Yang menjadikan diri kita sombong adalah gengsi..
♠
Damar hanya bisa menghela nafas, mengelus dadanya. Agar selalu diberi ketabahan dalam menjalani semua ujian serta cobaan yang mungkin bisa saja terjadi.
Damar berpikir, ia tidak sendiri dalam menerima pelajaran hidup yang menyedihkan ini. Banyak orang-orang yang lebih sengsara dari hidupnya. Namun lagi-lagi ia merasa begitu sangat rapuh, di kala saat hatinya seakan tidak mampu menyangga tongkat hati yang disebut iman.
Kini Damar tengah menunggu hujan turun dengan sangat lebat, seolah menggambarkan kondisi hati dan pikirannya yang tidak sinkron. Damar tak sendirian menunggu hujan reda di halte, ada beberapa orang juga yang tengah menunggu air yang tumpah dari langit.
Pakaian yang dikenakannya pun basah kuyup serta kotor, akibat terkena cipratan dari mobil yang diduga adalah milik temannya sendiri. Damar tidak menyangka, Opik yang dikenal selama ini baik.
Ternyata mempunyai tabiat yang buruk. Entah sengaja atau pun tidak di sengaja, nyatanya kini ia tengah bersaing untuk mendapatkan hati seorang gadis yang telah tega berdusta, dan menggantungkan hubungan yang sudah terjalin selama satu tahun.
Bukan berarti Damar diam, ia tidak tahu dan menahan kebodohan diri dengan dusta yang Ratna juga Opik lakukan padanya. Damar ingin tahu, seperti apa sebenarnya tabiat Ratna. Agar suatu saat kelak, Damar dapat mengingat ternyata di khianati sangatlah menyedihkan.
Selang waktu satu jam lebih dua puluh delapan menit, hujan reda. Dengan masih ada sedikit tipis rintik hujan. Damar pun kembali mendorong gerobaknya, tiada pilihan lain selain pulang.
Damar sudah terbiasa berjualan dengan keadaan yang karut marut seperti ini. Ciloknya tidak laku, ataupun hujan turun secara tiba-tiba. Hingga mengharuskan Damar untuk pulang tanpa sepeser uang pun yang mengisi kekosongan dompetnya.
Sama halnya dengan Damar, sang pemilik dompet. Dompetnya pun tak kalah mengenaskan, ketika sama-sama berjuang, berjejer rapih bersama pasukan Pahlawan Nasional Kapitan Pattimura. Dompet serta pemiliknya mengharap, mereka bisa Merdeka dengan Pejuang Sejati. Yaitu, Bung Karno dan Bung Hatta.
Namun apalah daya, ibarat kata. Berharap dapat memanen madu, akan tetapi lebah yang di dapat. Menyengat hingga meninggalkan bekas yang menyakitkan.
•
Di dalam mobil H*nda J*zz keluaran terbaru. Tiga wanita sedang berbincang-bincang. Ada saja yang menjadi bahan pembicaraan dari kalangan para gadis anak orang kaya.
"Kamu tau nggak Mel, aku kemarin habis beli tas branded tau, uuuuhhh.... Cantik bener bok,” kata Mutiara, kepada temannya yang bernama Imelda.
Imelda yang masih fokus mengemudikan mobilnya pun hanya melirik sekilas kearah Mutiara yang duduk di sampingnya dan melihat ke jok belakang pada seorang temannya lagi dari kaca di atas kemudi dan dua detik kemudian kembali fokus kearah jalan yang licin, "Oh yang merek itu xx kan? Yang bahan dasarnya kulit buaya asli,” kata Imelda.
"Iya, ih aku suka banget deh. Di tambah lagi gebetanku tuh pengertian pake banget tau nggak, masa dia beliin aku baju bermerek IG,” seloroh Mutiara senang.
Imel lagi-lagi mengalihkan tatapannya, bukan kepada Mutiara yang sejak tadi banyak bicara, tepatnya melihat Ratna yang sejak tadi hanya diam, mengamati lalu lalang kendaraan. Tiga detik kemudian Imel fokuskan menatap jalan, dan sesekali menekan klakson.
"Kamu lagi kenapa Na?” tanya Imelda, kepada Ratna.
Ratna pun mengalihkan pandangannya menatap Imel yang masih fokus mengemudi, dan empat detik kemudian kembali menatap lalu lalang kendaraan,
"Kenapa yang siapa?” kata Ratna malah balik bertanya.
"Ya kamu! Kenapa dari tadi kamu diem bae. Perasaan telingaku nggak denger kamu ngomong, atau pun menyahut Mutiara ngomong,” kata Imel.
Mutiara pun membenarkan ucapan Imel, "Iya nih, kamu kenapa Rat? Nggak biasa-biasanya kamu diem aja kaya gini?”
