Sedangkan Danum, ia hanya menatap keseriusan dari Kakaknya. Damar pun pergi dengan mengendarai motor Vespanya.
••
Hatinya sungguh tersulut kobaran api. Damar melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, meskipun tidak sekencang motor pada umumnya.
“Aku nggak bisa membiarkan Ratna menikahi Pria brutal itu, si Opik keparat!” gumamnya dengan perasaan kalut.
Selang waktu satu jam, ia akhirnya sampai di depan rumah megah berpagar teralis besi menjulang. Dengan sigap, Damar mematikan mesin motornya, dan turun dari jok. Helm masih ia pakai dikepalanya.
“Raaaat! Ratnaaa!” ia memanggil Ratna, diluar pagar teralis.
Satpam penjaga yang mendengar teriakkan dari luar pun menghampirinya, “Siapa kamu?” tanya si satpam.
“Pak tolong buka pintunya, saya mau ketemu Ratna. Ada hal yang harus dia tau tentang Opik, Ratna nggak boleh menikahi Opik Pak. Tolong buka pintunya,” pinta Damar, dengan suara menggebu-gebu.
Satpam penjaga yang sudah terlihat berumur kepala empat puluhan itupun bingung. Antara harus membuka atau jangan. “Pak Satpam, tolong buka pintunya,” pinta Damar lagi seperti memohon.
“Raaat! Ratnaaa!” lagi Damar berteriak memanggil Ratna, berharap wanita yang dicintainya mendengar panggilannya.
BYURRRR
Sebuah ember berisikan air kolam ikan di taman halaman rumah pun seketika membasahi sekujur tubuh Damar, dari mulai wajah hingga ujung kaki.
Damar mengusap wajahnya, dan melihat Pak Kusumo tengah menenteng ember. “Pak Kusumo tolong Pak, saya ingin bertemu Ratna hanya sebentar, saya janji.” pinta Damar dengan suara lantang.
Namun Pak Kusumo seolah menuli atas permintaan dari seorang pemuda yang dianggapnya gila, “Kamu masih berani datang ke rumah saya, mau saya laporin ke Polisi atas tindakan kamu yang seenaknya mengganggu ketenangan keluarga saya. Pergi!” cerca Pak Kusumo dan mengusir Damar.
Damar seolah sudah terbiasa dengan segala makian yang dilontarkannya, ia bersi keukeuh untuk bisa bertemu dengan Ratna. “Pak Kusumo saya mohon, saya ingin bertemu sebentar saja dengan Ratna, saya janji setelah ini saya tidak akan menemuinya lagi.” Pinta Damar lagi.
Tepat saat itu pula, Ratna keluar dari dalam rumah dan melihat Damar sudah basah kuyup padahal cuaca malam ini cerah. Namun seperdertik kemudian, ia melihat Papinya sedang menenteng ember berwarna hitam.
“Damar!” seru Ratna, gadis yang sedang memakai Piyaman itupun mendekati pagar teralis besi.
Pak Kusumo mendelikan matanya kearah putrinya, “Masuk!” titah Pak Kusumo.
“Ratna, aku mohon jangan menikah dengan Opik Na, dia bukan pria baik-baik. Dia Cuma menginginkan harta orangtuamu saja, kumohon percayalah padaku.” ungkap Damar, dengan kesungguhan berharap Ratna mau mengerti.
"Aku nggak bohong Na, Pak Kusumo sungguh. Aku dengar sendiri pengakuannya, percayalah padaku. Seandainya Ratna mau menikah, maka aku rela, tapi jangan nikahi Opik Na!” ujar Damar menatap Ratna, jeda dua detik melihat Pak Kusumo.
Pak Kusumo jelas kesal dengan umpatan Damar, yang menyebut calon menantu pilihannya hanya akan memanfaatkan kekayaannya. Jelas-jelas Orangtua Opik sama kayanya. “Dasar pemuda sialan. Pergi dari rumah saya. Tidak mungkin Opik calon mantu saya bertindak seperti itu, Dasar manusia tidak berguna!” lagi Damar mendengar makian yang dilayangkan Pak Kusumo.
“Pak Kusumo Anda harus percaya sama saya Pak, tolong jangan nikahkan Ratna dengan Opik!” lagi Damar mencoba menjelaskan. Namun lagi-lagi hasilnya tidak seperti yang diharapkan.
Ratna bingung dengan perkataan Damar, namun ia juga takut terhadap Papinya. “Enyalah hey pemuda bodoh!” hardik Pak Kusumo kesal.
Lantas Pak Kusumo menghampiri putrinya, dan menyeretnya masuk kedalam rumah, meskipun Ratna masih melihat Damar.
