Suci kemudian kembali keruang tamu, dan duduk disebelah Damar.

“Ini hanya luka kecil Bu,” jawab Damar

Bu Suci lantas mengobati luka goresan yang cukup dalam, dan menempelkan kain kasa steril serta perekatnya.

“Makasih Bu,” kata Damar.

Selesai sudah Bu Suci mengobati luka goresan di kening putranya, Beliau lantas beranjak hendak menuju ke dapur. Namun, sebelum itu, beliau berbalik badan,

“Mar, kamu nggak makan?” tanya Bu suci pada putranya, yang sejak pulang kerumah hanya diam.

Masih terbayang dengan ucapan Juna. Damar mengambil ponselnya yang masih mendiami tas selempangnya didepan dada.

Damar sekilas menatap Ibunya yang berdiri di ambang pintu ruang ruang tengah. “Nanti Damar makan Bu, Damar masih kenyang,” jawabnya, dan kembali fokus menatap layar monitor ponselnya.

“Ya udah, nanti anterin cilok punya Bu Romlah. Dia pesan mau ada pengajian di rumahnya.” kata Bu Suci.

“Iya Bu.” sahut Damar. Jari jemarinya mulai berselancar di keyboard ponselnya.

📱 Rat, aku mau ketemu kamu,” tulis Damar dan mengirimkannya via wawa.

Damar sangat fokus menatap layar monitor ponselnya yang masih menyala, menunggu jawaban dari sang kekasih. Sampai ia tak menyadari suara salam di ambang pintu. “Assalamualaikum,”

Suara remaja cowok semakin mendekati Damar. Dan mengintip ponsel Damar yang masih menyala dengan foto cewek cantik di layar monitor ponsel yang dipegang oleh Damar. “Ihiwwwwww.. cie cie..., Kenapa tuh Mas Damar foto Mbak Ratna di lihatin mulu,” ledeknya.

Damar segera menyadari adik remajanya yang masih memakai seragam sekolah putih abu-abu, ia pun mematikan layar monitor ponselnya,

“Kapan kamu pulang?” tanya Damar pada sang Adik.

Danum lantas duduk di samping Kakaknya yang tengah di landa kegalauan,

“Baru aja masuk rumah,” sahut Danum.

“Terus kenapa nggak salam?” tanya Damar yang tidak mendengar salam dari adiknya.

Danum pun merangkul pundak Kakaknya, “Mas, Mas Damar kalau kangen sama Mbak Ratna, temui dia Mas. Daripada terus mikirin dia sampai nggak denger orang salam,”

Damar menatap Danum yang mulai beranjak dari duduknya,

“Aku mau mandi akh,” ucap Danum, ia pun berjalan menuju kamarnya, tak lama keluar membawa handuk.

Sedangkan Damar ia juga ingin mandi, dan benar juga apa kata adiknya. Ia akan menemui Ratna, orang yang sedang menguasai pikirannya.

“Eits, Mas mu mandi dulu.” ujar Damar jalan mendahului Danum yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi.

“Astaghfirullah.” seru Danum, dengan tingkah Kakaknya.

Sementara menunggu Kakaknya mandi, Danum mencuci tangannya dan membantu Bu Suci yang sedang menguleni cilok. “Biar Danum bantu Bu,” kata Danum yang sudah duduk di kursi dapur.

••

Selama lima belas menit sudah, Damar berjibaku didalam kamar mandi. Akhirnya keluar dengan handuk yang melilit pinggangnya. Merasa segar dan mempunyai energi kembali, untuk menyusun semua rencana.

Danum pun melirik Kakaknya sekilas

“Smile,” kata Damar kepada Adiknya yang hendak masuk kedalam kamar mandi.

“Mas gendeng!” cibir Danum.

Bu Suci hanya bisa menggelengkan kepalanya, melihat kedua putranya yang selalu saja seperti anj*ng dan kucing kalau sudah berebutan.

Kembali ke kamar dan berganti pakaian yang terlihat rapih, kaos berlengan panjang warna hitam. Dan celana jeans panjang membuat tampilannya tampak cool, sudah seperti model, kulit tidak hitam juga tidak putih, tubuh yang atletis mendukungnya untuk menyanggah pendapat orang-orang bahwa dirinya merupakan pedagang cilok dan cowok dengan kehidupan yang sangat sederhana.

