PULAU BAYANGAN
Cerita ini hanyalah fiksi belaka, hanya imajinasi Author,
Jadi, mohon jangan kaitkan cerita ini dengan tempat, agama, suku, ras ataupun adat tertentu.
Ini semua murni hanya imajinasi saja.
Apabila ada kesamaan nama tempat atau nama lainnya, itu hanya lah kebetulan saja.
Selamat membaca.....
*****
Damar Abdi kusuma, seorang laki laki berwajah tampan, berbadan gagah tegap keturunan ningrat yang baru saja menyelesaikan kuliahnya di luar negeri, sebagai anak lelaki satu satunya, sang ibu yang bernama Mayang kusuma sangat berharap anaknya dapat meneruskan usaha hotel milik ayahnya, Prabu kusuma.
Semenjak sang ayah meninggal setahun yang lalu, hotel di kelola oleh Mayang sang ibu. Tapi kini setelah Damar menyelesaikan studinya dan pulang ke kampung halaman, tentu saja Mayang berharap putra tampannya itu segera mengambil alih kepemimpinan hotel dari tangannya, untuk segera di kelola oleh Damar.
"Damar, kapan kamu siap menggantikan ibu mengurus hotel ? Ibu sudah tua dan rasanya sudah lelah harus mengurus urusan hotel setiap hari." Ucap Mayang sang ibu saat mereka sedang sarapan pagi itu.
"Aku akan ikut ibu ke hotel pagi ini, dan mempersiapkan semuanya, ibu tenang saja, setelah ini biar aku yang bekerja, dan ibu beristirahat saja di rumah mengurus tanaman tanaman ibu di kebun." Jawab Damar yang langsung di sambut dengan senyuman bangga Mayang.
"Apa kamu sudah bertemu dengan Ajeng, nak?" Tanya Mayang melirik ke arah Damar yang seakan malas bila ibunya mulai membahas masalah Ajeng.
Ajeng adalah wanita yang juga keturunan ningrat berdarah biru, yang telah di jodohkan dengan Damar semenjak mereka kecil oleh orang tua mereka, sebenarnya kalau harus di tanya bagaimana perasaannya terhadap Ajeng, jujur dia hanya menganggap wanita hitam manis yang umurnya dua tahun lebih muda darinya itu tak lebih hanya sebatas sebagai adik perempuan saja.
Namun karena kedua belah pihak orang tua mereka sangat berharap banyak dengan perjodohan anak anak mereka, Damar hanya mengikuti alurnya saja.
Selama empat tahun menuntut ilmu di negeri orang, Damar tak pernah sekalipun menghubungi Ajeng terlebih dahulu, selalu Ajeng yang menghubunginya, bahkan sempat beberapa kali Ajeng menyusulnya ke negara tempat dia kuliah saat itu.
"Belum sempat Bu, nanti kalau ada waktu Damar sekalian saja main ke rumahnya." raut wajah Damar terlihat kurang bersemangat kalau membahas tentang Ajeng, karena dapat di pastikan ujung ujungnya pasti akan membahas tentang kapan pernikahan mereka akan di laksanakan, dan masih banyak lagi, sementara dia sendiri masih belum yakin dengan perasaannya terhadap Ajeng.
Damar tak ingin terburu buru memutuskan, karena baginya, pernikahan sebuah hal yang penting dan hanya boleh terjadi sekali untuk seumur hidup, dia tak ingin sekedar menjalankan pernikahan karena perjodohan dan keterpaksaan saja, sementara tak ada cinta dalam rumah tangganya kelak.
***
Menjelang siang di ruang kerja Mayang,
"Mas, Ibu, bagaimana kabarnya ?" Tiba tiba Ajeng keluar dari balik pintu ruang kerja Mayang yang sebentar lagi menjadi ruang kerja Damar.
"Hai, Sayang... Kami baik baik saja, bagaimana kabar orang tua mu ?" Sambut Mayang memberikan senyum termanis untuk calon menantu kesayangannya.
Damar yang sedang memeriksa beberapa dokumen di tangannya hanya melirik sekilas, lalu kembali fokus dengan tumpukan kertas di hadapannya, tanpa tertarik sedikitpun dengan kedatangan Ajeng.
Damar yakin, pasti Mayang yang sudah sengaja memanggil Ajeng untuk datang ke hotel dan menemuinya.
"Ayah dan Bunda kabarnya baik, Bu." Jawab Ajeng yang sesekali mencuri curi pandang pada sosok lelaki tampan yang selama ini di rindukannya itu.
"Mas, sibuk amat !" Ajeng memberanikan diri menyapa terlebih dahulu calon suaminya yang selalu bersikap dingin padanya itu.
"Hmm, kebetulan banyak dokumen yang harus di periksa dan di pelajari." Jawab Damar datar.
"Sudahlah, tinggalkan saja dulu dokumen dokumen itu, tak akan ada habisnya bila mengurusi pekerjaan, sana ajak Ajeng makan siang, biar kalian bisa saling melepas rindu." Ucap Mayang sedikit menggoda.
"Baik, Bu." Damar menutup dan membereskan kembali kertas kertas yang sedang di bacanya, lalu merapikannya lagi di meja.
