Kabur

Hati Yudha rasanya tak menentu memikirkan nasib Rani yang belum juga di ketahui bagaimana keadaannya dan dimana keberadaannya.

"Kenapa kau gelisah terus dari tadi ?" tegur Intan yang merasa risih dengan sikap Yudha yang dari tadi mondar mandir tak jelas.

"Bagaimana Rani, apa sudah ada kabar?" tanya Yudha antusias.

"Cih,,, untuk apa aku mencari kabar tentang dia, tak ada untungnya, semoga saja dia mati di tangan anak buah ayah ku, seharusnya dia mati di hutan saja kemarin !" decih Intan dengan wajah yang menampakkan ketidak sukaannya.

"Ssshh,,,Rani itu teman mu, dia juga selalu baik pada mu selama ini, apa kau tak punya sedikit saja rasa kasihan padanya?" ringis Yudha tak habis pikir dengan sikap Intan yang di nilainya keterlaluan.

"Tapi dia pacarmu, aku membencinya sangat ingin mencekiknya dari dulu saat tau kau memacarinya" Intan berapi api penuh emosi.

"Tapi kita sudah lama putus, hubungan kita sudah lama berakhir semenjak aku memutuskan untuk meninggalkaan pulau penuh maksiat ini," berang Yudha.

"Itu kan menurut mu, tidak menurut ayah ku, kalau ayah ku meminta kita untuk menikah, kamu bisa apa ?" tepis Intan, yang berhasil membuat Yudha terdiam tak lagi menyahuti pembicaraan Intan.

Bagai mana pun Yudha tau kalau dirinya tak mungkin melawan Herman Wijaya, sang mafia kejam dengan bisnis hitam yang menggurita, bisnis senjata, produksi narkoba, perjudian, prostitusi, semua dia lakoni dan kendalikan di pulau kekuasaannya itu, yaitu Pulau Bayangan.

Pulau yang di miliki Herman itu seakan tak pernah tersentuh oleh hukum, tak pernah ada yang berani mengusik bisnisnya meski di kalangan petinggi aparat hukum sudah bukan rahasia umum lagi tentang sepak terjang bisnis haramnya di Pulau Bayangan ini, tapi tak sekali pun ada yang berhasil mengusik bisnis Herman di Pulau miliknya itu, apalagi kalangan pejabat yang juga sering menikmati wanita wanita di pulau ini, mereka seakan tutup mata dengan kegiatan bisnis hitam Herman.

Dulu Yudha adalah salah satu anak buah kepercayaan Herman, dia bekerja di bagian pembuatan senjata ilegal, di pulau itu, dan berpacaran dengan anak bungsu Herman, yaitu Intan. Herman sangat baik padanya, dan sangat setuju akan hubungan Yudha dan anak bungsunya itu.

Namun seiring berjalannya waktu, Yudha seperti sering merasa gelisah dan tak nyaman dengan pekerjaan yang di lakoninya, dia ingin keluar dari bisnis hitam di pulau itu, dengan bantuan Intan Yudha berhasil keluar dari Pulau itu, memutuskan hubungannya dengan Intan dan memulai hidup baru di Jakarta bekerja di perusahan periklanan.

Namun ternyata beberapa bulan kemudian entah bagaimana caranya Intan tau tau intan sudah bekerja di kantor yang sama dengan dirinya.

***

Rani mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari celah dan cara agar dirinya bisa melarikan diri dari tempat itu, dia harus segera pergi meninggalkan pulau itu dan menyelamatkan Damar yang entah bagaimana nasibnya.

"Aku ingin ke toilet," ucap Rani pada Surya yang kini menjaganya sendirian karena Jaka pergi menemui Mila di rumah utama semenjak beberapa jam yang lalu.

"Kamu pake kamar mandi yang di lantai atas saja, yang bawah adanya di kamar Jaka, dan kamarnya dikunci" Surya membuka borgol Rani lalu membawanya ke tangga.

"Eits, kau mau kemana? Aku bisa sendiri, jangan kurang ajar!" sergah Rani seraya menghalangi Surya untuk mengikutinya ke atas.

"Baiklah, aku juga lelah, kau jangan macam macam, kalau kau coba coba kabur Jaka pasti akan membunuh mu" ancam Surya.

Rani naik sendiri, tak susah mencari letak kamar mandi di lantai atas, karena hanya ada tiga ruangan di sana, satu buah kamar, ruang tengah, dan Kamar mandi di pojok sebelah kiri kamar.

Rani tak sengaja melihat balkon yang pintunya terbuka lebar, Rani tak menyia nyia kan kesempatan, dia langsung melangkah menuju balkon itu dan melongok ke bawah, ternyata tak ada yang berjaga di sana.

Rani mencoba menuruni balkon, dia melompati pagar pembatas dan berpegangan di tiang penyangga balkon, Rani menuruni tiang itu dengan hati hati dan sebisa mungkin tak mengeluarkan suara.

