Dia mengingat Nama Ku

"Kenapa kau ingin tau urusan ku ? Apa kau tak punya urusan sendiri ?" Ucap Rani masih dengan nada ketusnya yang khas, bahkan Damar seolah olah sudah terbiasa memerima sikap judes Rani padanya.

Damar hanya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, sambil tersenyum kaku.

"Aku hanya bertanya saja, tak punya maksud apa apa." Ucap Damar yang kini berdiri sejajar di samping samping Rani memandang pulau kecil yang berada di tengah laut.

"Apa kau mau menemani ku ke sana ?" Tunjuk Rani ke arah pulau kecil itu.

"Hah ? aku ?" Damar menunjuk dirinya sendiri.

"Apa ada orang lain disini ?" Rani balik bertanya.

"Maaf, aku pikir..."

"Ya sudah kalau kau tak mau," Rani melengos.

"Eits,,, mau mau, aku mau." Damar terbata bata.

"Sebentar lagi akan ada kapal yang membawa tamu menyebrang kesana, sepertinya kau mempunyai banyak uang, bagaimana kalau kau bayari aku ongkos nya juga ?" Ucap Rani cuek.

"Nanti ku carikan info keberangkatan nya, aku juga harus bersiap siap dahulu." Ucap Damar .

"Kamu di penginapan Lembayung juga kan? nanti kita bertemu di sana saja." Kata Rani.

"Hm,,, Oke." Damar meninggalkan Rani, dia berniat menemui Agus untuk mencari informasi tentang kapal yang akan menyebrang ke pulau bayangan, entah mengapa dia begitu bersemangat menemani perempuan yang bahkan namanya pun dia belum tau.

"Gus, aku ingin menyebrang ke Pulau itu, apa kamu bisa bantu?" Tanya Damar pada Agus yang di temuinya si penginapan.

"Abang mau kesana ?" Agus balik bertanya.

"Iya, kemana aku harus cari tiket kapal, atau kamu carikan tiket untuk ku bisa ?"

Agus seperti kebingungan untuk menjawab permintaan Damar itu.

"Kenapa Gus ? Apa kamu tak bisa membantu ku ?" Tanya Damar lagi.

"Setahu ku masuk pulau itu harus punya surat ijin khusus gitu, jadi tak sembarangan orang bisa masuk kesana." Ucap Agus menjelaskan.

"Surat ijin bagaimana maksudnya ? Dan dimana aku bisa mendapatkannya ?" Tanya Damar bingung.

"Jadi, mereka yang kesana itu sudah punya semacam surat undangan yang memang di berikan oleh penjaga pulau sana." Kata Agus.

"Apa se sulit dan se ketat itu untuk masuk kesana ?" Gumam Damar makin penasaran dengan pulau itu.

Hal itu semakin menambah rasa penasaran di hati Damar. Pulau itu seakan punya daya tarik tersendiri untuk Damar berkunjung kesana.

"Bagaimana, apa kau sudah berhasil mengurus semuanya untuk penyebrangan kita ke pulau itu ?" Rani tiba tiba berdiri di samping Damar.

"Kita tidak bisa menyebrang kesana." Jawab Damar agak menyesal.

"Tidak bisa ? Kenapa begitu ? Orang lain bisa," Protes Rani kesal, padahal dia ingin memergoki apa yang di lakukan Yudha dan Intan di sana.

"Mungkin mereka punya surat ijin atau semacam surat undangan khusus untuk mendatangi pulau itu, katanya masuk kesana harus punya itu." Jelas Damar.

"Kalian ingin menyebrang ke pulau itu ?" Tanya seorang laki laki berbadan tegap dengan wajah tampan dan rambut gondrongnya yang di kuncir.

"Iya, kenapa ?" Jawab Rani ketus seperti biasanya.

Laki laki itu celingukan, menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu berbisik ke arah Damar dan Rani pelan.

"Aku akan menyebrang ke sana lewat jalan tikus nanti malam, aku bertiga dengan seorang teman dan pacarku, lalu ada tiga orang lagi yang akan bergabung, apa kalian mau bergabung juga ? Jadi harga sewa kapal lebih ringan bila di tanggung orang banyak." Ajak laki laki itu.

"Bagaimana ?" Damar bertanya sambil menoleh ke arah Rani.

"Terserah,,,! kamu yang mau bayar juga." Ucap Rani cuek sambil menaikan kedua bahunya.

"Oke, kami ikut." Kata Damar.

"Jam enam sore kita semua berkumpul di sini lagi untuk lebih lanjutnya, sekalian pembayaran kapal yang akan kita sewa." Damar mengangguk tanda setuju.

