Mencekam

Rani merasa iba dengan keadaan Feby yang begitu sangat terpukul dengan kejadian demi kejadian yang menimpa nya.

"Feby, tenang lah, tenang dulu, kami ada di sini ntuk membantu mu," Rani mengusap usap punggung Feby yang seakan tak mau melepaskan tubuh Bonar dari pelukannya.

Tapi Feby tak memperdulikan apa yang di bicarakan Rani padanya, dia seakan menulikan pendengarannya.

"Bagaimana ini? Kita tak mungkin meninggalkan dia disini sendiri dengan keadaan yang seperti ini kan ?" Rani mendongak menoleh ke arah Damar yang kini berdiri melihat keadaan sekitar.

Damar harus selalu waspada, dia tidak ingin jeritan Feby malah mengundang para penjaga pulau menghampiri mereka dan harus tertangkap lagi.

"Feby, kamu harus kuat, kita harus melanjutkan perjalanan kita, ayo !" ajak Damar membujuk Feby agar mau pergi bersama mereka.

Feby menurut dan berusaha untuk berdiri.

"Bang Bonar, bagaimana dengan Bang Bonar ?" Feby menunjuk tubuh Bonar yang terbujur kaku.

"Maaf, kita tidak bisa membawanya, terpaksa kita harus meninggalkannya disini," sesal Damar yang merasa tak mungkin membawa serta jasad Bonar bersama mereka.

"Dia tertembak di punggung 2 kali, karena melindungi ku saat kami melarikan diri, aku berhutang nyawa padanya, maafkan aku bang...!" Feby kembali terisak walau kelihatannya dia sudah mulai tenang tak histeris seperti tadi.

"Tenangkan diri mu, kita harus cepat keluar dari hutan ini, sebelum para penjaga mengejar dan menemukan kita semua" Damar mengajak Rani dan Feby untuk segera melanjutkan perjalanan.

Mereka bertiga berjalan menyusuri hutan, mereka hanya berjalan mengikuti insting mereka saja, karena jujur saja tak ada yang ingat dan tau jalan menuju ke pantai tempat mereka pertama datang.

"Aku ingin buang air kecil" lirih Febi memecah kesunyian.

"Ya sudah, kami menunggu mu disini, jangan terlalu jauh" ucap Damar menghentikan langkahnya.

Brugh,,,

Kira kira lima menit setelah kepergian Feby ke semak semak, terdengar seperti sebuah benda terjatuh.

Rani mendekap erat lengan kiri Damar karena ketakutan.

Damar membawa Rani ke arah sumber suara, tapi tak menemukan apapun yang mencurigakan.

"Mungkin hanya buah kelapa yang jatuh dari pohonnya" ujar Damar menenangkan.

"Feb,,, Feby,,,!" panggil Damar.

Tak ada jawaban dari Feby, hanya terdengar suara binatang malam di hutan itu.

Mereka berdua mulai panik, mencari keberadaan Feby yang tiba tiba menghilang.

"Bagaimana ini, kemana Feby?" suara Rani sedikit bergetar karena takut.

"Tenang lah, kita harus tetap waspada," ucap Damar meningkatkan kewaspadaannya.

Di kegelapan malam yang nyaris tanpa cahaya mereka terus berjalan sambil waspada dengan keadaan sekitar, tapi tiba tiba, mereka di kejutkan dengan seseorang yang tergeletak di antara semak semak yang tinggi.

Begitu di dekati, mereka sangat terkejut bukan main karena ternyata itu Feby, entah apa yang terjadi padanya, Feby kini tergeletak bersimbah darah dari kepala sampai ke tubuhnya.

"Oh, tidak, Feby !" pekik Rani, dia menyembunyikan wajahnya di dada Damar, Rani tak sanggup melihat keadaan Feby yang keadaannya sangat memprihatinkan itu.

"Sebentar, aku akan melihat keadaan nya, kamu tetap di dekat ku!" Damar memindahkan posisi Rani dari dadanya ke balik punggungnya, dengan tetap menggenggam erat tangan Rani.

Damar berjongkok dan memeriksa keadaan Feby yang sudah tak bergerak sedikit pun.

"Bagaimana keadaannya?" tanya Rani dengan suara bergetar menahan tangis ketakutan.

"Feby sudah tiada" lirih Damar setelah memastikan denyut nadi dan detak jantung Feby yang sudah tak berdetak lagi, Damar pun segera berdiri, dia tau Rani saat ini pasti sangat ketakutan dan butuh di tenangkan.

Damar mendekap erat dan menenggelamkan Rani di dada bidangnya, dia juga mengelus punggung Rani yang bergetar naik turun karena isak tangisnya.