Sesampainya di bawah, dia berjalan pelan sambil melihat situasi sekitar, kepalanya menoleh ke kanan, kiri dan sesekali ke belakang, Rani berhasil menjauh dari bangunan tempatnya di sekap.

Namun tiba tiba Surya memanggilnya.

"Hey, berhenti kau ****** !" umpat Surya,

Rani berlari sekuat tenaga, sampai di sebuah persimpangan di antara bangunan bangunan yang tinggi menjulang dia berhenti karena kebingungan menentukan arah pelariannya Rani berhenti sejenak, tapi tiba tiba tangannya di tarik seseorang dan membawanya ke sebuah bangunan setengah menyeretnya.

"Ka- kau !" Rani membelalakan matanya.

"Sssttss !" desis pria yang membawanya bersembunyi menghindari kejaran Surya itu memberi aba aba untuk diam dengan menpelkan jari telunjuknya di depan mulut.

"Aku mencari mu, aku hampir gila mencari mu, syukurlah kamu selamat," bisik laki laki itu seraya memeluk erat tubuh wanita mungil di depannya itu.

"Yudha, lepas, aku tidak bisa bernafas!" Rani mengurai pelukan Yudha yang seakan ingin meremukan tulangnya saking kecangnya.

"Maaf, aku terlalu bahagia menemukan mu," cetus Yudha melepaskan pelukannya.

"Tolong lepaskan aku, jangan tangkap aku!" mohon Rani, saat ini sungguh dia tak percaya pada siapa pun.

"Tenang saja, kamu aman, aku tak akan mencelakai mu, aku akan membantu mu keluar dari pulau ini," ucap Yudha.

"Tapi Surya dan Jaka pasti akan mencari ku" Rani mengintip ke arah luar gedung, Surya sudah tak terlihat di sana, sepertinya dia sedah kembali ke tempat Jaka, karena dia juga pasti takut tertangkap anak buah Mila.

"Orang yang mengejar mu itu bukannya kalian bersama sama datang kesini ?" Yudha merasa heran, karena Surya bisa mengejar Rani.

"Dia,, ah, dia bukan teman ku," Rani mengurungkan niatnya untuk menceritakan tentang rencana pengkhianatan Jaka dan Surya yang ingin menumbangkan kekuasaan Herman, dan mengambil alih kuasa di pulau ini, kira kira begitu yang dia dengar dari pembicaraan mereka saat dia di sekap di rumah Jaka.

"Pria yang bernama Damar yang katamu itu pacar mu, sekarang di sekap Mila, kakaknya Indah," ujar Yudha dengan nada agak sedikit sebal harus membahas Damar.

"Bagaimana keadaannya?" Rani tiba tiba antusias dengan pembicaraan Yudha.

"Sepertinya Mila tertarik dengan pacar mu itu, dari yang aku dengar dari Intan, laki laki itu di sembunyikan Mila, mungkin akan sulit baginya keluar dari pulau ini," terang Yudha.

"Apa kau bisa mencari tahu dimana Mila menyembunyikan Damar?" Rani merasa khawatir dengan keadaan Damar, laki laki yang baru di kenalnya itu telah membuatnya menguras pikiran memikirkan keadaan pria itu.

"Kalau aku sudah tau, apa yang akan kamu lakukan?"

"Itu rahasia, aku tak akan memberi tahu rencana ku, kami tertangkap gara gara kamu dan Intan, kalian ternyata bagian dari mereka" ketus Rani.

"Bukan aku, tapi Intan," elak Yudha.

"Ah, kalian sama saja, aku tak percaya kalian" sinis Rani.

"Tapi untuk apa sebenarnya kamu sampai datang ke pulau ini?" tanya Yudha.

"Aku mencarimu, dan gara gara aku, Damar jadi ikut terjebak di pulau ini, aku yang mengajaknya untuk ikut ke sini," sesal Rani.

"Aku akan mencari tahu keberadaannya, dan berusaha membebaskannya, kamu tinggalah disini dulu" lirih Yudha, dia tahu, dia yang sudah menyebabkan Rani dan Damar sampai berada di situasi seperti ini, dan dia berjanji pada dirinya sendiri untuk membantu mereka berdua keluar dari pulau ini, apapun resikonya.

Terpopuler

Comments

Alitha Fransisca

Alitha Fransisca

Lanjut Thor
Semangat

2021-11-29

2

Sweet chicie💞

Sweet chicie💞

bom like, suka cerita ya

2021-11-26

1

AuliaNajwa

AuliaNajwa

tebakan ku benar authour 😁 mafia . narkoba . perdagangan wanita narkoba pembuatan senjata ilegal .. lnjuttt gaskeuuun authour seruuu nih

2021-11-26

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!