Badai

Sekitar hampir dua jam mereka terombang ambing di atas perahu di lautan lepas, kini sang nakhoda sudah menepikan perahunya di bibir pantai.

"Saya hanya bisa mengantar sampai sini saja, dua hari lagi saya jemput kesini, di tempat ini, pada jam yang sama." Ucap nakhoda itu.

"Apa, dua hari lagi ?" Kaget Damar.

"Iya, bukan kah seperti itu perjanjiannya?" Ucap laki laki tua itu.

"Bu- bukannya besok sore kita sudah kembali lagi ke penginapan ?" Damar gugup, dia merasa tidak yakin karena tidak membawa perbekalan dan persiapan yang cukup untuk dua hari ke depan, dia mengira besok sore mereka sudah kembali ke penginapan.

"Oh, sorry bro, aku lupa memberi tahu mu kalau kita akan di sini selama dua hari tiga malam." cengir Surya tanpa dosa.

Damar melirik ke arah Rani seolah meminta pendapat.

"Ya sudah, lagi pula kita sudah sampai kesini, masa pulang lagi ikut pak nakhoda kembali ke penginapan?" tukas Rani pasrah.

"Hmm, baiklah, tapi kamu jangan jauh jauh dari ku." pinta Damar pada Rani.

"Cih, jangan keterlaluan, ingat kita hanya pura pura pacaran" decih Rani.

"Terserah, pokoknya kamu harus tetap bersama ku, perasaan ku tak enak," ucap Damar yang terdengar seperti sebuah perintah.

"Tak apa, kami tetap ikut kalian, sudah terlanjur sampai di sini." sahut Damar pada Surya dan kawan kawannya yang ternyata mereka sedang menunggu jawaban darinya.

Mereka ber delapan mulai turun dari perahu itu hati hati, lalu berjalan melewati hamparan pasir, namun tiba tiba saat mereka mulai masuk area pulau, suasana berubah mencekam, langit menjadi sangat gelap dan angin yang berhembus terasa meniup sangat kencang.

Tak selang berapa lama, hujan turun dengan sangat lebatnya, bunyi hujan bahkan seperti bunyi suara sekumpulan lebah yang berdengung dengung, di tambah terdengar juga seperti suara seng yang di lempari batu, sungguh memekikan telinga.

Mereka mencari tempat perlindungan yang aman, di tengah hujan dan angin yang bergemuruh.

Tangan Rani spontan memegangi lengan kekar Damar, sungguh ini pemandangan dan pengalaman menakutkan yang baru pernah dia alami di sepanjang hidupnya di dunia ini.

Damar memeluk Rani, melindungi wanita mungil itu dari benda benda yang beterbangan di terbangkan angin yang maha dahsyat.

"Kalian baik baik saja ?" suara teriakan Bonar memanggil dan mengabsen nama mereka satu persatu.

"Surya, Feby, Damar, Rani, Pak Herman, Jaka, Ali...!" teriaknya bersahutan dengan suara gemuruh hujan yang kini bertambah suara petir menggelegar dengan beberapa kilatan menyambar menambah kengerian di tempat gelap itu.

"Kamu baik baik saja?" tanya Damar menundukan wajahnya melongok Rani yang dia sembunyikan dalam dekapan dadanya.

"Hmm," deham Rani sambil mengangguk pelan, wajahnya terlihat pucat.

Tangan Rani melingkar erat di pinggang Damar yang mendekapnya erat.

Mereka berlindung di tempat yang berbeda beda, Damar, Rani, Surya dan Feby kini berteduh di depan sebuah bangunan kotak kecil seperti sebuah pos penjagaan.

Sedangkan ke empat orang lainnya yaitu Bonar, Herman, Jaka dan Ali mereka entah berlindung dimana, tapi tadi samar samar suara teriakan Bonar yang memanggil nama mereka satu persatu masih terdengar.

"Pacar mu tak apa apa ? Dia sepertinya sangat ketakutan," tanya Surya pada Damar sambil melirik ke arah Rani yang menempel di dada Damar hampir tenggelam dalam dekapan lengan kekar Damar.

"Tak apa apa, dia wanita kuat, dia hanya kaget saja" Damar mengelus punggung Rani yang masih belum mau beranjak dari pelukannya.

"Surya, aku takut !" rengek Feby bergelayut manja di tangan Surya, berharap di dekap erat seperti halnya Damar yang mendekap Rani, tapi malah seolah Surya menghawatirkan pacar orang lain.

"Gak usah manja ! Kita sudah biasa menghadapi situasi seperti ini, bahkan lebih parah," bentak Surya melepaskan tangannya dari gelayutan manja Feby.