"Kau percaya begitu saja sama orang asing yang baru kau kenal ?" Tanya Rani pada Damar saat di tempat itu hanya tinggal mereka berdua saja yang tersisa.

"Orang asing yang mana maksudmu ? dia, atau kamu ?" Damar balik bertanya.

"Ish,, aku bukan orang asing, kita sudah pernah bertemu sebelumnya saat perjalanan kesini, lalu tadi di pantai," Ucap Rani santai.

"Hais,,, cuma dua kali bertemu, aku saja bahkan tak tau nama mu." Ujar Damar datar.

"Aku tau nama mu, aku masih ingat nama mu Damar, kan?"

Senyuman terukir di bibir Damar, dia tak mengira kalau perkenalan nya saat perjalanan menuju ke desa itu ternyata Rani mengingat namanya, padahal dia nampak seperti acuh dan tak peduli saat dia menyebutkan namanya.

"Oh, masih ingat rupanya, lantas siapa nama mu?" Tanya Damar.

" Rani," Ucapnya singkat.

"Kenapa kamu ingin ke pulau itu, apa karena ingin menyusul orang yang kemarin kamu cari itu ?" Tanya Damar penasaran.

"Apa mentang mentang kamu membayari ongkos ku untuk menyebrang ke pulau itu, aku harus laporan padamu semua tentang acara dan kegiatan ku ?" Rani kembali ke mode ketus nya.

"Hmm,,, bukan seperti itu, aku merasa pulau itu penuh misteri, hanya untuk masuk kesana saja harus punya surat undangan segala macam," Kilah Damar.

"Iya juga, tapi kenapa dua orang sialan itu bisa masuk kesana ya ? apa mereka punya undangan atau lewat jalan tikus juga ?" Gumam Rani, jarinya mengetuk ngetuk meja, seolah sedang berpikir keras.

"Siapa ?" Tanya Damar.

"Kepo !" Jawab Rani membuang muka.

"Ya sudah, aku akan bersiap siap dulu dan sampai ketemu nanti sore, Damar !" Rani beranjak dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkan Damar sendirian.

***

Damar pulang ke rumah pamannya untuk mempersiapkan barang barang yang akan di bawanya nanti malam ke pulau bayangan.

"Apa, kamu akan ke pulau itu ?" Tanya Jaya kaget.

"Iya paman, aku bersama beberapa orang teman kok kesana." Bohong Damar,

"Tapi, yang paman dengar di sana itu bahaya, paman saja belum pernah berani masuk ke pulau itu." Jaya menerawang.

"Karena kutukan ? pantangan?" Tanya Damar yang lalu di angguki oleh Jaya.

"Semua penduduk desa sini yang menginjakkan kaki disana, tak ada yang kembali, mereka seakan hilang tak tau nasibnya bagaimana, makanya tak ada lagi penduduk sini yang berani masuk ke pulau itu lagi." Ucap Jaya bercerita.

"Tapi kan saya bukan penduduk asli desa sini, jadi ya bak masalah kan, paman !?" oceh Damar.

"Baik lah bila itu memang sudah tekad mu, hati hati ya nak, jangan lupa berdo'a, dan jangan takabur disana," Ucap Jaya memberi petuah panjang lebar.

"Ya ampun paman, seperti mau melepasku pergi jauh saja, besok siang atau sore juga udah balik ke sini lagi." kekeh Damar.

"Semoga selamat sampai tujuan dan pulang kesini lagi dengan keadaan sehat selamat besok." Jaya mengusap dan menepuk nepuk bahu Damar.

"Amin, terima kasih paman, atas do'anya." Damar meraih tangan Jaya dan menyalaminya pamit.

Apa sebenarnya yang ada di pulau itu, kenapa semuanya seolah misterius, Damar tak henti berpikir terkadang pikiran aneh melintas di kepalanya, jangan jangan pulau itu berhantu, atau ada mahluk buas, atau di penuhi ular dan hewan liar, atau mahluk kanibal ?

Tapi kalau itu semua benar, kenapa hanya berlaku pada penduduk asli desa saja, lalu,,, tamu tamu yang tiap hari bebondong bondong datang kesana aman aman saja, mereka bahkan pulang dengan selamat.

Dan ada lagi yang menggelitik rasa penasaran yang mengganjal di hati Damar, kenapa harus se rumit itu memasuki pulau terpencil di tengah laut itu, dan harus ada surat ijin atau undangan khusus untuk masuk kesana, siapa yang mengurus dan mengelola itu semua ?

Terpopuler

Comments

Halis Imuh

Halis Imuh

suka banget sama yg berbau2 misteri ky gini ada getar getir saat membacax

2022-05-23

2

NaMika

NaMika

lanjut lagi

2022-04-30

1

Sang

Sang

saya sang pengelolanya 😎

2022-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!