“Maafin aku Damar.” gumam Ratna, ia pun masuk kedalam rumah megah milik orangtuanya.
“Sudah pergi saja Nak, terkadang kita rakyat biasa hanya dianggap seperti anjing menggonggong.” kata Satpam yang tidak tega melihat pemuda yang bernasib nelangsa.
Apalah daya, Damar bukan manusia super yang dapat membantu semua orang disayanginya menjauhi orang-orang yang berniat jahat.
Damar pun berbalik, menuju motor Vespanya yang terparkir, lalu duduk di atas jok motornya. "Ratna-- Ratna. Kenapa kamu hidup tapi seperti boneka orangtuamu. Bahkan untuk berbicara pun kamu merasa ngeri.”
Tiada yang dapat Damar lakukan, selain pulang.
“Vape, gimana lagi Pe, aku bilang ke Ratna. Kalau Opik bukan orang baik,” seloroh Damar, seolah motor Vespanya dapat mendengar keluh kesahnya, dan menyebut motor Vespanya dengan sebutan Vape.
Seolah ada angin yang membawakan kesejukan, “Ndang balik jirt, percuma para manusia itu, kamu beritahu mending beritempe ae.”
Damar tertegun, ia sayu-sayu dapat mendengar motor Vespanya menyahut. “Kamu bisa ngomong Pe? Kok aku baru tau?” tanya Damar.
“Akh apa pun itu, kita harus segera pulang. Atau Magnum akan mengadu kepada Ibu yang enggak-enggak.” ucap Damar, ia lun menyalakan mesin motornya, lalu melihat rumah megah Pak Kusumo “Na, semoga kamu bahagia.”
“Kamu juga bahagia yah.” suara lirih seseorang membuat Damar bergidik ngeri.
“Ih kok aku merinding disko.” ucap Damar, sembari mengusap tengkuk lehernya.
“Mas- Mas. Nggak mau beli bakpaonya Mas?” tanya seseorang itu lagi, membuat Damar semakin dalam halusinasi khayalan film horor Suzanna yang berperan menjadi Sundel bolong.
“Ba—Bakpao?” lirih Damar bergumam.
Damar pun menengok ke rumah Ratna, satpam pun sudah tak terlihat. Ia melihat jam di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul setengah dua belam malam.
“Saya di belakang sini Mas!” suara itu lagi, meskipun takut Damar mencoba menengok di bagian boncengan motornya dengan mata terpejam.
Perlahan Damar membuka kelopak matanya, dan saat ia melihat. Orang gila dengan gigi menghitam serta rambut gimbal yang di ikat dengan berbagai macam sedotan, pakaian yang compang-camping.
Membuat Damar terkesiap, dan menuruni motornya. “Astaghfirllah!” seru Damar terkejut.
Si orang gila yang tidak benar-benar gila pun tertawa terbahak-bahak,
“Hahahaha.....”
Orang gila itu pun turun dari jok boncengan Damar, lalu menghampiri Damar yang tengah merasakan ngeri-ngeri sedap. Damar memejamkan matanya, melawan pun ia takut orang dengan gangguan mental ini akan bertindak anarkis dan menyakiti orang lain.
Akhirnya Damar hanya Diam, mematung dan membisu. Seraya memejamkan matanya, “Jangan edan hanya karena seorang wanita, n a n t i kamu bisa seperti saya. Hahahaha...” kata orang gila, tepat ditelinga Damar, dan melenggang pergi begitu saja.
Perlahan Damar membuka matanya, dan melihat orang gila pria seumuran dengan dirinya itu sudah berjalan sambil menari-nari, layaknya orang yang tengah kasmaran.
Damar terbengong-bengong, ia pun tersadar kembali dan menatap rumah Pak Kusumo, lalu kembali menatap motor Vespanya yang masih menyala dan berjalan menuju motornya.
Ia pun kembali fokus menatap jalanan dan melesat pergi dari depan rumah megah nan mewah Pak Kusumo, ia juga pasrah jika seandainya Ratna jadi menikah dengan Opik. “Semoga setelah menikahi Ratna, Opik bisa merubah perangai buruknya, dan menjadi Opik yang lebih baik.” gumamnya, di tengah semilirnya angin malam.
•••
Bersambung
♠
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
Yuyun Yuniari
aelahh damarr luu sebenernya org baik yg terlalu bego aja sih mau" ngasih tauu
2022-04-20
0
Surtinah Tina
ternyata ngomong sama orang gila damar...🤣🤣🤣
2022-04-13
0
Rumini Parto Sentono
pasrah sama keadaan aja Damar, jodoh rejeki maut sudah diatur sama Allah SWT. Jalani hidup dengan ikhlas....
2022-04-12
0