Hampir semua pekerjaan apapun ia lakukan demi kebutuhan keluarganya, Damar tidak pernah malu dengan pekerjaan serabutan ia berpikir realistis, yang terpenting baginya masih dalam jangkauan halallan toyiban.

Keluar dari kamar, ia melihat ponsel yang tergeletak di meja ruang tengah. Damar pun menyalakan layar ponselnya, namun sudah lebih dari satu jam, pesan yang ia kirim untuk pacarnya tidak juga mendapat balasan. Menaruh kembali ponselnya di atas meja.

Damar berjalan menuju dapur untuk mengambil pesanan Bu Romlah, melihat dandanan anaknya yang rapih, membuat Bu Suci mengisi pikirannya dengan berbagai pertanyaan, “Mau kemana kamu Damar?”

Damar yang sudah berdiri didekat meja makan pun menatap Ibunya, “Nganterin cilok yang tadi Ibu bilang,”

“Kenapa kamu rapih banget, kalau Cuma mau nganterin cilok kerumah Bu Romlah, setau Ibu Bu Romlah nggak punya anak gadis,” jelas Bu Suci, mengingat salah satu pelanggan setianya tidak mempunyai anak gadis.

Melihat tatapan curiga dari sang Ibu, membuat Damar tidak bisa membohonginya.

“Uhm... Damar mau ketemu sama Ratna, Bu,” ungkap Damar.

Bu Suci nampak menghela nafasnya, “Hhhhh...” beliau menghentikan aktivitas tangannya yang tengah membuat bulatan dari adonan tepung kanji.

“Ibu sudah bilang Nak, bangunlah dari mimpimu,” imbuh Bu Suci.

Damar duduk di kursi bersebelahan dengan Ibunya.

“Damar lagi nggak tidur Bu, jelas-jelas Damar duduk di sebelah Ibu,” jawab Damar hendak meledek Wanita yang telah melahirkannya.

“Jangan bercanda Nang! Ibu serius.” Pungkas Ibu menyebut putra sulungnya dengan sebutan ‘Nang.

Damar hanya bisa tersenyum kecut, “Ehm.. memang kenapa sama Ratna Bu, Ibu nggak suka kalau Ratna jadi menantu Ibu?” tanya Damar, sudah jauh memikirkan hubungannya dengan Ratna, meskipun ia menjalin kasih masih secara sembunyi-sembunyi dari orang tua Ratna.

“Le cah bagus, dengan siapapun nantinya kamu menjatuhkan pilihan. Ibu akan memberi restu Ibu, dan Ibu akan selalu menganggap menantu Ibu seperti anak Ibu sendiri, tapi kenapa harus Ratna, anak Juragan tanah, dia tidak sebanding dengan hidup kita Nak!” jelas Ibu, memperingatkan Damar.

Damar menunduk lesuh, “Tapi Damar dan Ratna nggak memandang perbedaan kita Bu,” kata Damar lirih.

Bu Suci lagi-lagi hanya bisa menghela nafas,

“Pikirkan ucapan Ibu, tidak salah dengan orang yang jatuh cinta, tidak salah juga dengan pilihanmu memilih Ratna tapi apa orangtua Ranta sudah tau tentang hubungan kalian?” tanya Bu Suci, menjelaskan tentang hubungan putranya yang sudah di ketahui’nya bahwa putranya tidak mendapat restu.

Tentu saja rahasia itu, beliau dapatkan dari putra bungsunya. Damar terkejut atas ucapan Ibunya yang sudah mengetahui bahwa ia berpacaran tanpa adanya restu dari orang tua Ratna yang kaya.

“Darimana Ibu tau?” tanya Damar, tepat saat itu pula pintu kamar mandi yang menjadi satu dengan ruangan dapur yang cukup luas, membuat Damar melempar tatapan menghunus kepada adiknya.

Merasa mendapat serangan tatapan tajam dari Kakaknya, membuat Danum menelan ludahnya bak menelan biji buah kedondong. “Kenapa Mas?” tanya Danum.

“Sudah, jangan salahkan Danum,” ujar Ibu, agar tidak ada kegaduhan diantara kedua putranya.