Feby memutar bola matanya kesal, atas ucapan dan prilaku Surya padanya yang terkesan tak peduli.

"Ish, tak ada romantis romantisnya, cowok tuh, kaya dia, melindungi pacarnya," gerutu Feby sambil menunjuk ke arah Damar dan Rani.

"Sana, minta dipeluk dia !" ketus Surya kesal.

"Sini, kalau kamu mau di peluk dia, aku udah ga takut lagi." Rani yang mendengar gerutuan Feby mengurai pelukannya dari Damar.

"Rani ! Apa apaan kamu," sungut Damar yang hanya di jawab dengan senyuman kecil dari bibir Rani.

Senyum yang indah, pikir Damar. Itu senyuman tulus pertama yang Damar lihat dari bibir Rani, dan senyuman manis Rani cukup membuat Damar terbayang bayang dan melekat erat di memori otak nya.

Angin kencang tiba tiba berhembus lagi, satu persatu pohon di sekitar sana tumbang, kekuatan angin yang begitu hebat itu seakan mampu meluluh lantahkan apa saja yang di lewatinya.

"Damar, apa yang terjadi ?" suara Rani bergetar, tanpa di sadari dia sudah berada dalam pelukan Damar kembali.

"Entahlah, mungkin sedang terjadi badai" jawab Damar berbicara di dekat telinga Rani.

"Pintunya terbuka, ayo masuk saja, kita berlindung di dalam !" teriak Surya yang berhasil membuka pintu bangunan seperti pos penjagaan itu.

Mereka berempat masuk ke ruangan yang kira kira berukuran 3x3 meter itu, hanya terdapat sebuah meja kecil, kursi kayu dan karpet yang sudah kumal di ruangan itu, tak ada barang lainnya.

Mereka memposisikan dirinya masing masing.

Surya duduk di kursi kayu, Febi berdiri di sebelahnya bersandar pada meja kecil.

Sedangkan Damar duduk di sebelah Rani yang memilih duduk berselonjor di lantai beralaskan karpet kumal dan bersandar pada ransel yang dia geletakan di belakang punggungnya.

"Sepertinya kita aman disini, dan malam ini kita akan menginap di tempat ini," Surya meraih ranselnya dan mencari cari sesuatu dari dalamnya.

"Lalu yang lain bagaimana?" Tanya Rani sedikit terbersit nasib ke empat orang lainnya.

"Kalau Bonar aku percaya dia bisa melewati hal hal semacam ini, kami sering melewati kejadian seperti ini. Tapi kalau tiga orang lainnya,, aku tak tau," jawab Surya yang ternyata mengeluarkan sebotol minuman berisi air mineral.

"Semoga saja mereka mendapatkan tempat berlindung dan selamat dari amukan badai di luar sana" ucap Damar penuh harap dan di amini oleh ketiga orang lainnya yang berada di ruangan itu.

"Nih, minumlah !" Surya menyodorkan botol minuman itu ke arah Rani, tentu saja itu memancing ke tidak sukaan Feby yang langsung berubah wajahnya menjadi cemberut.

"Ah, tidak,,tidak,,, aku masih ada di tas ku." tolak Rani mengambil botol minumnya yang dia simpan di poket sisi samping luar ranselnya.

"Feby sepertinya lebih haus, di bandingkan pacarku bro !" seloroh Damar mengisyaratkan pada Surya kalau Feby sepertinya tak senang dengan sikap perhatiannya pada Rani, begitu pun dirinya, rasanya selalu kesal saat melihat sikap sok perhatian Surya pada Rani, padahal jelas jelas Rani diperkenalkan oleh Damar sebagai tunangannya.

"Dia selalu prepare, pasti punya minuman banyak dia !" kelit Surya seolah membenarkan sikapnya yang menawarkan minuman itu pada Rani.

"Tapi aku mau minuman ini !" ketus Feby menyambar botol minuman di tangan Surya.

Sedangkan Rani dan Damar hanya geleng geleng kepala sambil tersenyum geli melihat tingkah kekanak kanakan Feby.

***

Kakak kakak, mampir di cerita baru othor yuk, mohon dukungannya,,, judulnya Bodyguard Penjaga Hati, semoga kakak semua sehat selalu...

Terpopuler

Comments

NaMika

NaMika

next

2022-04-30

1

Sang

Sang

ntar pura-2 ah uh ah juga kan ?

2022-03-29

1

Rini Tigan

Rini Tigan

penasaran Thor...

2022-03-24

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!