Ratna masih memikirkan ucapan Damar tempo lalu, Ratna berpikir apakah yang di ucapkan Damar benar. Atau hanya sekedar bualan untuk mengelabui isi di kepalanya. Agar tidak menikah dengan Opik.
"Ih, si Ratna mah nggak asik nih,” kata Imel.
Mutiara mengangguk, "Iya bener, sekarang si Ratna lebih pendiam!”
"Rat, kamu masih pacaran sama tukang cilok itu?” tanya Imel, mengalihkan pembicaraan.
Ratna mengalihkan fokusnya menatap jalanan, dan melihat Imelda dari belakang.
"Dia punya nama Mel,” sergah Ratna, seolah Ratna tidak terima jikalau Damar hanya disebut si tukang cilok.
Mutiara mengerutkan keningnya, heran menatap Ratna menoleh ke belakang. "Kenapa kamu bad mood Rat--na, kan emang pacar kamu tukang cilok!”
Ratna mengalihkan fokusnya menatap Mutiara yang duduk di samping Imel yang tengah fokus menyetir, "Bukan gitu, kan dia punya nama Mut,” kilah Ratna, mencoba menunjukkan gengsinya.
"Lah iya, aku tanya. Kamu masih pacaran sama Damar?” kali ini Mutiara yang bertanya, perihal jalinan asmara Ratna dan Damar sudah sejauh mana, putus atau lanjut.
Ratna diam, ia bergeming. Alasan apa yang akan ia berikan untuk membuat kedua temannya untuk tidak melanjutkan pertanyaannya. Saat lidahnya kelu, hatinya tak mampu mengutarakan bahwa Ratna masih menjalin asmara dengan Damar. Ratna juga tidak mau kalah gengsi jika Ratna mengakui, ia masih menjalin kasih. Maka Mutiara dan Imelda akan mencibirnya.
"Rat, kok kamu diam?” tanya Imel.
"Iya Rat? Kalau kamu diam bisa diasumsikan kalau kamu masih berpacaran sama si tukang cilok itu,” kata Mutiara jeda dua detik, menatap Ratna yang memasang wajah bingung.
"Iya, kan?” lanjut Mutiara.
Tiba-tiba saat menunggu jawaban Ratna, Imelda melihat Damar tengah mendorong gerobak ciloknya, dengan basah kuyup serta rambut yang basah dengan tatanan tak beraturan. Seolah menggambarkan bahwasannya memang Damar adalah pemuda yang sangat miskin.
"Eh, eh guys.. bukannya itu Damar?” seru Imelda, sambil mengibaskan tangannya, dan menunjuk Damar yang berjalan mendorong gerobaknya tak jauh didepan mobil Imel.
"Mana-mana?” seru Mutiara dengan suara antusias, dan celingukan mencari keberadaan Damar.
"Oh iya bener, samperin Mel.” lanjut Mutiara, meminta agar Imel lebih mendekatkan mobilnya kepada Damar.
Ratna hanya bisa membulatkan matanya, akan tingkal konyol kedua temannya. "Ini pada mau ngapain si?” sergah Ratna, rasa malu sekaligus merasa kasihan atas kondisi Damar saat ini.
"Kenapa kamu Rat, kan kamu tadi nggak mau jawab pertanyaan kita?” sanggah Imel, melirik sekilas kearah Mutiara, "Iya, nggak Mut?” lanjutnya.
"Iya bener, ayuk. Kita samperin aja dia.” ajak Mutiara, yang suka mencari tahu tentang urusan orang lain.
•
Saat Damar tengah fokus dengan langkah kakinya, ada sebuah mobil yang dikemudikan dengan sangat lambat, kaca mobil dari sang pengendara mobil pun menyikap kaca hingga terlihat siapa yang menyetirnya.
"Eh, Kang cilok! Kamu Damar kan?” tanya seorang wanita dengan mengendalikan laju mobilnya mengiringi langkah Damar.
Damar hanya melihat sekilas, ia pun berhenti di pinggir jalan, "Iya, kenapa Mbak?” tanya Damar, karena tidak terlalu jelas ia melihat siapa sang pengemudi wanita.
"Aku Imel, masa kamu lupa?” tanya Imel, mengingatkan kembali ingatan Damar mengenai dirinya.
Damar terdiam, ia mencoba mengingat nama itu.
"Oh, Imel temennya Ratna!” seru Damar, pada akhirnya mengingat siapa Imel.
•••
Bersambung
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
💖Chacha~Q®F💖
sukses selalu buat damarlah
2022-04-10
0
Kinan Rosa
emang kenapa kalau tukang cilok itu mah halal
yang sabar ya Damar
2022-03-11
0
D'esta
bijak
2022-02-24
0