Danum pun membenarkan ucapan Ibunya, “Bener tuh Bu.”

“Pergi nggak!” sergah Damar sambil mengayunkan pisau dapur keatas. Membuat Danum bergidik ngeri dan melesat pergi dari dapur.

“Walah edan Mas Damar Bu, tolong anak mu yang tampan ini...!!!” jejeritan Danum melenggang pergi dari dapur sambil memegangi handuknya.

Dengan mengendarai sepeda motor Vespanya yang ia beli dari hasil jeri payahnya, meskipun bekas pakai.

Sebelum ia kerumah Ratna, Damar terlebih dulu mengantar pesanan ke rumah Bu Romlah. Damar menyusuri jalanan Malioboro dan melewati pertokoan serta tugu pal putih. Dua puluh lima menit sudah Damar berhenti di depan sebuah rumah yang cukup besar nan megah.

Rumah dari pemilik juragan tanah, dan juga pemilik PT Jaya Gemilang bergerak di bidang perindustrian. Damar nampak ragu untuk menekan bel di samping pagar yang terbuat dari teralis besi. Bahkan suaranya saja serasa tercekat di tenggorokan untuk memanggil pacarnya.

Damar kembali mengingat tiga bulan yang lalu, ia datang untuk pertama kalinya kerumah megah milik orang tua Ratna, ia langsung bertemu dengan Ayah dari Ratna. Ayah Ratna berpikir bahwa Damar adalah tukang ledeng yang akan membetulkan saluran air dirumahnya.

Namun, saat Damar menjelaskan ia adalah pacar Ratna, dengan sangat gagah. Bukan sambutan yang baik dari kedua orang tua Ratna.

Damar di cerca berbagai pertanyaan-pertanyaaan Pak Kusumo nama dari Ayah Ratna.

“Pekerjaan mu apa? Orangtuamu tinggal dimana? Lalu kamu lulusan sarjana berapa?

Semua rentetan pertanyaan Pak Kusumo membuat Damar mengecilkan nyalinya, namun Damar tidak ingin berbohong. Ia menjawab dengan jujur semua pertanyaan yang dilayangkan Pak Kusumo padanya.

“Saya hanya pedagang cilok, kadang saya menjadi tukang sol sepatu dan apapun pekerjaan akan saya lakukan yang terpenting halal, ayah saya meninggal, dan Ibu saya hanya Ibu rumah tangga, serta saya tinggal di rumah sederhana.”

“Hey orang kismin! Tidak sudi aku punya menantu seperti mu!” telak Pak Kusumo segan-segan menghina, dan menentang hubungan putrinya dengan pemuda miskin ditambah lagi yatim.

“Ratna, kamu kenal dimana Lelaki miskin ini? Apa kamu buta Na! Dia berbeda kasta dengan kita. Kamu mau mencoreng nama baik keluarga kita?” cerca Pak Kusumo mendelikan matanya menatap anak bungsunya dari ketiga bersaudara.

“Tapi Pi, Damar laki-laki yang baik, Damar yang telah menyelamatkan Ratna. Saat Ratna hampir tenggelam di pantai, Pi,” jelas Ratna, yang tengah terduduk di kursi megah.

Sementara Damar dibiarkan oleh Pak Kusumo tetap berdiri, bak seekor anj*ng liar yang hina. Bu Ana, istri Pak Kusumo pun melihat Damar dengan tatapan hina.

“Jangan-jangan dia cuma mau memanfaatkan mu saja Ratna, setelah tau kamu adalah anak orang kaya,” sinis Bu Ana mengatakan perkataan yang membuat Damar mengangkat wajahnya yang semula tertunduk.

Tanpa rasa takut, Damar menatap Bu Ana.

“Saya bukan orang seperti itu Bu,” sanggah Damar.

“Jangan sebut saya Bu, saya bukan Ibumu, ataupun saudara mu!” cibir Bu Ana.

Bu Ana mencebikkan bibirnya, beliau pun kembali mencibir Damar, “Heleh, mana bisa pemuda miskin seperti kamu, nggak mempunyai niatan jahat sama anak saya, atau mungkin kamu mengguna-guna Ratna kan?” tuduh Bu Ana, semakin berkata kejam, bak belati tajam.

