Pelarian Rani dan Surya

"Surya berhenti, aku lelah !" nafas Rani terengah engah, badannya membungkuk memegangi perutnya yang terasa sakit karena terus terusan berlari tanpa henti, sedangkan dadanya terasa sesak karena kekurangan pasokan oksigen.

"Baiklah, kamu duduklah dulu di sana, aku akan melihat keadaan sekitar, semoga saja para penjaga itu tidak mengikuti kita sampai sini" ucap Surya yang juga nafasnya terputus putus karena berlarian.

Mereka berdua kini berada di belakang sebuah bangunan kosong yang terbengkalai, sepertinya di pulau itu, hanya bangunan ini yang terlihat menyeramkan dan tak terurus di antara banyaknya bangunan mewah di sana.

"Bagai mana nasib Damar dan Feby ? Kenapa kau meninggalkan mereka, kau juga malah menarik tangan ku, bukannya tangan pacar mu" oceh Rani sambil masih mengatur nafasnya.

"Aku tak berpikir apa apa tadi, aku juga tidak sadar kalau aku menarik tangan mu. Semoga mereka berdua baik baik saja" jelas Surya seraya membenarkan ikatan rambutnya yang longgar karena tadi berlarian.

"Bagai mana kalau mereka tertangkap ?" lirih Rani dengan suara agak tercekat.

"Kita akan segera bertemu dengan mereka, aku yakin mereka baik baik saja" Surya coba menenangkan.

"Tapi bagaimana kalau mereka tidak baik baik saja ? Apa kau tak menghawatirkan pacar mu?" Rani memicingkan matanya menatap Surya.

"Feby pasti baik baik saja, dan apa kamu menghawatirkan pacar pura pura mu ?" ucap Surya tersenyum miring.

"Apa maksud mu?" ketus Rani.

"Sudah lah, aku tau kalau kalian hanya pura pura berpacaran, aku hanya mengikuti sandiwara kalian saja, biar kalian seneng" ledek Surya.

"Ish, kau menyebalkan" cebik Rani kesal.

"Haha,,, kamu mengakuinya kan? Lebih baik pacaran beneran sama aku dari pada pura pura sama Damar," goda Surya.

"Tidak akan pernah !" sungut Rani di sambut dengan tawa Surya.

"Mereka di sini !" teriak beberapa pria yang berpakain hitam, mereka tiba tiba sudah mengepung bangunan kosong itu.

"Sur, bagaimana ini ?" Rani memucat, dia ketakutan.

"Tenanglah, aku pasti melindungi mu" Surya menyembunyikan tubuh mungil Rani di belakang punggungnya, dan memasang sikap waspada.

"Menyerah lah kalian secara baik baik, atau kami habisi kalian !" gertak salah satu dari pria yang mengepung Surya dan Rani.

"Jangan macam macam, mundur kalian semua !" Surya mengeluarkan senjata yang dia sembunyikan di balik kemejanya, dan menodongkan senjata itu pada orang orang yang mengepungnya dengan tatapan ganas siap membunuh dari mereka.

Seketika para pria berbaju serba hitam yang berada di dekat Surya dan Rani beranjak mundur menjauhi dua orang yang sedang mereka kepung itu.

"Ka- kau punya senjata ?" gagap Rani ketakutan.

"Hanya untuk berjaga jaga saja, bukan kah berguna dalam situasi seperti ini ?" bisik Surya masih tetap melindungi Rani di balik punggungnya, dengan senjata masih di tangan dengan posisi siap memuntahkan pelurunya kapan saja.

"Sepertinya kita akan mati disini," ucap Rani pasrah.

"Tidak, selama kamu tetap bersama ku !" tukas Surya dengan penuh keyakinan.

"Mundur kalian semua, biar mereka menjadi urusan ku !" teriak seorang pria menggelegar di ruangan kosong itu.

"Tapi tuan ?" ucap seorang berbaju serba hitam itu.

Plak....

Pria yang baru saja datang itu menampar anak buahnya yang baru saja berbicara padanya.

"Kau berani menentang ku? Bubar kalian semua, aku yang akan mengurus mereka berdua !"

"Baik, tuan !" mereka menundukan kepalanya, lalu membungkuk memberi hormat pada laki laki itu, lalu membubarkan diri, meninggalkan tempat itu

"Turunkan pistolmu itu, kau pikir lagi syuting film koboy koboyan ?" sinis Laki laki itu.

"Sial kau jek! Kenapa kau datang cepat sekali, kau tidak membiarkan ku bersenang senang dulu dengan wanita cantik ini?" sungut Surya kesal, lalu dia memasukkan kembali senjatanya ke balik kemejanya.