Damar yang dari dulu tak pernah suka dengan tangisan perempuan itu pun mencoba menenangkan Rani, hal itu seakan tak berlaku untuk Rani, dia berusaha menenangkan wanita yang terlihat sangat ketakutan itu dengan sabar.

"Kita harus segera pergi dari tempat ini, sepertinya ada yang mengejarnya sampai ke sini, tidak menutup kemungkinan mereka tahu keberadaan kita di hutan ini, ayo!" ajak Damar mengurai pelukannya dan mengusap air mata Rani yang masih mengalir deras di pipinya.

"Berhenti menangis, kita harus selamat sampai desa sebrang Pulau." ucap Damar.

"Maaf, aku menyusahkan mu, aku tidak suka menangis, tapi semua ini sungguh membuat ku..."

"Sudahlah, kau boleh cengeng dan menangis di hadapan ku, tapi tidak sekarang, karena saat ini kita harus melanjutkan perjalanan," Damar mencolek hidung Rani yang memerah karena tangisnya.

Keadaan menjadi lebih menegangkan setelah mereka menemukan mayat Feby yang meninggal secara misterius, mereka tak tau bahaya apa yang sedang mengincarnya di hutan itu.

"Temukan dua orang itu segera, jangan sampai mereka keluar dengan selamat dari sini !" terlihat dua orang sedang berbincang di sisi hutan yang di tumbuhi ilalang setinggi dada orang dewasa.

"Ssst !" desis Damar menarik Rani ke balik sebuah pohon yang sangat besar, Damar mendekap Rani di dadanya, sehingga batang pohon yang besar itu menyembunyikan tubuh mereka tanpa terlihat dari sisi kedua orang yang terdengar seperti sedang berdebat itu.

"Su- Surya, itu surya dan Jaka, mereka..." bisik Rani tak meneruskan kata katanya karena terdengar suara derap langkah kedua orang itu semakin mendekat.

"Damar, mereka semakin---" Rani tak melanjutkan kata katanya lagi karena saat ini mulut Rani telah penuh oleh bibir Damar yang tiba tiba menciumnya, Rani terbelalak kaget dengan apa yang di lakukan Damar padanya,

Tapi sesaat kemudian, Rani memejamkan matanya lalu membalas ciuman Damar yang sungguh sangat memabukan bagi Rani, dia seakan di bawa terbang oleh Damar melupakan kejadian demi kejadian yang mengerikan untuk sesaat.

Tangan Damar meraih pinggang ramping Rani dan semakin merapatkan tubuh wanita itu ke pelukannya, saat mendengar suara langkah itu berjalan tepat di dekat mereka, terdengar juga samar samar obrolan mereka yang tak begitu jelas, karena mereka terdengar seperti hanya bergumam lirih.

Kaki Rani terasa lemas, dia sungguh takut keberadaan mereka di balik pohon itu akan ketahuan oleh Surya dan Jaka, dia terbayang kembali akan jasad Bonar dan Feby yang sangat mengerikan.

Menyadari Rani semakin ketakutan, Damar memperdalam ciumannya dengan menekan tengkuk Rani.

Perlahan Damar melepas ciuman panasnya setelah langkah kedua orang itu terdengar semakin menjauh.

"Maaf !" ucap Damar memeluk kembali tubuh mungil itu dan mencium puncak kepala Rani dalam.

"Mereka akan membunuh kita !" Rani kembali terisak, dia tak bisa membayangkan kalau hidupnya akan berakhir di dalam hutan sebuah pulau terpencil seperti itu.

"Kita akan baik baik saja, dan kita harus baik baik saja !" Damar menciumi kening Rani, sedangkan Rani mungkin tak menyadari apa yang di lakukan Damar saat ini karena saking takutnya.

"Jangan tinggalin aku, kalau aku mati di sini, bawa mayatku ke desa sebrang, aku ingin di makamkan dengan layak !" racau Rani.

Cup,,,

Damar mencium kembali bibir Rani yang seakan membuatnya ketagihan karena rasa manisnya,

"Kita akan selamat sampai desa, jangan berkata yang tidak tidak !" ucap Damar.

Mata Damar menerawang nanar ke atas, menatap langit malam yang tertutup rimbunnya daun dari pohon pohon yang tinggi menjulang,

'Tuhan, ijinkan aku menjaga wanita ini sampai kami selamat di pulau sebrang, aku tak ingin terjadi apa apa padanya' Mohon nya dalam hati.

Untuk pertama kalinya dia berdoa dan memohon dengan tulus demi keselamatan seseorang asing yang hanya dia tau namanya saja, dan baru beberapa hari di kenalnya.

Terpopuler

Comments

Carissa Fanis

Carissa Fanis

keren novelnya...bacanya tegang bgt...

2022-11-09

2

Sunarsih Galis

Sunarsih Galis

seru

2022-06-01

1

San Tinah

San Tinah

lanjuuut

2022-05-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!