Damar menggeleng kuat, “Astaghfirullah, orang tua saya tidak mengajarkan yang demikian Anda sebutan,”

“Persetan! Dengan semua ucapan mu,” sentak Bu Ana, kejam.

“Mami!” sela Ratna, ia mengatur deru nafasnya yang serasa tersengal, pandangannya mulai mengabur.

“Ratna! Tidak biasa kamu akan melawan ucapan Orangtuamu Na, Papi yakin ini akibat pengaruh lelaki miskin ini,” tuduh Pak Kusumo, menyangka Damar sudah memberikan dampak buruk untuk putri bungsunya.

“Nggak Pi. Justru selama Ratna mengenal Damar, Damar selalu mengajarkan Ratna tentang kebaikan dan agama, Pi,” sanggah Ratna, karena memang apa yang di tuduhkan Papinya tidak seperti itu.

“Cukup Ratna!” sentak Pak Kusumo, dengan nada suara tinggi.

Membuat Damar, Ratna juga istrinya sendiri tercengang.

“Hey pemuda jelata, sebelum satpam menyeret mu untuk keluar secara paksa. Mending kamu punya malu, gih pergi!” usir Bu Ana, seraya mengibaskan tangannya, sudah seperti mengusir seekor lalat.

Perlahan Damar pergi dari rumah yang sangat megah, lampu hias yang menggantung di tengah-tengah ruang tamu yang cukup besar.

“Damaaaaaaar.....” teriak Ratna memanggil pemuda yang telah menyelamatkannya satu tahun lalu. Tapi juga tidak mengejar Damar, antara cinta dan rasa berhutang budi membuat Ratna dilema, dengan perasaan yang sesungguhnya kepada Damar.