"Kau,,, bukan kah kau jaka si asisten itu ? Ada apa ini, mengapa pria pria itu memanggilmu tuan ? Dan kalian, siapa kalian sebenarnya ?" Rani mundur dan menjauh dari kesua orang pria yang berada di hadapannya itu, dia merasa ada sesuatu yang janggal yang terjadi di sana.

"Tenang sayang, bukan kah sudah ku bilang dari tadi, kamu akan aman selama kamu tetap bersama ku," ucap Surya mendekat ke arah Rani yang mulai ketakutan.

"Tidak, jangan mendekat, aku tak tau kalian siapa, jangan ganggu aku, tolong lepaskan aku !" pinta Rani memohon.

"Sudah lah Sur, masih banyak waktu untuk menggarapnya, sekarang ikut aku dan bawa wanita itu, anak buah Mila tak akan melepaskan kalian hidup hidup dari sini" titah laki laki yang ternyata Jaka, yang saat pergi bersama ke pulau itu di kenal sebagai asisten pengusaha bernama Herman.

"Okay bos ! Bagaimana dengan Bonar dan Feby ?" tanya Surya, dia menarik tangan Rani lalu memborgol kedua tangan wanita mungil nan cantik itu.

"Aah, sakit. lepaskan !" ringis Rani berusaha berontak, tapi usahanya tentu saja sia sia melawan tenaga Surya yang badannya berkali kali lipat lebih besar darinya.

Tak seperti sebelumnya, Surya yang biasanya menunjukkan perhatian pada Rani, kini terlihat seolah tak peduli dengan ringisan Rani, dia tetap memborgol nya dan membawanya pergi bersama Jaka.

"Kedua teman mu itu mungkin sedang temu kangen di ruang penyekapan, apa kau merindukan mereka dan ingin bergabung dengan mereka ?" ucap Jaka, di akhiri dengan tawa renyah nya.

"Sialan kau ! Lalu pacar pura puranya wanita ini, bagaimana nasibnya ?" tanya Surya lagi.

"Ah, bajingan tengik itu, ingin sekali aku membunuhnya, tunggu saja, aku pasti akan membunuhnya dengan tangan ku sendiri," ucap Jaka kesal.

"Hey, ada apa ?" heran Surya.

"Berisik kau, tak usah banyak tanya dulu, ayo ikut aku dulu, nanti ku ceritakan tentang si bangsat itu." kelit Jaka tak berminat bercerita lebih lanjut pada Surya.

Sementara Rani hanya diam saja mendengarkan apa yang mereka bicarakan, dan mencoba memahami situasi apa yang sebenarnya sedang dia hadapi saat ini.

"Masuk lah, kau aman di sini," ajak Jaka, membawa Surya dan Rani masuk ke sebuah bangunan yang mirip seperti apartemen tipe studio, agak sempit, tapi tertata rapi dengan barang barang yang cukup mewah di dalamnya.

Surya membuka kuci borgol yang terpasang di tangan Rani, lalu melepaskan borgol itu dari kedua tangan Rani.

Rani mengusap kedua pergelangan tangannya yang memerah dan sedikit lecet.

"Jangan macam macam, dan ikuti perintah kami, maka kau akan selamat !" ucap Jaka pada Rani.

Rani terdiam, sungguh dia merasa sangat ketakutan, dia juga tiba tiba teringat Damar, dan menghawatirkannya, terlebih setelah dia mendengar ucapan Jaka tadi yang mengatakan akan membunuh Damar, tapi siapa orang orang ini, lalu Surya, Febi, Bonar, bukan kah mereka teman ? Apakah ini berarti Surya telah menghianati teman temannya ?

Terlalu banyak dan penuh isi otak Rani dengan pikiran dan pertanyaan yang tak dia dapatkan jawabannya, belum lagi dia juga memikirkan tentang Yudha dan Intan yang ternyata menjebaknya saat di resort.

Sungguh semua itu membuat Rani gila dan seakan kepalanya hampir meledak memikirkan semua itu.

Terpopuler

Comments

Widhi Labonee

Widhi Labonee

sebenarnya ngana bemu dmn seh ni pulo kak othor? jauh tak dr Bunaken? dr Sangihe Talaut? kl deket ntar torang momjemput itu bang Damar biar torang bw k Manado saja noh, wkwkwkkwkw

2023-06-17

4

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

Lady Meilina (Ig:lady_meilina)

kyknya sama2 pura2 pacarannya ya

2021-12-16

2

AuliaNajwa

AuliaNajwa

kepala ku jga hampir meledak author... mumet aku . sebenarnya ada misteri apa di pulau bayangan. lnjutt gaskeuuun authour seruuu nih

2021-11-22

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!