Damar memang tak pernah menolak atau membantah apa yang ibunya perintahkan padanya, dia sangat menyayangi ibunya lebih dari apapun, terlebih setelah ayahnya tiada, hanya Mayang harta berharga satu satunya yang dia punya.
***
Di sebuah restoran,
"Mas, kenapa tidak mengabari ku kalau kamu sudah pulang? Andai ibu tak memberi tahu ku, aku tak akan tau kalau kamu sudah di sini." Protes Ajeng.
"Intinya kamu tau kan, kalau aku sudah pulang. Tak penting siapa yang mengabari mu, mau itu aku atau ibu, sama saja." Ucap Damar dingin.
"Kenapa sih Mas, seolah olah aku itu gak penting banget buat kamu, aku ngerasa selama ini cuma aku yang menginginkan hubungan ini." Lirih Ajeng.
"Bukan cuma kamu, orang tua mu, Ibu dan almarhum Bapak ku juga menginginkannya," Ujar Damar santai.
"Lalu, kamu bagaimana?" Ajeng menatap mata Damar dalam.
"Bukankah selama ini aku selalu mengikuti keinginan kalian ?"Damar mengangkat kedua bahunya, acuh.
"Hanya mengikuti keinginan orang tua saja ? Sedikitpun tidak ada keinginan dari diri mu sendiri ?" Cecar Ajeng, dengan mata yang hampir berkaca kaca.
"Apa tidak ada pembahasan yang lain, selain selain membahas tentang perasaan? Atau kamu sengaja hanya ingin berdebat dengan ku?" Damar menjatuhkan sendok dan garpu di tangannya ke atas piring dengan kasar, mood nya tiba tiba saja berubah menjadi jelek saat ini.
"Maaf, aku hanya merasa selama ini kamu tak pernah punya perasaan apa apa padaku, karena rasanya selalu hanya aku yang berkata aku rindu, aku sayang, tak pernah sekali pun aku mendengar kata kata seperti itu dari mulut mu untukku." Ucap Ajeng pelan, wajahnya tertunduk dan tetesan bening dari matanya pun perlahan berjatuhan.
"Ada ataupun tidak ada perasaan cinta, rindu, dan sayang untuk mu, bukankah hasil akhirnya tetap sama saja,? Aku menikah dengan mu. Jadi, seperti apa perasaan ku pada mu, itu tak penting, kan?" Damar melengos membuang muka,
Damar malas melihat Ajeng yang saat ini sedang menangisi hal yang menurutnya tak penting itu.
Damar memang sangat benci dengan perempuan cengeng. Baginya, perempuan yang kuat dan tegar lebih terlihat keren dan menarik di matanya.
"Apa kamu masih akan terus menangis disini ?" Ketus Damar, seketika Ajeng langsung menyeka air matanya, dia tau Damar paling tak suka dengan air mata, tangisannya tak akan membuat laki laki pujaan hatinya itu luluh.
Percayalah, Damar tak seperti laki laki lain yang akan mengelus, mendekap dan mengusap mata kekasihnya dengan lembut lalu memeluk untuk menenangkannya, sebaliknya... Damar tidak akan peduli sedikitpun.
Pernah Damar meninggalkan Ajeng pulang dan membiarkan dia sendirian di sebuah Mall, hanya karena Ajeng yang menangis tak berhenti karena Damar yang menolak di ajak nonton olehnya, dia pikir jika dirinya menangis di tempat ramai seperti itu Damar akan luluh dan menuruti permintaannya, tapi prediksinya sungguh salah besar, dia justru di permalukan oleh sikapnya sendiri, karena Damar memilih pergi tak menghiraukan dirinya yang terisak sendirian saat itu.
Tapi, kata kata Damar barusan yang seolah membenarkan kalau dia memang benar tak punya perasaan apa apa terhadap dirinya itu, sungguh sangat melukai hati bahkan harga diri Ajeng, hingga wanita itu sampai menangis.
Ajeng sampai berpikir, apa sebenarnya kekurangan dia, sampai Damar seolah tak tertarik padanya, wajahnya lumayan cantik, semua orang mengakuinya, bahkan banyak laki laki yang mencoba mendekati dan menyatakan cinta padanya semenjak dari jaman sekolah dulu sampai sekarang, meski tentu saja mereka semua di tolak mentah mentah oleh Ajeng, karena hati dan dan perasaannya sudah di penuhi oleh Damar, cinta pertamanya semenjak dia kecil.
Soal cinta dan kasih sayang, Ajeng berani di adu dengan wanita lain, selama ini dia selalu mencurahkan semua perasaannya untuk Damar, tak peduli walaupun Damar selalu memperlakukan nya dengan dingin dan acuh tak acuh padanya.
Ajeng yakin suatu saat nanti, Damar akan menyadari betapa besar cintanya, dan berharap Damar akan membalas rasa cintanya itu.
Hai,,, kakak kakak, ketemu lagi di cerita baru nih,
di like yuk kak, tinggalin jejak di komentar juga boleh,,,
Semoga kakak semua sehat dan sukses selalu...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Sri Supeni
awal cerita yang menarik
2022-10-19
1
Azizah az
lanjut kesini teteh,
2022-09-21
1
FigurX (IG @mahisa_campaka)
mampir. baru baca bab 1. lanjut baca dlu
2022-06-08
1