•••

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Jonathan Ray

Jonathan Ray

mantap nih.ceritanya mulai seru.ttp semangat bos qqq......💪💪💪💪💪

2023-01-02

1

khey

khey

aku pikir Danum perempuan, haha

2022-12-09

1

khey

khey

Nang itu arty apa ya kak?. 🤔

2022-12-09

1

lihat semua
Episodes
1 01 •Sepenggal Kisah•
2 02 •Kakek misterius•
3 03 •Persetan•
4 04 •Orang Ketiga•
5 05 •Tega Menikung Teman•
6 06 •Kamu Sangat Egois•
7 O7 Belum juga berubah
8 08 Jangan Edan
9 09 Asmara yang Rumit
10 10 Astaghfirullah
11 11 Dusta
12 12 Cam kan itu!
13 13 Nyewa Tuyul
14 14 Hati sekeras baja
15 15 Saya manusia bukan malaikat
16 16 Alias berakhir
17 17 Cidro
18 18 Dasar BUCIN
19 19 Anjay memang
20 20 Buaya darat
21 21 Cilok
22 22 Tulang punggung keluarga
23 23 Sad boy
24 24 Berpikir rasional
25 25 Cucak Rowo
26 26 Move on
27 27 Memulai kerjasama
28 28 Pengemis tua
29 29 Mencium wanita asing
30 30 Macannya Intel
31 31 Cokelat meleleh
32 32 Nawang Wulan
33 33 Singkong rebus
34 34 Kali pertama
35 35 Demo karyawan
36 36 Kucing-kucingan
37 37 Beliau menangis
38 38 Tamak
39 39 Kartu AS
40 40 Berlian dalam lumpur
41 41 Otot kawat tulang besi
42 42 Marilah Sukses bersamaku
43 43 Motor butut
44 44 Kesederhanaan yang disyukuri
45 45 Tentang masa silam
46 46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47 47 Kamu cantik hari ini
48 48 Sawang sinawang
49 49 Senyumlah syukuri hidupmu
50 50 Doa orang tua
51 51 Bibirmu berdarah
52 52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53 53 Harapan besar menanti kita
54 54 Sandal jepit
55 55 Kebaikan tidak pernah bohong
56 56 Istri dan juga selingkuhan
57 57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58 58 Bento
59 59 Simpan saja air matamu
60 60 Pesawat tempur
61 61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62 62 Penyesalan yang tidak berarti
63 63 Landasan kekufuran
64 64 Kesopanan dan akal budi
65 65 Ethical Hacking
66 66 Musuh dalam selimut
67 67 Pemenang sejati
68 68 Hati itu wajahnya jiwa
69 69 Lebih baik banyak bersyukur
70 70 Permulaan permainan
71 71 Tergelincir dan jatuh
72 72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73 73 Menghubungkan silahturahmi
74 74 Jangan mudah berburuk sangka
75 75 Kebakaran jenggot
76 76 Ribuan kunang-kunang
77 77 Percaya kepada takdir
78 78 Mimpi mengerikan
79 79 Mendekatkan yang jauh
80 80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81 81 Krisis
82 82 Sikap tegas
83 83 Teman dan sahabat
84 84 Indahnya pengendalian
85 85 Inikah rasanya cemburu
86 86 Segelas kopi
87 87 Mati satu tumbuh seribu
88 88 Tiada ampun lagi
89 89 Menikmati kejutannya
90 90 Membongkar kejahatan
91 91 Keberanian separuh dari kemenangan
92 92 Cinta segitiga
93 93 Cintai apapun sewajarnya
94 94 Ungkapan hati
95 95 Emoji red heart
96 96 Keteguhan iman dan hati
97 97 Diam-diam menghanyutkan
98 98 Sang Jutawan
99 99 Cinta menghadirkan dua sisi
100 100 Wanita penghebatku
101 101 Kembang gula
102 102 Cinta itu sederhana
103 103 Permintaan seorang Ibu
104 104 Kini hanya tentangmu
105 105 Kardus misterius
106 106 Kaca mata kuda
107 107 Persidangan
108 108 Fatamorgana
109 109 Tak pernah terduga
110 110 Ikrar ijab Kabul
111 111 DamarWulan
112 112 Penyatuan dua insan
113 113 Semoga Istikomah
114 114 Kehidupan terus berputar
115 115 Arti kehidupan
116 116 Kamulah sejarahku
117 117 Mood booster
118 118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119 119 Inilah yang aku harapkan
120 120 Mesra yang tak tertahan
121 121 Jangan ganggu
122 122 Rumah legendaris
123 123 Tugu Pal Putih
124 124 Menemukanmu
125 125 Jangan pernah melupakanku
126 126 Jangan pernah menyerah
127 127 Mencari pelaku
128 128 Radiologi diagnostik
129 129 Penggerebekkan
130 130 Isteri Damar Mangkulangit!
131 131 Antara lega dan cemas
132 132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133 Pengumuman
134 133 Season 2: Kita lewati bersama
135 134 Season 2; Juragan cilor
136 135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137 136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138 137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139 138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140 139 Season 2; Perhatian karena sayang
141 140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142 141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143 Promosi karya baru
144 Pengumuman [promosi]
145 Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"
Episodes

Updated 145 Episodes

1
01 •Sepenggal Kisah•
2
02 •Kakek misterius•
3
03 •Persetan•
4
04 •Orang Ketiga•
5
05 •Tega Menikung Teman•
6
06 •Kamu Sangat Egois•
7
O7 Belum juga berubah
8
08 Jangan Edan
9
09 Asmara yang Rumit
10
10 Astaghfirullah
11
11 Dusta
12
12 Cam kan itu!
13
13 Nyewa Tuyul
14
14 Hati sekeras baja
15
15 Saya manusia bukan malaikat
16
16 Alias berakhir
17
17 Cidro
18
18 Dasar BUCIN
19
19 Anjay memang
20
20 Buaya darat
21
21 Cilok
22
22 Tulang punggung keluarga
23
23 Sad boy
24
24 Berpikir rasional
25
25 Cucak Rowo
26
26 Move on
27
27 Memulai kerjasama
28
28 Pengemis tua
29
29 Mencium wanita asing
30
30 Macannya Intel
31
31 Cokelat meleleh
32
32 Nawang Wulan
33
33 Singkong rebus
34
34 Kali pertama
35
35 Demo karyawan
36
36 Kucing-kucingan
37
37 Beliau menangis
38
38 Tamak
39
39 Kartu AS
40
40 Berlian dalam lumpur
41
41 Otot kawat tulang besi
42
42 Marilah Sukses bersamaku
43
43 Motor butut
44
44 Kesederhanaan yang disyukuri
45
45 Tentang masa silam
46
46 Bahagialah orang yang membuat orang lain bahagia
47
47 Kamu cantik hari ini
48
48 Sawang sinawang
49
49 Senyumlah syukuri hidupmu
50
50 Doa orang tua
51
51 Bibirmu berdarah
52
52 Hidup tak pernah lepas dari masalah
53
53 Harapan besar menanti kita
54
54 Sandal jepit
55
55 Kebaikan tidak pernah bohong
56
56 Istri dan juga selingkuhan
57
57 Jadilah pribadi yang mudah tersenyum
58
58 Bento
59
59 Simpan saja air matamu
60
60 Pesawat tempur
61
61 Siapa yang menanam dia yang akan menuai
62
62 Penyesalan yang tidak berarti
63
63 Landasan kekufuran
64
64 Kesopanan dan akal budi
65
65 Ethical Hacking
66
66 Musuh dalam selimut
67
67 Pemenang sejati
68
68 Hati itu wajahnya jiwa
69
69 Lebih baik banyak bersyukur
70
70 Permulaan permainan
71
71 Tergelincir dan jatuh
72
72 Bersama kesulitan pasti ada kemudahan
73
73 Menghubungkan silahturahmi
74
74 Jangan mudah berburuk sangka
75
75 Kebakaran jenggot
76
76 Ribuan kunang-kunang
77
77 Percaya kepada takdir
78
78 Mimpi mengerikan
79
79 Mendekatkan yang jauh
80
80 Masa lalu adalah pembelajaran masa depan
81
81 Krisis
82
82 Sikap tegas
83
83 Teman dan sahabat
84
84 Indahnya pengendalian
85
85 Inikah rasanya cemburu
86
86 Segelas kopi
87
87 Mati satu tumbuh seribu
88
88 Tiada ampun lagi
89
89 Menikmati kejutannya
90
90 Membongkar kejahatan
91
91 Keberanian separuh dari kemenangan
92
92 Cinta segitiga
93
93 Cintai apapun sewajarnya
94
94 Ungkapan hati
95
95 Emoji red heart
96
96 Keteguhan iman dan hati
97
97 Diam-diam menghanyutkan
98
98 Sang Jutawan
99
99 Cinta menghadirkan dua sisi
100
100 Wanita penghebatku
101
101 Kembang gula
102
102 Cinta itu sederhana
103
103 Permintaan seorang Ibu
104
104 Kini hanya tentangmu
105
105 Kardus misterius
106
106 Kaca mata kuda
107
107 Persidangan
108
108 Fatamorgana
109
109 Tak pernah terduga
110
110 Ikrar ijab Kabul
111
111 DamarWulan
112
112 Penyatuan dua insan
113
113 Semoga Istikomah
114
114 Kehidupan terus berputar
115
115 Arti kehidupan
116
116 Kamulah sejarahku
117
117 Mood booster
118
118 Kepercayaan dasar dari hubungan yang kuat
119
119 Inilah yang aku harapkan
120
120 Mesra yang tak tertahan
121
121 Jangan ganggu
122
122 Rumah legendaris
123
123 Tugu Pal Putih
124
124 Menemukanmu
125
125 Jangan pernah melupakanku
126
126 Jangan pernah menyerah
127
127 Mencari pelaku
128
128 Radiologi diagnostik
129
129 Penggerebekkan
130
130 Isteri Damar Mangkulangit!
131
131 Antara lega dan cemas
132
132 Pasangan yang saling melengkapi “Sekian”
133
Pengumuman
134
133 Season 2: Kita lewati bersama
135
134 Season 2; Juragan cilor
136
135 Season 2; Kehidupan butuh pengorbanan yang luar biasa.
137
136 Season 2; Belajar dari kesalahan
138
137 Season 2; Mengapa semua terasa asing?
139
138 Season 2; Berdiri bulu romaku!
140
139 Season 2; Perhatian karena sayang
141
140 Season 2; Menyeleksi sekretaris baru
142
141 ••SAMPAI JUMPA LAGI••
143
Promosi karya baru
144
Pengumuman [promosi]
145
Promosi karya baru; DANUM MAHESA "KLITIH"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!